BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hati (liver) merupakan organ terbesar kedua setelah
kulit. Fungsinya amat vital bagi berlangsungnya kehidupan manusia, karena hati
merupakan tempat metabolism utama dalam tubuh. Oleh karena fungsinya yang
begitu penting, hati perlu dijaga agar tidak mengalami kerusakan yang akhirnya
bisa mengancam hidup. Gangguan fungsi hati seringkali dihubungkan dengan
beberapa penyakit hati tertentu salah satunya adalah penyakit hepatitis. Hepatitis merupakan peradangan pada hati.
Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan,
termasuk obat tradisional. Virus
merupakan penyebab dari hepatitis akut dan kronik. Zat
yang dapat melindungi hati dan mengobati hati dari serangan virus disebut zat
antihepatitis, yang dapat ditemui dalam berbagai zat di dalam tanaman.
Mengingat perkembangan penyakit hepatitis ini meningkat secara signifikan pada
daerah tropis khususnya di Indonesia dan masih kurangnya informasi yang beredar
di kalangan masyarakat tentang pengobatan hepatitis, maka penulis bermaksud
mengumpulkan informasi mengenai tanaman-tanaman obat yang dapat digunakan
sebagai antihepatitis sehingga masyarakat bisa lebih mengetahui tentang obat
herbal, hingga akhirnya perkembangan obat herbal dapat dilakukan dengan lebih
baik. Melalui makalah ini, penulis ingin memberikan informasi mengenai berbagai
tanaman obat yang dapat digunakan sebagai antihepatitis, sehingga nantinya
informasi ini dapat membantu masyarakat dalam menjaga, melindungi hati serta
dapat mengobati penyakit hepatitis.
1.2
Tujuan
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah agar kami sebagai calon farmasis dapat mengetahui
lebih jauh mengenai tanaman obat yang dapat digunakan sebagai antihepatitis,
sehingga obat herbal dapat lebih dikembangkan dalam dunia pengobatan khususnya
di Indonesia.
1.3
Metode Penulisan
Makalah
ini disusun berdasarkan referensi dari beberapa buku dan berbagai situs di
internet. Data mengenai sumber acuan yang kami pergunakan dicantumkan dengan
lengkap pada daftar pustaka di halaman terakhir dari makalah ini.
1.4
Sistematika Penulisan
I.
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
I.2
Tujuan Penulisan
I.3
Metode Penulisan
I.4
Sistematika Penulisan
II.
PEMBAHASAN
II.1.
Hati dan Hepatitis
II.1.1
Deskripsi Hati dan Hepatitis
II.1.2 Klasifikasi Penyakit Hepatitis
II.1.3
Diagnosis
II.2 Pengobatan Konvensional Hepatitis
II.2.1
Lamivudin
II.2.2 Ribavirin dengan Interferon
II.3
Tanaman Obat sebagai Antihipertensi
II.3.1 Licorice (Glycyrrhiza
radix)
II.3.2
Cordyceps (Cordyceps chinensis)
II.3.3
Meniran (Phylanthus herba)
II.3.4
Rimpang Temulawak (Curcumae rhizoma)
II.3.5
Sambiloto (Andrographidis
herba)
II.3.6
Milk Thistle (Silybi marie fructus)
II.3.7
Paeonia sp. (Paeonia radix)
II.3.8
Ganoderma Lucidum
II.3.9
Salvia Miltiorriza
II.3.10
Bangle (Zingiber purpureum)
II.3.11
Bupleurum sp.
II.3.12
Malphigiae coecigarae
II.3.13
Dandelion (Taraxacum officinale )
II.3.14 Enclipta alba
II.3.15
Rimpang Kunyit (Curcuma Domesticae Rhizoma)
II.3.16
Chicory ( Cichorium intybus)
II.3.17
Mistletoe (Viscus album)
II.3.18
Carthamus tinctorius
III.
PENUTUP
Daftar
Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hati dan Hepatitis
2.1.1. Deskripsi Hati dan Hepatitis
Hati merupakan organ
intestinal paling besar dalam tubuh manusia. Beratnya rata-rata 1,2 – 1,8 kg
atau kira-kira 2,5% berat badan orang dewasa. Di dalamnya terjadi pengaturan
metabolism tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks dan juga proses-proses
penting lainnya bagi kehidupan, seperti penyimpanan energi, pembentukan protein
dan asam empedu, pengaturan metabolism kolesterol dan detoksifikasi racun atau
obat yang masuk ke dalam tubuh.
Gangguan fungsi hati
seringkali dihubungkan dengan beberapa penyakit hati tertentu. Beberapa
pendapat membedakan penyakit hati menjadi penyakit hati akut atau kronis.
Dikatakan akut apabila kelainan-kelainan yang terjadi berlangsung sampai dengan
6 bulan, sedangkan penyakit hati kronis berarti gangguan yang terjadi sudah
berlangsung lebih dari 6 bulan. Ada satu bentuk penyakit hati akut yang fatal,
yakni kegagalan hati fulminan yang berarti perkembangan mulai dari timbulnya
penyakit hati hingga kegagalan hati yang berakibat kematian (fatal) terjadi
dalam waktu kurang dari 4 minggu.
Beberapa penyebab penyakit hati antara
lain :
1.
Infeksi virus hepatitis, dapat
ditularkan melalui selaput mukosa, hubungan seksual atau darah (parenteral).
2.
Zat-zat toksik, seperti alkohol atau
obat-obat tertentu.
3.
Genetik atau keturunan, seperti
hemokromatosis.
4.
Gangguan imunologis, seperti hepatitis
autoimun, yang ditimbulkan karena adanya perlawanan sistem pertahanan tubuh
terhadap jaringan tubuhnya sendiri. Pada hepatitis autoimun, terjadi perlawanan
terhadap sel-sel hati yang berakibat timbulnya peradangan kronis.
5.
Kanker, seperti hepatoseluler karsinoma,
dapat disebabkan oleh senyawa karsinogenik antara lain aflatoksin, polivinil
klorida (bahan pembuat plastik), virus, dan lain-lain. Hepatitis B dan C maupun
sirosis hati juga dapat berkembang menjadi kanker hati.
2.1.2.
Klasifikasi penyakit hati
Penyakit hati dibedakan
menjadi berbagai jenis, beberapa macam penyakit hati yang sering ditemukan
yaitu hepatitis, sirosis hati, kanker hati, pelemakan hati, kolestasis dan
penyakit kuning, hemokromatosis, dan abses hati.
Istilah
hepatitis dipakai untuk semua jenis
peradangan pada hati. Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai
dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus merupakan penyebab dari hepatitis akut dan kronik. Virus
hepatitis terdiri dari beberapa jenis : hepatitis A, B, C, D, E, dan F. Hati merupakan bagian utama replikasi dan kerusakan sel.
Semua virus hepatitis menyebabkan infeksi akut; oleh karena itu, virus yang
menyebabkan hepatitis A dan E biasanya dapat hilang dari tubuh sekitar 6 bulan
dan tidak menyebabkan infeksi persisten. Sedangkan hepatitis B, C, D dapat
menyebabkan infeksi kronik, sirosis, dan meningkatkan resiko kanker hati. Gejala klasik pada hepatitis akut untuk beberapa minggu seperti kulit
kuning, urine gelap, kelelahan yang ekstrim, mual, muntah, sakit perut, dan penurunan nafsu makan. Beberapa
pasien tanpa
gejala atau gejalanya seperti penyakit flu. Pasien dengan hepatitis B atau C
kronik, biasanya mengalami kelelahan diantara keluhan mereka. Tabel berikut ini memperlihatkan perbandingan
virus hepatitis A, B, C, D, dan E.
Ada 5 bentuk virus hepatitis : A,B,C,D dan E.
Hepatitis
A
Termasuk klasifikasi
virus dengan transmisi secara enterik. Tidak memiliki selubung dan tahan
terhadap cairan empedu. Virus ini ditemukan dalam tinja. Berbentuk kubus
simetrik dengan diameter 27-28 nm, untai tunggal (single stranded), molekul RNA
linier : 7,5 kb; termasuk picornavirus, subklasifikasi hepatovirus. Menginfeksi
dan bereplikasi pada primate non-manusia dan galur sel manusia. Seringkali infeksi
hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang
dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri
perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah
6-12 minggu. Penderita hepatitis A akan menjadi kebal terhadap penyakit
tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak akan
berlanjut menjadi kronik. Masa inkubasi 15 – 50 hari, dengan rata-rat 30 hari.
Tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang tinggi terdapat di
negara-negara berkembang.
Hepatitis
A ditransmisikan
terutama melalui jalur
feses-oral. Penularan terjadi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi
tinja penderita hepatitis A, misalnya makan buah-buahan atau sayur yang tidak
dikelola / dimasak sempurna, makan kerang setengah matang, minum es batu yang
prosesnya terkontaminasi. Faktor risiko lain meliputi : tempat penitipan /
perawatan bayi atau balita, institusi untuk developmentally disadvantage,
bepergian ke negara berkembang, perilaku seks oral-anal, pemakaian jarum
bersama IDU (injecting drug user).
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A yang
memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama. Hepatitis A dapat dicegah dengan
globulin gamma (memberikan perlindungan dalam
waktu pendek) atau vaksinasi
untuk perlindungan dalam waktu yang lama. Hepatitis A dapat didiagnosa dengan
tes imunoglobulin antibodi virus hepatitis A (HAV-AB-M). Untuk kekebalan yang lebih panjang
diperlukan suntikan vaksin beberapa kali.
Hepatitis
B
Manifestasi infeksi
hepatitis B adalah peradangan kronik pada hati. Virus hepatitis B termasuk yang
paling sering ditemui. Distribusinya tersebar di seluruh dunia, dengan
prevalensi karier di USA <1%, sedangkan di Asia 5-15%. Masa inkubasi
berkisar 15-80 hari, dengan rata-rata 60-90 hari. Viremia berlangsung selama
beberapa minggu sampai bulanan setelah infeksi akut.
Sebagian penderita hepatitis B akan
sembuh sempurna dan mempunyai kekebalan seumur hidup, tapi sebagian lagi gagal
memperoleh kekebalan. Sebanyak 1-5% penderita dewasa, 90% neonates dan 50% bayi
akan berkembang menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten. Orang
tersebut akan terus-menerus membawa virus hepatitis B dan bisa menjadi sumber
penularan. Penularannya melalui darah atau transmisi seksual. Dapat terjadi
lewat jarum suntik, pisau, tato, tindik, akupuntur atau penggunaan sikat gigi
bersama yang terkontaminasi, transfusi darah, penderita hemodialisis dan
gigitan manusia. Hepatitis B sangat berisiko bagi pecandu narkotika dan orang yang
mempunyai banyak pasangan seksual.
Gejala hepatitis B
adalah lemah, lesu, sakit otot, mual dan muntah, kadang-kadang timbul gejala
flu, faringitis, batuk, fotofobia, kurang nafsu makan, mata dan kulit kuning
yang didahului dengan urin berwarna gelap. Gatal-gatal di kulit, biasanya
ringan dan sementara. Jarang ditemukan demam.
Untuk mencegah
penularan hepatitis B adalah dengan imunisasi hepatitis B terhadap bayi yang
baru lahir, menghindari hubungan badan dengan orang yang terinfeksi, hindari
penyalahgunaan obat dan pemakaian bersama jarum suntik. Menghindari pemakaian
bersama sikat gigi atau alat cukur, dan memastikan alat steril bila ingin
bertato, melubangi telinga, atau tusuk jarum.
HBV di diagnosa menggunakan basis serologi (analisis
darah), yang dapat mendeteksi antigen Hepatitis B (HBsAg) pada semua pasien yang terinfeksi HBV. Antigen ini diproduksi selama replikasi virus. Tes seperti reaksi rantai polimerase (PCR) dapat juga
mendeteksi material genetik HBV.
Hepatitis
C
Hepatitis C adalah
penyakit infeksi yang bisa tidak terdeteksi pada seseorang selama puluhan tahun
dan perlahan-lahan tapi pasti merusak organ hati. Penyakit ini sekarang muncul
sebagai salah satu masalah pemeliharaan kesehatan utama di Amerika Serikat,
baik dari segi moralitas, maupun dari segi finansial. Hepatitis C penyebarannya terutama melalui darah. Pada sedikit kasus, penyebaran
melalui kontak
seksual dan kelahiran.
Biasanya penderita
hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit ini, karena memang
tidak ada gejala-gejala khusus. Beberapa orang berpikir bahwa mereka hanya
terserang flu. Gejala yang biasa dirasakan antara lain demam, rasa lelah,
muntah, sakit kepala, sakit perut atau hilangnya selera makan.
Tidak
ada vaksin untuk hepatitis C, hanya satu cara untuk mencegah hepatitis C
yaitu dengan menggunakan jarum dan
pisau steril dapat mengurangi penyebaran virus Hepatitis C. Menghindari sex tanpa pelindung, dapat meminimalkan resiko terinfeksi HCV. Hepatitis C biasanya didiagnosa melalui enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA), yang dapat mendeteksi adanya
antibodi sampai dua bagian HCV. Meskipun sedikit, kesalahan reaksi positif dapat
terjadi. Untuk melihat kebenaran reaksi positif, melakukan
pengujian imunoblot rekombinan
(RIBA).
Hepatitis
D
Virus hepatitis D (HDV)
atau virus delta adalah virus yang unik, yakni virus RNA yang tidak lengkap,
memerlukan keberadaan virus hepatitis B untuk ekspresi dan patogenisitasnya,
tetapi tidak untuk replikasinya. Penularan melalui hubungan seksual, jarum
suntik, dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat
muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau sangat progresif. Penggunaan jarum suntikan IV dalam pengguna obat pada
hepatitis B mempunyai resiko terbesar terinfeksi hepatitis D. Seseorang yang terinfeksi HBV dan hepatitis
D lebih mudah terkena sirosis atau kanker hati daripada pasien yang hanya terinfeksi HBV. Sama seperti Hepatitis C, Hepatitis D juga dapat didiagnosa menggunakan ELISA.
Hepatitis
E
Hepatitis
E sedikit terjadi di Amerika Serikat dan umumnya terjadi di daerah tropis dan subtropis, seperti asia selatan dan afrika
utara. Penyakit
ini ditransmisikan melalui jalur
feses-oral. Tidak ada vaksin
untuk Hepatitis E,
hanya satu cara untuk mencegah
penyakit yaitu mengurangi
penyebaran virus. Gejala mirip hepatitis A, demam, pegal
linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit ini akan sembuh
sendiri (self-limited) dalam beberapa minggu sampai bulan, kecuali bila terjadi
pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Untuk mendiagnosa hepatitis E, dapat dilakukan tes
darah untuk mendeteksi tingkat elevasi antibodi spesifik pada
Hepatitis E.
Hepatitis
F
Baru ada sedikit kasus
yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan
penyakit hepatitis yang terpisah.
Hepatitis
G
Gejala serupa dengan
hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan / atau C.
Tidak menyebabkan hepatitis fulminan atau hepatitis kronik. Penularan melalui
transfusi darah dan jarum suntik.
2.1.3. Diagnosis
Diagnosis penyakit hati ini sesuai riwayat pasien,
pengkajian fisik, tes laboratorium, radiologis dan biopsi. Riwayat pasien harus
mengenai pengkajian tentang tanda dan gejala serta faktor resiko seperti
penggunaan alkohol, resiko virus hepatitis dan obesitas.
Umumnya ketika hati mengalami abnormalitas,
tes fungsi hati (LFT) atau “panel hati”
dapat dilakukan. Istilah “panel” mengarah kepada tes kimia rutin seperti ALT, GPT, AST, GOT, ALP, GGT, LDH, bilirubin, albumin dan protein total. Tes lainnya meliputi CBC dengan
platelet dan PT.
2.2. Pengobatan Konvensional
Hepatitis
2.2.1.
Lamivudin
Indikasi : Hepatitis B kronik.
Dosis :
·
Dewasa, anak > 12 tahun :
100 mg 1 x sehari.
·
Anak usia 2 – 11 tahun : 3
mg/kg 1 x sehari (maksimum 100 mg/hari).
Efek samping : Diare, nyeri perut, ruam,
malaise, lelah, demam, anemia, neutropenia, trombositopenia, neuropati, jarang
pankreatitis.
Interaksi obat : Trimetroprim dapat
meningkatkan kadar lamivudin dalam plasma
Perhatian : Pankreatitis, kerusakan ginjal berat, penderita sirosis berat,
hamil dan laktasi.
Penatalaksanaan :
·
Tes untuk HBeAg dan anti HBe di akhir pengobatan
selama satu tahun dan kemudian setiap 3 -6 bulan.
·
Durasi pengobatan optimal untuk hepatitis B belum
diketahui, tetapi pengobatan dapat dihentikan setelah 1 tahun jika ditemukan
adanya serokonversi HBeAg.
·
Pengobatan
lebih lanjut 3 – 6 bulan setelah ada serokonversi HBeAg untuk mengurangi
kemungkinan kambuh.
·
Monitoring
fungsi hati selama paling sedikit 4 bulan setelah penghentian terapi dengan
Lamivudin.
2.2.2.
Ribavirin dengan
Interferon
Indikasi :
·
Hepatitis C kronik pada pasien penyakit hati >18 tahun yang mengalami
kegagalan dengan monoterapi menggunakan Interferon α-2a atau α-2b.
·
Ribavirin dengan Peginterferon α-2a atau α-2b
·
Untuk hepatitis C kronik pada pasien > 18 tahun
yang mengalami relaps setelah mendapat terapi dengan Interferon α.
Kontraindikasi :
Wanita hamil dan suami dari wanita hamil, pasangan yang berencana
memiliki anak kandung,
mempunyai reaksi alergi terhadap Ribavirin, penyakit jantung berat 6 bulan yang lalu, hemoglobinopati, hepatitis autoimun, sirosis hati yang tidak terkompensasi,
penyakit tiroid, adanya penyakit atau riwayat kondisi psikiatrik berat, terutama depresi,
keinginan atau ada upaya bunuh diri.
Perhatian :
Wanita
subur dan pria harus menggunakan kontrasepsi
efektif selama terapi 6 bulan sesudahnya, tes hamil harus dilakukan tiap 6
bulan selama terapi. Lakukan tes darah lengkap secara berkala sejak awal
terapi. Riwayat penyakit paru atau diabetes mellitus yang cenderung
ketoasidosis, gangguan pembekuan darah atau mielosupresi berat. Tes daya visual
dianjurkan sebelum terapi pada pasien diabetes mellitus atau hipertensi.
Efek Samping :
Hemolisis, anemia, neutropenia, mulut kering,
hiperhidrosis, asthenia, lemah, demam, sakit kepala, gejala menyerupai
flu, kekakuan, berat badan menurun, gangguan saluran
cerna, artralgia, mialgia, insomnia, somnolen, batuk, dispnea, faringitis,
alopesia, depresi.
Interaksi Obat : Zidovudine, Stavudine.
Dosis : Ribavirin dengan Interferon α-2b
Interferon α-2b : 3 x 106 unit SK 3 kali seminggu dan Ribavirin per hari berdasarkan berat
badan.
< 75 kg, Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg sore hari
>
75 kg, Ribavirin 600 mg pagi dan sore hari
2.3. Tanaman yang Berpotensi untuk
Mengobati Hepatitis
2.3.1.
Licorice (Glycyrrhiza
radix)
Gambar 1. Tanaman dan simplisia
licorice
v Taksonomi
:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamili :
Faboideae
Bangsa : Galegeae
Genus : Glycyrrhiza
Spesies :
Glycyrrhiza glabra
Simplisia :
Akar atau Radix (Radix Glycyrrhizae atau Liquiritiae Radix) yang merupakan akar
dan rhizome kering
Sinonim : Liquiritae
officinalis
Nama Lain
Akar
manis, liquorice, madhuyashti, sweet root, sweetwood, yashtimadhu, adimaduram,
asloosoos, aslussos, athimaduram, athimaduramu, athimathuram, bekh-e-mahak,
bois doux, cha emthet, estamee, gancao, glycyrrhiza, herbe aux tanneurs,
hsi-pan-ya-kan-tsao, irk al hiel, irk al hilou, irksos, jakyakgamcho-tang,
jashtimadhu, jethimadh, jethimadha, kanpo, kanzo, kan-ts'ao, kumcho,
lakritzenwurzel, licorice root, liquiritiae radix, liquorice root,
madhuyashtirasayama, mulathee, muleti, mulhatti, neekhiyu, Persian licorice,
racine de reglisse, racinedouce, reglisse, reglisseofficinalis,
rhizomaglycyrrhizae, Russian licorice, Russian liquorice, RussischesSüssholz,
si-pei, sinkiang licorice, Spanish licorice, Spanish liquorice,
SpanischesSüssholz, Süssholzwurzel, sweet root, sweetwood, ud al sus, velmi,
walmee, welmii, xi-bei, yashti, yashtimadhukam, yashtomadhu.
v Kandungan Kimia
Konstituen utama adalah triterpen saponin.
Glycyrrhizin (glycyrrhizic acid, glycyrrhizinic acid) adalah komponen
utama (2-9%); proporsi atau perbandingan komponen minor lainnya bervariasi
tergantung dari spesies dan lokasi geografis. Glycyrrhizin terbentuk sebagai
campuran garam potassium dan kalsium. Glycyrrhizin
adalah komponen aktif dari Radix Glycyrrhizae dan bertanggung jawab pada rasa
manisnya, di mana 50 kali lebih manis daripada sukrosa. Konstituen flavonoidnya
meliputi liquiritigenin dan isoliquiritigenin.
Gambar 2. Struktur
kimia beberapa senyawa dalam Glycyrrhiza radix
v Efek Farmakologis
Penggunaan secara
tradisional dan tercantum dalam Farmakope:
·
Sebagai
penghilang rasa sakit (demulsen) pada terapi radang tenggorokan, dan sebagai
ekspektoran pada batuk
·
Sebagai
profilaksis dan terapi pada ulser lambung dan duodenal, dan dyspepsia
·
Sebagai agen
antiinflamasi pada reaksi alergi, reumatik, dan arthritis
·
Pencegahan
toksisitas hati
·
Kekurangan
adrenokortikoid
Penggunaan secara tradisional, tetapi tidak didukung
data eksperimen :
·
Sebagai
laksatif, kontrasepsi, antihistamin, antivirus
·
Terapi karies
gigi, batu ginjal, penyakit jantung, epilepsi, apendisitis, tetanus, difteri,
hemmoroid
Hasil eksperimen:
·
Aktivitas
penghilang rasa sakit, antitusif, dan ekspektoran dari glycyrrhizin.
·
Aktivitas
antiulser dari Radix Glycyrrhizae (uji klinis)
karena kandungan glycyrrhizin dan aglikonnya (glycyrrhetic acid,
enoxolone)
·
Aktivitas
spasmolitik karena konstituen flavonoidnya, yaitu liquiritigenin dan isoliquiritigenin
·
Glycyrrhizin mengurangi aksi toksik dari CCl4 dan galactosamine yang menginduksi sitotoksisitas dari kultur
hepatosittikus, melalui aktivitas antioksidannya. Glycyrrhizin menghambat pelepasan histamine dari sel mast tikus
dan mencegah sitotoksisitas CCl4 (yang menginduksi lesi pada hati). Radix Glycyrrhizae sebagai anti hepatoksisitas. Glycyrrhizin melindungi hati melalui efek stabilisasi membran.
·
Efek
antiinflamasi dan anti alergi seperti kortikosteroid karena adanya kandungan glycyrrhizin and glycyrrhetic
acid (enoxolone)
·
Secara in
vitro, dapat menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis, Mycobacterium tuberculosis,
Aspergillus spp., Staphylococcus aureus, Mycobacterium
smegmatis, dan Candida
albicans
·
Untuk
Hepatitis C
Uji in vitro
·
Menurut jurnal
berjudul ‘Liquiritigenin, a flavonoid
aglycone from licorice, has a choleretic effect and the ability to induce
hepatic transporters and phase-II enzymes’ tahun 2009 bahwa Liquiritigenin (LQ), komponen
aktif licorice, memiliki efek efek koleretik dan kemampuan untuk menginduksi pengangkut dan enzim
fase-II di hati, yang mungkin berhubungan dengan efek hepatoprotektor terhadap
galactosamine / LPS. Temuan ini
diharapkan dapat memberikan wawasan pemahaman aksi LQ dan penggunaan terapi untuk penyakit
hati.
v Uji Preklinis dan Uji Klinis
Uji preklinis
:
·
Menurut jurnal
berjudul “Antiviral effects of Glycyrrhiza species” tahun 2008,
percobaan kontrol acak menegaskan bahwa senyawa glycyrrhizin dan turunannya
yang berasal dari Glycyrrhiza glabra mengurangi kerusakan hepatoseluler
pada hepatitis B kronis dan C. Pada hepatitis C-diinduksi sirosis resiko karsinoma
hepatoseluler berkurang.
·
Menurut jurnal
berjudul ‘Glycyrrhizin enhances
interleukin-10 production by liver dendritic cells in mice with hepatitis’
bahwa Glycyrrhizin
(GL) diketahui memiliki berbagai
modulasi imun dan respon biologis, serta digunakan pada pasien dengan hepatitis untuk mengurangi aktivitas
peradangan hati, namun, mekanisme yang mendasari aktivitas anti-inflamasi dari
GL kurang dipahami.
Uji
Klinis :
·
Menurut jurnal
berjudul ‘Glycyrrhizin withdrawal
followed by human lymphoblastoid interferon in the treatment of chronic
hepatitis B’ tahun 1991 bahwa dari tujuh belas pasien dengan hepatitis B kronis
diobati dengan pemberian glycyrrhizin selama 4 minggu, diikuti dengan pengobatan interferon lymphoblastoid
manusia selama 4 minggu, selama 6 bulan menunjukkan
pengobatan yang efektif untuk pasien hepatitis B kronis.
·
Menurut jurnal
berjudul ‘Treatment of chronic hepatitis
B. Part 2: Effect of glycyrrhizic acid on the course of illness’ bahwa
pemberian secara intravena (12 bulan) asam glycyrrhizinic dalam bentuk Remefa S pada
pasien dengan hepatitis kronis B virus, mampu menunjukkan efek positif pada evolusi penyakit. Atas dasar hasil yang diperoleh disimpulkan 30-40% tingkat keberhasilan.
·
Menurut
laporan English Language Journal of Tradisional Chinese Medicine tahun
1982, 80 orang penderita Hepatitis B kronis yang diberi Glycyrrhizin selama 3
bulan ternyata sembuh 75%. Hanya sedikit HbsAg dan HbeAg yang positif. Studi
ini mengatakan bahwa serokonversi dapat dicapai 50% dalam waktu 3 bulan.
Kemudian laporan tahun 1991 pada 304 pasien Hepatitis B kronis yang diterapi
2-3 bulan maka 63% HbsAg dan HbeAg menjadi negatif. Studi ini mengatakan bahwa
serokonversi dapat dicapai 50 % dalam 3 bulan terapi.
·
Menurut jurnal
berjudul ‘Effectiveness of interferon,
glycyrrhizin combination therapy in patients with chronic hepatitis C’
tahun 1994 bahwa SNMC (stronger Neominophagen C) yang mengandung komponen aktif glycyrrhizin
(saponin yang diekstraksi dari licorice) berguna dalam memperbaiki fungsi hati.
·
Menurut jurnal
berjudul ‘The long term efficacy of
glycyrrhizin in chronic hepatitis C patients’ bahwa pemberian jangka panjang SNMC (Stronger
Neo-Minophagen C) ,yang merupakan sediaan berisi glycyrrhizin 0,2%,
sistein 0,1%, dan glisin2%, dalam pengobatan hepatitis C kronis efektif dalam
mencegah karsinogenesis hati.
·
Menurut jurnal
berjudul ‘Glycyrrhizin as a potential
treatment for chronic hepatitis C’ bahwa glycyrrhizin memicu penurunan yang
signifikan dari serum aminotransferase dan perbaikan histologi hati
dibandingkan dengan placebo.
v Dosis
Tidak ada acuan yang pasti. Umumnya rata-rata dosis
per hari 5-15 gram material tanaman kasar yang setara sampai 200-800 mg
glycyrrhizin. Dosis pada berbagai sediaan dihitung menurut acuan tersebut.
Radix Glycyrrhizae tidak boleh digunakan lebih dari 4-6 minggu tanpa anjuran
dokter.
v Efek Samping
Tidak ada efek
samping apabila digunakan sesuai dengan dosis yang direkomendasikan dan periode
terapinya. Penggunaan jangka panjang (> 6minggu) dengan dosis berlebihan
(> 50g/hari) dapat menginduksi terjadinya pseudoaldoteronisasi, yang meliputi deplesi potassium, retensi
sodium, edema, hipertensi, dan peningkatan berat badan. Pada beberapa kasus,
mioglobinuria dan miopati dapat terjadi.
v Kontraindikasi
Radix
Glycyrrhizae dikontraindikasikan pada pasien hipertensi, hipokalemia, kelainan
ginjal kronik, kelainan cholestatic atau sirosis hati, dan kehamilan.
v Peringatan :
·
Pemakaian
berkepanjangan menggunakan dosis berlebihan (>50g/hari) dalam waktu lebih
dari 6 minggu dapat meningkatkan akumulasi air, mengakibatkan pembengkakan pada
tangan dan kaki. Ekskresi sodium berkurang dan ekskresi potassium meningkat.
Tekanan darah dapat meningkat.
·
Tidak
menunjukkan efek mutagenic secara in vitro dan efek teratogenik pada hewan. Keamanan
dari sediaan Radix Glycyrrhizae pada
kehamilan dan masa laktasi belum ditetapkan. Sebagai pencegahan sebaiknya tidak
menggunakan obat ini selama kehamilan dan menyusui, kecuali disarankan oleh
dokter.
·
Keamanan dan penggunaan
pada anak-anak belum ditetapkan.
v Interaksi Obat
Karena
mengakibatkan peningkatan kehilangan potassium, Radix Glycyrrhizae tidak digunakan berkepanjangan dengan thiazide dan loop
diuretic atau glikosida jantung. Karena mengurangi ekskresi sodium dan air,
efektivitas dari obat yang digunakan pada terapi hipertensi dapat berkurang. Radix Glycyrrhizae tidak diberikan bersamaan dengan spironolakton atau
amilorida.
v Sediaan dan Dosis
Material
tanaman, ekstrak kering, dan ekstrak cair.
Simpan pada
wadah tertutup dan terlindung dari cahaya dan kelembaban.
2.3.2. Cordyceps chinensis
Gambar 3. Cordyceps sinensis
v Taksonomi
Kingdom : Fungus
Filum : Ascomycota
Subfilum : Ascomycotina
Kelas
: Pyrenomycetes
Ordo : Clavicipitales
Famili : Clavicipitaceae
Genus : Cordyceps
Spesies : Cordyceps sinensis
Simplisia
: Bagian badan buah Cordyceps sinensis
Sinonim :
Caterpillar fungus, Chongcao, Dong
chong xia cao, Sphaeria sinensis,
Tochukaso, Vegetable Caterpillar, and
Yertsa gonbu.
v Deskripsi Tanaman
Cordyceps adalah jamur berwarna hitam khas,
berbentuk seperti pisau. Jamur ini merupakan parasit, tumbuh pada dan
mendapatkan nutrisi dari beberapa spesies ulat, meskipun terutama terdapat pada
ngengat Hepialus armoricanus, yang
hidup enam inchi di bawah tanah (Chen and Jin, 1992; Yin dan Tang, 1995). Pada
akhir musim gugur, senyawa kimia pada kulit ulat berinteraksi dengan spora
jamur dan melepaskan miselia jamur. Mulai dari awal musim panas tahun
selanjutnya, kutu dari jamur telah membunuh ulat dan badan buah dapat terlihat menonjol
dari kepala ulat. Wujud liar ini dipanen, sedangkan miselium utama, yang
dikenal sebagai Paecilomyces hepialid Chen,
dikultivasi secara aseptic (Yue et al., 1995).
Gambar 4. Jamur atau badan buah
dari Cordyceps sinensis tumbuh dari
ulat yang terinfeksi.
v Habitat
Dalam habitat aslinya,
Cordyceps sinensis adalah jamur kecil yang hidup parasit pada satu spesies tertentu ulat pada ketinggian
tinggi dari dataran tinggi Qing-Hai Tibet. Tersebar di pegunungan tinggi
Himalaya di Tibet, Nepal, dan India.
Gambar 5. Peta persebaran C.sinensis
v Kandungan Kimia
Data dari Guo, 1986; Huang et al.,
1991; Tao,1995; Xia et al., 1985; Xu, 1992; Yue et al., 1995; Zhu dan
Xinjingsheng, 1993.
|
1.
Protein, peptida, semua asam
amino esensial, dan poliamin. Sebagai tambahan pada semua asam amino
esensial, Cordyceps mengandung dipeptida siklik yang tidak umum meliputi
siklo-(Gly-Pro), siklo-(Leu-Pro), siklo-(Val-Pro), siklo-(Ala-Leu),
siklo-(Ala-Val), dan siklo-(Thr-Leu). Sejumlah kecil poliamin, mencakup
1.3-diaminopropana, kadaverin, spermidin, spermin, dan putresin juga
teridentifikasi keberadaannya.
|
2.
Sakarida dan turunan gula (misal
d-manitol) telah diidentifikasi dan aktivitas farmakologisnya telah
dilaporkan. Suatu grup oligosakarida dan polisakarida (Cs-1) yang diisolasi
dari Cordyceps menstimulasi fungsi makrofag, dan memicu transformasi
limfosit. Suatu bioaktif polisakarida yang terikat protein 23-kd telah
diketahui mengandung manosa dan galaktosa dalam rasio 3 : 5, dan juga
protein.
|
3.
Sterol, meliputi ergosterol, Δ3-ergosterol,
ergosterol peroksida, β-sitosterol, daucosterol, dan campasterol
|
4.
Sebelas senyawa nukleosida telah
ditemukan pada Cordyceps. Nukleosida utama dalam C. sinensis mencakup adenin,
urasil, uridin, guanosin, timidin, dan deoksiuridin.
|
5.
Asam lemak dan asam organik lain,
28 asam lemak jenuh dan tidak jenuh dan turunannya telah diisolasi dari C.
sinensis. Senyawa polar dari ekstrak alam Cordyceps dan Cs-4 mencakup banyak
senyawa hidrokarbon, alkohol, dan aldehid.
|
6.
Vitamin, mencakup vitamin B1,
B2, B12, E dan K
|
7.
Inorganik, meliputi K, Na, Ca,
Mg, Fe, Cu, Mn, Zn, Pi, Se, Al, Si, Ni, Sr, Ti, Cr, Ga, V, dan Zr.
|
Yang memiliki aktivitas farmakologi:
adenosin, asam alkenoat, Cordycepin, ergosterol,Galaktomannin, asam linoleat,
asam oleat, d-manitol, nukleosida, polisakarida, sterol, triptofan.
Adenosin Cordycepin Ergosterol
D-manitol Triptofan Asam linoleat
Gambar 6. Struktur kimia beberapa
senyawa dalam Cordyceps sinensis
v Efek Farmakologi
Cordyceps menghambat fibrogenesis hati karena
kerusakan hati, memperlambat perkembangan dari sirosis, dan mengembalikan
fungsi hati. Mekanisme yang mungkin terjadi melibatkan penghambatan dari TGF-β
(Transforming Growth Factor beta),
sehingga mengatur penurunan PDGF (Platelet-Derived
Growth Factor) dan menurunkan deposisi prokolagen I dan III.
Efek lainnya: meningkatkan sistem imun, meningkatkan
kejantanan, memperbaiki penglihatan, anti-tumor, antikanker, antivirus, penurun
kolesterol, antioksidan, meningkatkan stamina (Holliday and Cleaver, 2004).
v Uji Preklinis dan Uji klinis
Uji
Preklinis
Efek ekstrak Cordyceps
sinensis pada keadaan energi dari hati mencit diperiksa menggunakan uji in vivo spektroskopi 31P NMR.
Setelah diberikan ekstrak air (0,2 atau 0,4 g/kg) secara oral selama 7 hari,
perbandingan dari ATP dengan foafat inorganik meningkat di dalam hati secara
signifikan rata-rata 45%-55%, jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
plasebo. Oleh karena itu, bioenergi dapat meningkat dan menghasilkan penurunan
konsumsi energi pada mencit.
Uji
Klinis
Pada pengobatan tradisional bangsa China (TCM),
Cordyceps digunakan untuk mendukung dan meningkatkan fungsi hati. Studi
terhadap manusia mengindikasikan bahwa Cordyceps dapat menstimulasi sistem imun
dan meningkatkan level serum gamma globulin pada pasien hepatitis B. Meskipun penelitian telah memberikan bukti yang agak lemah tentang
Cordyceps
sebagai pengobatan untuk hepatitis B kronis, namun hasilnya menjanjikan.
Untuk sistem hepatik (hepatitis kronik dan kondisi penyakit yang berhubungan):
§ Hepatitis-B,
dengan tes turbiditas timolà kembali ke kondisi normal pada 1/3 dari
pasien
§ MeningkatkanSGPT
à
lebih dari setengah sembuh hingga kadar
normal.
§ Serum
albumin meningkat
Uji klinis dengan plasebo terkontrol menguji efek
terapi Cs-4 pada pasien usia tua dengan gejala kelelahan dan gejala yang
berhubungan dengan penuaan. Dibandingkan dengan tidak adanya perbaikan gejala
pada pasien yang diberikan placebo, sebagian besar pasien yang diterapi dengan
Cs-4 dilaporkan mengalami perbaikan klinis.
v Toksisitas
Secara
umum, Cordyceps dilaporkan merupakan herbal tradisional China yang sangat aman.
Bahkan, banyak peneliti melaporkan bahwa oral LD50 dan produk
fermentasi miselialnya tidak ditemukan. Tidak ditemukan kematian pada mencit
setelah 7 hari atau lebih yang diberikan Cordyceps.
v Dosis
Pemberian
kapsul Cordyceps sinensis untuk
hepatitis asimtomatik akut, dosis:
·
2-4 tahun: 0,25 g/hari
·
2-4 tahun: 0,5 g/hari
·
10-15 tahun: 1,25 g/hari
·
Lebih dari 16 tahun: 1,5 g/hari
v Efek samping:
relatif aman
v Peringatan dan Kontraindikasi
·
Kehamilan dan menyusui: informasi yang
menunjukkan penggunaan selama kehamilan dan menyusui tidak mencukupi sehingga
sebaiknya hindari pemakaian demi keamanan.
·
Penyakit autoimun seperti multiple sclerosis, lupus, arthritis
rheumatoid. Cordyceps dapat menyebabkan sistem imun lebih aktif dan dapat
meningkatkan gejala penyakit autoimun.
v Interaksi Obat
Siklofosfamid,
prednisolon: karena menurunkan aktivitas sistem imun (imunosupresan)
v Penggunaan secara tradisional
Pembuatan
tonik dengan menambahkan obat-obatan herbal ke dalam wadah yang berisi sehelai
kain, yang kemudian dijaga dalam tempat sejuk untuk 2-3 bulan. Terdapat 2
resep, yaitu
·
Cordyceps, dugme (dug med,
Fritillaria cirrhosa, Liliaceae) umbi, akar dari tanaman yang belum,
diidentifikasi dan sebuah fragmen dari shara (sha rwa, deer’s
antler, Cervus albirostris, white-lipped
deer, or C. elaphus macneilli, a
red deer)
·
Cordyceps, dugme umbi, dan dretserma
(‘dre tsher ma, Lycium barbarum, Solanaceae; yang dikenal
dengan goji atau wolf berries)
v Sediaan
Cordyceps yang dijual di Farmasi kota Yunnan, China.
Cordyceps Sinensis - Kapsul
Herbal Cordyceps Fruit Body Cord-Immune, 300mg, 60 caps
2.3.3.
Meniran (Phylanthus herba)
Gambar 7. Tanaman
meniran
v Taksonomi
Kingdom :
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh)
Super Divisi :Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /
dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies :
Phyllanthus niruri L.
Simplisia :
Seluruh tumbuhan, segar atau
dikeringkan.
v Deskripsi
Batang : Berbentuk
bulat berbatang basah dengan tinggi kurang dari 50 cm.
Daun : Mempunyai daun
yang bersirip genap setiap satu tangkai daun terdiri dari daun majemuk
yang mempunyai ukuran kecil dan
berbentuk lonjong.
Bunga : Terdapat pada
ketiak daun menghadap kearah bawah.
Syarat Tumbuh
: Meniran tumbuhan berasal dari daerah tropis yang tumbuh liar di Hutan-hutan,
ladang-ladang, Kebun-kebun maupun pekarangan halaman rumah, pada umumnya tidak
dipelihara, karena dianggap tumbuhan rumput biasa. Meniran tumbuh subur
ditempat yang lembab pada dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas
permukaan laut.
v Kandungan kimia
Mengandung
phyllantin, hypophyllantin, nirantin, nirtetrali, nirurin, nirurinetin,
norsecurinine, phyllantenol, phyllantheol, phyllnirurin, phylltetrin,
quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin, rutin, kaempferol-4,
rhamnopynoside), alkaloid, triterpenoid, asam lemak (asam ricinoleat, asam
linoleat, asam linolenat), vitamin C, kalium, damar, tanin, geraniin, triacontanal, dan triacontanol.
v Efek Farmakologi
Ekstrak tumbuhan ini terbukti memberikan
efek terhadap virus hepatitis B, seperti yang dilaporkan Venkateswaran, dkk.
dari India (1987). Mereka melaporkan ekstrak semua bagian tumbuhan Meniran
dapat menghambat aktivitas enzim DNA polymerase (DNAp) dari virus
hepatitis B dan virus hepatitis woodchuck secara in vitro. Pada
percobaan klinik pendahuluan yang dilakukan oleh Thyagarajan, dkk. (1988)
terhadap 37 penderita hepatitis B, ternyata 22 orang dari mereka menunjukkan
kesembuhan. Pengamatan klinik pun menunjukkan bahwa tumbuhan ini sedikit sekali
atau tidak memberi efek toksik.
Baru-baru ini Wagner, dkk. bekerja sama
dengan industri farmasi dan suatu rumah sakit di Munchen Jerman telah melakukan
penelitian secara menyeluruh terhadap tumbuhan ini dan berhasil mendapatkan hak
paten. Sedangkan di Indonesia meniran tumbuh secara liar di tempat terbuka,
pada tanah gembur yang mengandung pasir, di ladang, di tepi sungai, dan di
pantai. Akan tetapi, upaya budidaya belum dilakukan secara khusus, padahal
banyak industri obat tradisional yang menggunakannya sebagai bahan ramuan pada
produk jamu.
v
Mekanisme aksi:
Meniran
berfungsi sebagai agen hepatoprotektor. Di India sudah lazim herba meniran
dipakai sebagai obat hati. Sekelompok tikus diinjeksi karbon tetraklorida, zat
penginduksi hepatotoksik. Ternyata tikus yang diberi air rebusan meniran
mengalami perbaikan organ hati.
Salah satu
senyawa yang hingga sekarang menjadi masalah kesehatan bagi penduduk di
berbagai negara beriklim tropis adalah aflatoksin. Sebuah penelitian tentang
efek aflatoksin membuktikan, ekstrak meniran dapat menghambat kerusakan sel
hati dibanding hati tikus percobaan yang tidak diberi meniran. Meniran
mengandung senyawa antihepatotoksik seperti filantin, hipofilantin,
triakontanal dan trikontanol. Senyawa mana yang berperan dominan belum
diketahui. Sehingga perlu penelitian lebih lanjut.
Phyllanthus bekerja sebagai pelindung hati dengan cara menyabotase DNA polimerasi,
enzim yang diperlukan virus hepatitis B untuk bereplikasi. Dalam sebuah
penelitian di India, 59% pasien yang menderita infeksi hepatitis B menunjukkan
kadar HBV infection yang makin kecil
setelah mengkonsumsi meniran selama 30 hari.
Hasil uji
klinis di RS soetomo membuktikan meniran berkhasiat mengatasi hepatitis B.
pasien hepatitis kronis diberi sebuah kapsul meniran 3 kali sehari selama
sebulan. Ekstrak meniran dapat memodulasi sistem imun lewat proliferasi dan
aktivasi limfosit T dan B. Sekresi TNF-α dan IFN-α meningkat. Efek akhirnya
indikasi kesembuhan hepatitis. Hasil riset Haowie dalam Journal Laboratory Clinic Medicine menyebutkan: meniran terbukti
menghambat kinerja polimerisasi DNA oleh virus hepatitis B dan mengikat antigen
virus itu.
Ada atau
tidaknya kuman hepatitis B kronis ditunjukkan dengan nilai HbsAg. Positif
berarti penderia memang benar terjangkit hepatitis B. konsumsi meniran secara
teratur selama beberapa tahun ternyata berhasil mengubah angka HbsAg menjadi
negatif. Meniran mendorong perbaikan sel-sel hati dengan cara meningkatkan
jumlah enzim yang berperan dalam antioksidan. Sebuah percobaan in vivo
dilakukan untuk melihat pengaruh meniran terhadap perbaikan hati tikus yang
sudah rusak oleh karbon tetraklorida. Zat asing ini berhasil meningkatkan kadar
glutamat-piruvat transaminase (GPT), alanin fosfatase (ALP), dan lipid
peroksida pada hati hewan percobaan. Kadar antioksidan menurun ditandai dengan
berkurangnya superoksida dismutase (SOD). Pemberian ekstrak meniran mendorong
mekanisme perbaikan sel-sel hati dan meningkatkan jumlah enzim yang berperan
dalam antioksidan.
Thyagarajan (1988) telah berhasil
mengisolasi tiga senyawa aktif dari genus Phyllanthus yaitu P. amarus yang
mempunyai
aktivitas menghambat perkembang biakan
virus hepatitis B, meningkatkan sistem imun dan melindungi hati. Tjandrawinata et al., 2005
melaporkan bawa ekstrak P. niruri dapat meningkatkan aktivitas dan
fungsi komponen sistem imun baik imunitas humoral maupun selular.
Contoh penelitian terhadap meniran
yaitu: “Efek Meniran (Phyllanthus
niruri Linn) terhadap Kadar AST dan ALT Mencit Balb/C yang Diinduksi
Asetaminofen”.
Latar belakang: Meniran (Phyllanthus
niruri) memiliki potensi sebagai hepatoprotektor karena mengandung phyllanthin
dan hipophyllanthin. Zat tersebut diketahui memiliki fungsi sebagai
antioksidan, meningkatkan viabilitas hepatosit, menurunkan peroksidasi lipid,
dan meningkatkan glutation. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ada
tidaknya perbedaan kadar AST dan ALT antara mencit yang diberi Phyllanthus
niruri dengan yang tidak paska induksi asetaminofen dosis toksik.
Metode: Desain
penelitian ini adalah randomized postest control group design dengan
menggunakan mecit Balb/C sebagai sampel. Dua puluh empat mencit yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan aklimatisasi selama seminggu kemudian
mencit dilakukan randomisasi dan dikelompokkan menjadi 4 kelompok sama
banyak, yaitu kelompok kontrol, kelompok yang diberi asetaminofen saja,
kelompok yang diberi asetaminofen dan Phyllanthus niruri dosis 0,39 mg,
dan kelompok yang diberi asetaminofen dan Phyllanthus niruri dosis 3,9
mg. Ekstrak Phyllanthus niruri diberikan peroral selama 7 hari. Setelah
perlakuan darah mencit diambil untuk diperiksa kadar AST dan ALT. Data
dideskripsikan dalam bentuk tabel dan gambar. Uji statistik menggunakan uji
Kruskal-Wallis.
Hasil : Dari uji Kruskal-Wallis,
nilai p untuk kadar AST adalah 0,168 dan nilai p untuk kadar ALT adalah
0,726. Keduanya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kadar AST dan ALT di
antara 4 kelompok mencit.
Kesimpulan: Tidak ada
perbedaan kadar AST dan ALT pada mencit Balb/C paska induksi
asetaminofen yang diberi Phyllanthus niruri dengan yang tidak diberi
Phyllanthus niruri.
v Dosis
Herba segar 30 - 60 gram atau 15-30 g yang kering direbus. Minum sehari sekali. (Saran 3x 2 kapsul
per hari, minum banyak air)
v Efek
samping
Hingga
saat ini, belum ada laporan tentang efek samping yang berbahaya dari penggunaan
maniran. Selain itu ekstrak meniran tidak menimbulkan kerusakan sel hati secara
permanen serta dapat dikategorikan relatif tidak berbahaya.
v Kontraindikasi
Ibu hamil dan menyusui, hal ini untuk
menghindari klaim-klaim yang tidak jelas penyebabnya.
v Penggunaan
secara tradisional
Sakit
Kuning
·
Bahan Utama:
16 gr Tanaman Meniran (akar,
Batang, daun), Bahan Tambahan: 2 gelas Air Susu. Cara membuat: Tanaman meniran dicuci lalu ditumbuk
halus dan direbus dengan 2 gelas air susu sampai mendidih hingga tinggal 1
gelas. Cara menggunakan: disaring dan diminum sekaligus; dilakukan setiap
hari.
·
Bahan Utama:
7 batang tanaman meniran (akar,
Batang dan bunga), Bahan Tambahan: 7 buah Bunga cengkeh kering, 5
cm rimpang umbi temulawak, 1 potong kayu manis, Cara Membuat: Seluruh
bahan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, Cara
menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari.
2.3.4.
Rimpang
Temulawak (Curcumae Rhizoma)
Gambar
8. Tanaman dan Rimpang Temulawak
v Taksonomi
Divisi
: Spermatophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
:Curcuma
Spesies :Curcuma xanthorrhiza ROXB.
Simplisia :Curcumae rhizome (potongan rimpang yang telah
dikeringkan)
v Deskripsi
Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza) adalah tumbuhan obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae).
Temulawak berasal dari Indonesia, khususnya Pulau Jawa, kemudian menyebar ke
beberapa tempat di kawasan wilayah biogeografi Malesia.
Saat ini, sebagian besar budidaya temulawak berada di Indonesia, Malaysia, Thailand,
dan Filipina,
selain tanaman ini terdapat Asia Tenggara dapat ditemui pula di China, Indochina, Barbados, India, Jepang, Korea, Amerika
Serikat dan beberapa negara Eropa. Nama daerah di Jawa
yaitu temulawak, di Sunda
disebut koneng gede, sedangkan
di Madura disebut temu labak.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai
ketinggian 2meter di atas permukaan laut dan
berhabitat di hutan tropis. Temulawak merupakan tanaman terna, berbatang semu.
Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang
gembur. Daun berbentuk bulat memanjang, warna hijau, sisi ibu tulang daun merah
keunguan. Bunga majemuk, keluar dari rimpang, kelopak berwarna putih, mahkota
berbentuk tabung, helaian bunga berwarna putih bagian ujung merah tua.
v Kandungan
kimia
Kandungan utama kurkuminoid (1-2%), yaitu: kurkumin dan
monodesmetoksikurkumin (tidak kurang dari 1,0% dihitung sebagai kurkumin),
bisdesmetoksikukumin ditemukan dalam jumlah sangat kecil, bahkan tidak
terdeteksi. Kandungan lain adalah golongan seskuiterpen 3-12% (tidak kurang
dari 5,0%), terutama: ar-kukumen, xanthorhizol, β-kurkumen, zingiberen, dan
germakron.
Gambar
9. Struktur kimia beberapa senyawa dalam rimpang temulawak
v Efek Farmakologi
Temulawak telah digunakan secara
turun-temurun di Indonesia untuk pengobatan kelainan hati. Selain dapat merangsang sekresi empedu dan meningkatkan kemampuan
detoksifikasi hati, kandungan kurkumin dalam temulawak
berkhasiat sebagai antioksidan. Dalam
penelitian pada hewan percobaan, kunyit terlihat menghambat kerusakan hati dari
aflatoksin dan racun hati lainnya.
Kandungan
kurkumin ini juga memilki aktivitas secara nyata dapat menurunkan peningkatan
kadar transaminase dalam serum karena pengaruh zat-zat racun hati (zat
hepatotoksik), sehingga kerusakan sel-sel hati oleh zat-zat racun tersebut
dapat dihindarkan. Kurkumin juga diketahui memiliki efek yang kuat sebagai pencegah
kanker dan mempunyai daya antioksidan yang kuat. Serta temulawak dikenal mempunyai khasiat sebagai obat penguat (tonik),
dan sebagai obat penambah darah
untuk orang yang menderita kekurangan darah atau anemia
v Uji Klinis dan Preklinis
Uji
preklinis
·
Ekstrak
etanolik terstandar dari rimpang temulawak (500mg/kg) selama 7 hari
memperlihatkan efek hepatoprotektif pada tikus yang diinduksi dengan etanol.
Hal ini dapat dilihat dari pengamatan fungsi hati seperti kadar ALT, AST, dan
kandungan protein. Efek tersebut juga didukung dari pengamatan histopatologi.
·
Xantorrhizol
yang diisolasi dari temulawak pada dosis 200mg/kg bb sehari-hari selama 4 hari
sebelum diinduksi dengan sisplatin (45mg/kg, ip) pada mencit secara nyata dapat
menghambat kerusakan hati. Mekanisme hepatoprotektok tersebut diduga melalui
regulasi faktor transkripsi aktivitas DNA-binding, NF-kB, da AP-1.
·
Pada
penelitan lain uji aktivitas hepatoprotektor lainnya dari tanaman ini
menggunakan hewan percobaan yang diinduksi hepatotoksis dengan parasetamol
dosis tinggi (2500 mg/Kg BB). Dosis ekstrak rimpang temulawak yang digunakan
adalah dosis rendah 50 mg/Kg BB dan dosis tinggi (250 dan 1000 mg/Kg BB).
Disimpulkan bahwa ekstrak rimpang curcumae rhizoma dosis rendah tidak
menunjukkan aktivitas hepatoprotektor tetapi pada dosis tinggi dapat menurunkan
kadar SGOT dan SGPT.
v Penggunaan secara tradisional
Bahan:
10 gram rimpang temulawak
10 gram rimpang temulawak
10
gram kunyit
10
gram daun sambiloto kering
10
gram rimpang temu mangga
10
gram ciplukan kering (seluruh bagian tanaman)
10
gram meniran (seluruh bagian tanaman)
Cara
Membuat: Setelah dicuci bersih, rimpang temulawak, kunyit, temu putih, dan
temu mangga diparut halus. Parutan tersebut dicampur dengan ciplukan, meniran,
dan daun sambiloto, lalu direbus dengan 2 gelas air putih sampai tersisa
sekitar 1,5 gelas. Setelah disaring, ramuan diminum 3 kali sehari masing-masing
1/2 gelas. Untuk mengurangi rasa pahit, tambahkan 1 sendok makan madu.
v Keamanan
Ekstrak etanolik terstandar
temulawak mengandung xanthorrhizol 0,1238mg/kg pada dosis 5g/kg bb per oral
tidak memberikan tanda-tanda toksisitas pada mencit.
2.3.5.
Herba Sambiloto (Andrographidis Herba)
Gambar 10. Tanaman dan
Herba sambiloto
v Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Ordo : Lamiales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis
paniculata
Simplisia :andrographidis
herba (herba sambiloto) berupa herba yang telah dikeringkan.
v Deskripsi
Tanaman berupa herba, tinggi dapat
mencapai 1m. Batang bersegi empat. Daun tunggal berbentuk lanset dengan pangkal
runcing atau agak meruncing. Bunga berbentuk malai dengan cabang tandan,
kelopak 5 lembar berlekatan. Herba
sambiloto memiliki rasa sangat pahit.
v Kandungan
kimia
Kandungan
kimia utama herba sambiloto, antara lain senyawa diterpenoid lakton seperti:
andrografolida, deoksiandrografolida, neoandrografolida, 14-epiandrografolida,
14-deoksi-12-metoksi-andrografolida,
12-epi-14-deoksi-12-metoksi-andrografolida,
14-deoksi-1-hidroksi-andrografolida, 14-deoksi-12-hidroksi-andrografolida,
14-deoksi-11-hidroksi-andrografolida, andrografisida, neoandrografisida,
andropanosida, andrograpanin, dan bis-andrografolida A, B, C, dan D. Selain itu
juga mengandung flavonoid.
Andrografolida 14-deoksi-11,12-didehidroandrografolida
Gambar 11. Struktur
kimia beberapa senyawa dalam herba sambiloto
v Efek
Farmakologi
Efek hepatoprotektor dari sambiloto
telah diteliti pada hewan coba yang diinduksi dengan karbontetrakorida,
parasetamol, dan galaktosamin. Senyawa ini dapat mengakibatkan kerusakan hati
secara in vitro maupun in vivo. Selain ekstrak, senyawa hasil isolasi berupa
andrografolida dapat melindungi kerusakan hati akibat pemberian senyawa
hepatotoksik.
Mekanisme kerja belum jelas, namun
pemberian ekstrak sambiloto dan senyawa isolatnya dapat menurunkan peradangan
hati diduga melalui peningkatan produksi senyawa antioksidan endogen dan
glutation. Senyawa aktif yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas hepatoprotektor yang diinduksi oleh etanol
adalah androfrafolida dan protein arabinogalaktan.
v Uji
Klinis dan Preklinis
Uji
Preklinis
·
Teratogenesitas,
maupun efek gangguan fertilitas belum diketahui. Pada uji Ames terhadap
Salmonella typhimurium TA98 dan TAmix tidak menimbulkan efek mutagenik.
·
Uji toksisitas
akut ekstrak terstandar sambiloto pemberian 5000 mg/kg bb tidak memberikan efek
toksik selama 14hari. Adapun efek yang tidak diinginkan, pada dosis besar dapat
menyebabkan rasa tidak enak pada pencernaan dan kehilangan nafsu makan. Rasa
pahit dari andrografolidanya dapat menyebabkan muntah.
Uji
Klinis
Setelah pemberian secara oral
ekstrak metanolik daun sambiloto 1g/kg bb, terjadi peningkatan konsentrasi
andrografolida dan deoksi-didehidroandrografolida pada plasma 30menit sampai
3jam setelah pemberian. Konsentrasi maksimum andrografolida dan
deoksi-didehidroandrografolida dalam plasma masing-masing 1,42± 0,09 g/ml dan
1,31± 0,04 g/ml. Empat belas hari setelah pemberian ekstrak metanolik 1g/kg bb,
kemudian diinduksi dengan CCl4 dapat menjaga aktivitas antioksidan
dalam eritrosit.
v Penggunaan
secara tradisional
Herba kering sebanyak 10 - 20 g
direbus atau herba kering digiling halus menjadi bubuk lalu diseduh, minum atau
3 - 4 kali sehari, 4 - 6 tablet. Untuk
pengobatan kanker, digunakan cairan infus, injeksi, atau tablet. Untuk
pemakaian luar, herba segar direbus lalu airnya digunakan untuk cuci atau
digiling halus dan dibubuhkan ke tempat yang sakit, seperti digigit ular
berbisa, gatal-gatal, atau bisul.
v Keamanan
Kandungan senyawa aktif sambiloto
terbukti aman. Hasil uji toksisitas akut menunjukkan LD50 sambiloto mencapai
27,5 g/kg bb. Pada pengujian toksisitas lainnya, pemberian ekstrak kering
sambiloto sampai 100 mg/kg selama 60hari tidak memberikan efek toksik pada
organ reproduksi.
v Interaksi
obat
Pemberian sambiloto mungkin dapat
menyebabkan perlambatan eliminasi teofilin. Oleh karena itu, bagi pasien yang
menggunakan obat yang dimetabolisme CYP1A2, seperti kafein dan teofilin, harus
mempertimbangkan kemungkinan interaksi yang menyebabkan kegagalan terapi atau
peningkatan toksisitas obat konvesional.
v Dosis
Dalam bentuk
serbuk dosis 1,5-3,0 g sehari tiga kali atau sediaan lain yang setara.
2.3.6.
Milk Thistle (Silybi marie fructus)
Gambar 12. Tanaman dan
Fructus silybi marie
v Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Asterales
Famili :
Asteraceae
Upafamili : Lactucoideae
Bangsa :
Cardueae
Genus : Silybum
Spesies : Silybum marianum (L) Gaertn
Simplisia
: Silybi marie fructus (berupa buah
masak yang telah dikeringkan)
v Deskripsi
Tanaman berupa tanaman tinggi sampai
5m, berbatang tegak, bercabang dan beralur tetapi tidak berduri. Tanaman ini
memiliki akar besar. Daun hijau, yang melekat pada batang tanpa tangkai daun atas
memiliki basis memeluk. Bunga dari milk thistle berwarna merah-ungu, dengan
biji kecil berwarna hitam berkilap berbeludru.
v Kandungan
Kimia
Buah silybi
mengandung 15-30% minyak dan 20-30% protein. Kandungan utama dari tanaman ini
adalah flavonoid. Flavonoid yang merupakan senyawa aktif utama adalah
silimarin, terdiri dari empat isomer, yaitu: silibin, isosilibin, silidianin,
dan silikristin. Oleh karenba itu, orang sering menyebut tanaman ini dengan
silimarin.
Gambar 13. Struktur kimia
beberapa senyawa dalam Fructus silybi
marie
v Mekanisme
Aksi
Sylimarin,
sebuah kompleks flavonoid yang dapat diekstrak dari biji milk thistle, terdiri dari tiga isomer. sylimarin adalah secara
khas diekstrak dengan etanol 95%, menghasilkan cairan kuning terang.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan menggunakan produk milk thistle, legalon (madeus, jerman),
yang dipreparasi dengan ekstraksi
menggunakan etil asetat. Sebuah standar ekstrak milk thistle mengandung sylimarin 70%, campuran dari flavonolignans silydianin dan silychristin, dan silibinin (konstituen yang paling aktif, menurut uji in vitro).
Konstituen lain, termasuk dehydrosilybin,
desoxysilydianin, dan silybinomer, juga telah diisolasi.
Aktivitas
antioksidan, atau antagonisme radikal bebas, telah dikutip sebagai mekanisme
kemungkinan aksi milk thistle. Efek
menyarankan lain meliputi peningkatan sintesis protein, penurunan aktivitas
tumor-promotor, stabil respon imunologi, perlindungan terhadap kerusakan
radiasi selular, dan perubahan dan peningkatan membran stabilititas selular.
Kualitas hepatoprotektif dari milk thistle telah dikaitkan dengan sifat
antioksidan. Flavonoid hadir dalam milk thistle, seperti sylimarin dan silybin,
telah ditunjukkan untuk bertindak sebagai antioksidan. Orang yang terinfeksi virus hepatitis B atau C (HBV dan HCV)
lebih mungkin mengalami masalah hati waktu memakai obat antiretroviral (ARV).
Milk thistle dapat membantu mencegah kerusakan pada hati tersebut.
v Efek Farmakologi
Laporan
tentangaktivitas dari tanaman ini lebih banyak pada senyawa silimarin.
Silimarin memilki aktivitas antitoksik dan meningkatkan regenerasi jaringan
hati. Aktivitas ini melalui stabilitas membrane dan aktivitas antioksidan. Efek
peningkatan regenerasi jaringan hati melalui stimulasi biosintesis protein.
Pemberian sediaan mengandung silimarin tidak hanya memberikan efek proteksi,
tetapi juga efek kuratif dengan meregenasi sel-sel yang telah rusak.
Farmakokinetik: Bioavailabilitas
silibinin pada pemberian oral, konstituen milk thistle, berkisar dari 23%
sampai 47% dan terlihat lebih tinggi ketika pemberian kapsul soft-gel. Sekitar 10% silibinin
didistribusi dalam plasma. Waktu paruh silibinin dan silymarin dilaporkan
kurang lebih 4 jam. Kurang dari 3% dalam bentuk bebas atau silibinin dalam
bentuk terkonjugasi di dalam urin.
v Uji
Klinis dan Preklinis
Uji Preklinis
Pemberian silimarin pada tikus dapat
mencegah kerusakan hati, akibat pemberian toksin seperti: karbon tetraklorida,
galaktosamin, tioasetamid, dan praseodimium. Selain itu, silimarin juga dapat
mencegah kerusakan hati, karena toksisitas obat-obatan.
Uji
Klinis
·
Telah
dilakukan uji klinik dengan kontrol, tersamar ganda, pada 60 pasien yang
menerima obat-obatan psikotropika diberi silimarin dosis 800mg sehari selama
90hari. Pada kelompok penerima silimarin terlihat perbaikan fungsi hati dan
penurunan kerusakan hati karena peroksidasi lipid. Hal ini terlihat dari
penurunan kadar malondialdehid (MDA) sebagai parameter oksidasi asam lemak
tidak jenuh. Hasil ini juga didukung oleh penelitian lain bahwa pemberian
silimarin pada 19 pasien pengguna psikotropika selama 6bulan memperlihatkan
efek perbaikan.
·
Sirosis:. produk milk thistle
yang populer di Eropa dan negara-negara bersatu untuk pengelolaan berbagai
jenis penyakit hati, termasuk hepatitis, sirosis, batu empedu, penyakit kuning,
dan kerusakan hati yang disebabkan racun. Beberapa acak, double-blind, uji coba terkontrol plasebo telah dilakukan di Eropa
untuk mengevaluasi dampak milk thistle
pada sirosis alkohol dan tidak mengandung alkohol. Studi
telah memeriksa kedua hasil jangka pendek dan jangka panjang, termasuk
kematian. Secara keseluruhan, penelitian ini
telah dilaporkan milk thistle dapat
menurunkan kadar serum transaminase, meningkatkan histologi hati, dan
meningkatkan kelangsungan hidup. Namun, kelemahan nethodological dalam desain penelitian dan interpretasi batas
pelaporan dan penerapan klinis. Faktor pemicu (misalnya konsumsi alkohol) tidak
terkontrol dengan baik, dan inklusi kriteria (misalnya kriteria diagnostik
untuk penyakit hati) belum didefinisikan dengan baik. Peninjauan sistematis
berkualitas tinggi dan meta-analisis disiapkan untuk badan untuk penelitian
kesehatan dan kualitas (AHRQ) menyimpulkan bahwa kemanjuran klinis penyakit milk thistle untuk pengobatan hati belum
jelas ditetapkan. Meskipun bukti yang ada tidak menunjukkan manfaat milk thistle, kebanyakan efek ukuran
kecil atau tidak signifikan secara statistik ketika data yang dikumpulkan. uji
coba terkontrol ketat menggunakan hasil serologi, histologis, dan kelangsungan
hidup yang diperlukan sebelum rekomendasi yang kuat dapat dibuat.
Hepatitis
kronis (virus dan alkohol): beberapa percobaan telah menguji milk thistle sebagai pengobatan untuk
hepatitis kronis karena virus atau alkohol. Kebanyakan penelitian telah
menghasilkan hasil yang signifikan secara statistik menunjukkan bahwa milk thistle meningkatkan nilai
transaminase, bilirubin, dan PT, dengan konsisten hasil positif untuk hepatitis
virus.
Hepatitis
virus akut: beberapa penelitian yang berkualitas rendah telah menguji
penggunaan milk thistle untuk
hepatitis virus akut. Hasil
serologis yang menguntungkan telah dilaporkan, tetapi karena kelemahan
metodologis, hasil ini tidak konklusif. Tidak
ada cukup bukti untuk merekomendasikan untuk milk thistle untuk pengobatan hepatitis virus akut.
Kerusakan
hati dari obat atau racun: milk thistle telah digunakan sebagai agen
hepatoprotektor terhadap obat dan toksin termasuk kerusakan hati. Sejumlah penelitian telah melaporkan peningkatan kadar
transaminase serum (membaik AST, ALT, dan jumlah trombosit), histologi, dan
gejala (pruritus, mual) pada pasien dengan kerusakan hati toksin atau
obat-diinduksi setelah pengobatan dengan oral milk thistle. Meskipun
hasil ini menjanjikan, mereka dikacaukan oleh kelemahan dalam desain penelitian
dan pelaporan.
v Keamanan
Data mengenai interaksi obat, aktivitas karsinogenesis,
mutagenesis, teratogenik, pada kehamilan dan menyusui belum tersedia. Oleh
karena itu, tidak dianjurkan pemberiannya pada masa kehamilan dan menyusui. Hati-hati pada mereka yang alergi
terhadap tanaman ini.
v Dosis
Milk thistle
kapsul, tincture, dan bubuk standar mengandung 70% sampai 80% silymarin. Untuk
sirosis, 280-420 mg silymarin (Legalon) telah diambil setiap hari dalam dua
atau tiga Dosis terbagi. Sampai dengan 450 mg sehari dibagi dalam tiga dosis
telah dipelajari selama 2 tahun, meskipun silymarin tidak berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup atau kursus klinis pada pecandu alkohol dengan sirosis hati.
Untuk hepatitis kronis, simplisia 12-15gram, atau setara
dengan 60-480 mg silipide (1dB 1016) setiap hari, setara
dengan silybin, atau silymarin (Legalon), 420 mg setiap hari
dalam tiga dosis terbagi. Silipide adalah kompleks silybin dan fosfatidilkolin
dirancang untuk meningkatkan penyerapan silymarin secara oral, dengan
menunjukkan bioavailabilitas yang lebih besar.
Untuk hepatitis virus akut, 420 mg silymarin yang
dikonsumsi setiap hari dalam tiga dosis terbagi. Namun,
khasiat dari dosis ini tidak
jelas. Untuk obat/racun-hepatotoksisitas diinduksi, 280-420 mg silymarin
(legalon) telah diambil secara oral setiap hari dalam tiga Dosis terbagi. Sampai dengan
800 mg/hari telah dipelajari selama 90 hari, namun perbaikan tidak signifikan
dalam transaminase diamati baik dalam milk thistle dan tidak ada kelompok obat.
Hal ini tidak jelas apakah penelitian ini cukup kuat untuk mendeteksi perbedaan
antara kelompok, dan hasilnya mungkin tidak relevan secara klinis.
v Efek
Samping
Pada percobaan kilinik dan tradisional, penggunaan oral
milk thistle umumnya telah dilaporkan toleransi terhadap dosis yang dianjurkan
sampai 6 tahun. Beberapa studi melaporkan sedikit gejala pencernaan, meliputi
mual, heartburn, diare, epigastric pain, ketidaknyamanan perut,
dispepsia, flatulence, dan hilang
nafsu makan. Urtikaria, eksim, dan sakit kepala juga pernah dilaporkan. Reaksi
hipersensitivitas dan anafilaksis bersama dengan milk thistle dilaporkan
menyebabkan kasus saluran pencernaan.
2.3.7.
Paeonia
sp. (Paeonia radix)
Gambar
14. Tanaman dan Radix paeonia
v Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Eudicots
Ordo : Saxifragales
Famili : Paeoniaceae
Genus :
Paeonia L.
Simplisia : Paeonia radix
v Deskripsi tanaman
Spesies Paeonia telah menjadi obat yang berguna dan bunga hias yang menarik untuk lebih dari 3.000 tahun di China dan setidaknya 500 di Eropa. Terdapat empat spesies tanaman ini
yang berasal dari famili Ranunculaceae yang digunakan dalam pengobatan tradisional Cina, yakni:
Paeonia suffruticosa (pohon peoni), Paeonia lactiflora (peoni cina), Paeonia veitchii (peoni cina), dan Paeonia obovata (peoni cina).
Selama
ribuan tahun, akar peoni telah digunakan untuk mengobati luka, infeksi jamur, sakit, dan kondisi spasmodik dalam pengobatan
tradisional Cina. Beberapa kali, akar peoni telah menjadi
perhatian dalam pengembangan penelitian, terutama di Jepang dan Cina. Serta memiliki sejarah panjang dalam
penggunaanya di Eropa, terutama untuk kondisi spasmodik.
Ketiga spesies
peoni cina
ini mencapai ketinggian hingga sembilan meter (sedangkan pohon peoni dapat lebih besar). Tanaman ini
memiliki bentuk berselang-seling, berbentuk elips, daun yang tumbuh di batang halus membawa dua atau lebih bunga. Bunga-bunga besar peoni cina dapat memiliki berbagai warna dan umumnya memiliki diameter 4-6cm. Akar dari semua jenis peoni berbentuk besar, lurus, dan tegas dengan kulit akar mudah dikupas yang melepaskan serbuk ketika dipisahkan
dari akarnya.
v Kandungan kimia
Terdapat
tiga pengobatan yang digunakan dari tanaman peoni dalam pengobatan tradisional Cina. Akar
P. lactiflora,
P. veitchiidan dan P.obovata dengan kulit melekat dikenal sebagai chi shao, atau disebut peoni merah.
Sedangkan akar tanpa kulit dari ketiga tanaman yang sama memberikan bai shao (peoni putih),
meskipun dalam pengobatan yang paling sering digunakan berasal dari P. Lactiflora. Penunjukan warna ini tidak mengacu pada bunga tanaman tersebut (yang paling sering merah muda, merah, ungu, atau putih), tetapi berdasarkan dengan warna akar setelah dilakukan processing.
Putih
peoni, merah peoni,
dan pohon peoni mengandung
glikosida (terutama paeoniflorin) , flavonoid,
proanthocyanidin, tanin, terpenoid, triterpenoid, dan polisakarida kompleks yang semua kandungan ini dapat
berkontribusi pada efek obat. Paeoniflorin telah menjadi perhatian dalam penelitian yang paling utama.
Gambar
15. Struktur kimia senyawa dalam Paeonia radix
v Mekanisme aksi
Mekanisme aksi
yang tepat
pada konstituen peoni belum ditentukan secara utuh. Paeoniflorin, monoterpenoid, dan konstituen lain dalam putih dan merah peoni telah terbukti sebagai
spasmolitik. Hal ini terjadi dengan mengganggu
sebagian pelepasan asetilkolin ke persimpangan neuromuskular yang berhubungan dengan jaringan otot usus halus.
Ada banyak sinergi aktivitas antara putih atau merah peoni dengan licorice (Glycyrrhiza uralensis, yang dapat diganti G. Glabra), dikenal sebagai
formula shakuyaku-kanzo-to yang telah digunakan di Jepang dan Cina. Satu studi menemukan
bahwa pada hewan coba yang
diberikan ekstrak peoni dapat mengganggu pelepasan asetilkolin ke persimpangan neuromuskular, hal ini juga
terjadi saat pemberian ekstrak licorice yang memiliki aktivitas yang sama. Pada uji in vitro ditemukan konsentrasi
paeoniflorin dan glycyrrhizin (glikosida aktif utama dalam licorice) yang bila diberikan secara individual aktivitasnya menjadi terlalu
rendah dalam
menghambat kontraksi otot, tetapi sangat aktif bila diterapkan secara bersamaan.
Aktivitas
lain yang dimiliki oleh ekstrak peoni dan konstituennya dalam studi praklinis meliputi: (1) peningkatan daya ingat, (2) aktivitas
antioksidan, (3) hepatoprotektor, (4) efek
anti aterosklerosis yang berkaitan dengan penghambatan peroksidasi lipid,
(5) penghambatan sekresi asam klorida, (6) aktivitas anti-epilepsi; (7) merangsang aktivitas penekan nafsu makan dan meningkatkan metabolisme; (8) memiliki sifat antimutagenik; (9) perlindungan pada
endothelium dari
efek negatif
dari hiperlipidemia; (10) penghambatan agregasi trombosit, dan (11) antikoagulasi dan
fibrinolisis. Kompleks
olisakarida dari
peoni memberi
efek imunomodulasi secara in vitro.
v Efek Farmakologi (Uji preklinis dan
uji klinis)
Pengaruh
klinis terhadap otot
Efektivitas peoni putih untuk menghilangkan kram otot, terutama
jika dikombinasikan
dengan licorice pada formula shakuyaku-kanzo-to, didukung oleh beberapa uji klinis.
Dalam percobaan double-blind, dengan kontrol plasebo yang melibatkan 101
pasien dengan kejang otot disebabkan sirosis hati. Diberikan ekstrak kering dari formula shakuyaku-kanzo-to secara signifikan unggul dibandingkan dengan
plasebo dalam
mengurangi gejala selama periode dua minggu. Dosis yang
diberikan dalam penelitian ini adalah 2,5 g untuk tiga kali sehari sebelum makan. Dosis ini cukup tinggi untuk mendorong tanda-tanda
pseudoaldosteronisme (yakni edema dan peningkatan berat badan) dari lima pasien (9%) menerima formula shakuyaku-kanzo-to, karena tingginya asupan licorice. Percobaan lainnya yang tidak menggunakan
kontrol menunjukkan bahwa fomula shakuyaku-kanzo-to dapat membantu
meringankan kram otot pada penderita diabetes mellitus,
pasien yang menjalani dialisis, para pecandu alkohol, dan pada orang dengan penyakit serebrovaskular.
Kesehatan wanita
Baik
peoni putih dan merah biasanya digunakan untuk masalah kesehatan perempuan di berbagai pengobatan tradisional Cina.
Terdapat bukti dari uji klinis pendahuluan mendukung penggunaannya dalam dismenorea dan sindrom ovarium polikistik (PCOS). Pengobatan tradisional Cina dengan formula Toki-shakuyaku-san yang mengandung peoni putih, rimpang dari
tanaman Atractylode lancea (atractylodes merah), rimpang tanaman Alisma Plantago-aquatica (dikenal sebagai alisma; pisang air), Poria cocos (hoelen) Sclerotium, rimpang tanaman Cnidium monnieri (Cnidium), dan akar tanaman Angelica dahurica (angelica china), telah dilaporkan dapat mengurangi rasa
sakit pada
pasien dengan dismenorea primer dalam uji klinis double blind.
Shakuyaku-kanzo-to dapat mengobati dismenore sebasar 60% pada
wanita penderita uterine fibroid dalam percobaan terbuka. Shakuyaku-kanzo-to juga dapat membantu meningkatkan kesuburan pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dalam penelitian lainnya. Pada banyak penelitian
lainnya tanaman ini terbukti memiliki peran yang tepat dan tingkat kemanjuran pada peoni putih dengan pemberian
tunggal atau dalam bentuk formula kombinasi untuk mengatasi masalah kesehatan ini dan masalah
kesehatan perempuan lainnya, terutama disfungsi luteal dan gejala
menopause.
Virus hepatitis kronik
Kedua macam
peoni merah
dan putih secara tradisional digunakan di Asia untuk mengobati pasien dengan virus
hepatitis
kronis. Dalam satu percobaan kecil, secara uji klinis terbuka dengan
menggunakan peoni
merah (dosis tidak dapat ditentukan tetapi dikatakan "berat") selama periode tiga bulan, berdasarkan 77% pasien dengan sirosis atau hepatitis aktif kronis terjadi perbaikan dari histologi hatinya
yakni dengan mengulangi hasil biopsi. Serangkaian kasus juga melaporkan kemanjuran dari pendekatan ini. Sampai lebih banyak penelitian lanjutan dilakukan untuk menentukan efektivitas dari peoni merah atau
putih untuk
hepatitis kronis,
maka agen ini harus
dikombinasikan dengan kandungan lainnya,agar diperoleh terapi yang lebih pasti.
Penyakit kardiovaskular
Terdapat bukti-bukti yang menunjukkan pohon peoni, merah peoni, dan putih peoni bermanfaat pada pasien dengan aterosklerosis dan/atau hipertensi. Berbagai ekstrak dan konstituen dari obat-obatan herbal ini telah
menunjukkan sifat antiplatelet dan anti aterosklerotik. Satu percobaan terbuka menemukan ekstrak Paeonia obovata dapat menurunkan agregasi trombosit pada manusia. Kombinasi antara Chinese angelica dan peoni dalam
percobaan terkontrol ditemukan dapat membantu wanita hamil dan menurunkan hipertensi. Pada percobaan klinis terbuka lainnya menunjukkan pohon peoni dapat mengurangi tekanan darah pada manusia. Tetapi mekanisme yang
tepat dari peoni dalam pengobatannya aterosklerosis dan hipertensi masih belum diketahui.
Pengobatan lainnya
Diperoleh
bukti praklinis menunjukkan peoni yang
mungkin
dapat membantu pasien dengan demensia, penyakit Alzheimer, penyakit
menular, epilepsi, ulkus peptikum,
obesitas, dan
kanker. Namun,
tidak ada uji
klinis atau
laporan yang ditemukan membahas penggunaan peoni untuk kondisi ini. Tetapi terdapat satu artikel yang menyarankan melakukan sebuah penelitian terbuka yang dilakukan di Jepang menunjukkan manfaat dari Toki-shakuyaku-san pada pasien penyakit Alzheimer,
tetapi secara spesifik uji coba ini tidak bisa ditemukan.
v Interaksi obat
Peoni telah terbukti mengurangi disfungsi seksual pada pria. Hal ini dilaporkan, disebabkan oleh neuroleptik yang diinduksi
hiperprolaktinemia. Wanita dengan dismenorea dan/atau amenorea menggunakan obat neuroleptik seperti risperidone dengan formula shakuyaku-kanzo-to menurut laporan dapat memberikan
manfaat. Berdasarkan laporan tidak diterbitkan, menyarankan berkurangnya kemanjuran dari obat neuroleptik bila dikombinasikan dengan peoni.
Toki-shakuyaku-san telah dilaporkan efektif dalam mengurangi gejala menopause serta sindrom frozen sholder pada beberapa wanita
yang diobati dengan gonadotropin atau pelepas hormon superagonis seperti leuprolid (Lupron ®). Tetapi tingkat
estrogen yang
tidak terpengaruh oleh formula ini. Tidak diketahui apakah formula ini akan membantu pria dalam pengobatan kanker prostat.
Toki-shakuyaku-san telah
menunjukkan efek aditif dalam meningkatkan angka
kehamilan pada
wanita infertil yang diobati dengan klomifen.
Ketika klomifen diberikan secara tunggal dalam percobaan yang tidak terkontrol, dari 21% relawan
terbukti menjadi hamil dibandingkan dengan 34% yang mengkonsumsi klomifen dengan formula Toki-skakuyaku-san. Tidak ada tanda efek aditif yang merugikan.
Efek antikoagulan dan antiplatelet dari
peoni
menyarankan mungkin menambah potensiasi obat antikoagulan seperti warfarin dan obat antiplatelet seperti aspirin. Tidak ada laporan telah yang diterbitkan muncul mengkonfirmasi kemungkinan ini, tapi peringatan
ini perlu dicermati.
Dalam percobaan terbuka
pada pasien kanker yang menderita nyeri otot karena paclitaxel (Taxol ®) dan terapi karboplatin, dengan menambahkan formula shakuyaku-kanzo-to sebagai terapi tambahan dapat menghilangkan rasa sakit pada 7 dari 10 pasien. Dalam percobaan pada binatang, pemberian oral formula shakuyaku-kanzo-to dapat mengurangi diare karena pemberian cisplatin secara intravena. Penelitian lebih lanjut diperlukan mengenai
pengaruh peoni dan formula yang berisi peoni pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi.
Akhirnya, peoni tidak dapat dikombinasikan dengan antibiotik. Flora usus bertanggung jawab untuk membelah aglycones glikosida dari
peoni dan dengan demikian mengaktifkan konstituen peoni. Kerusakan
flora usus akibat antibiotik dapat mengganggu proses ini, sehingga secara teoritis terjadi penurunan kemanjuran peoni. Uji klinis akan diperlukan untuk menentukan pentingnya
kemungkinan interaksi ini.
v Efek samping dan toksisitas
Pada
dosis yang ditunjukkan di bawah ini, tanaman
peoni tidak
memberikan dengan efek samping selain pada gangguan lambung pada individu yang rentan. Di sisi lain,
shakuyaku-kanzo-to, dapat menyebabkan
pseudoaldosteronism dengan gejala hipertensi, edema, dan kenaikan berat badan. Hal ini disebabkan oleh licorice yang juga terkandung
dalam formula dan tidak terkait dengan peoni.
Keamanan penggunaan
peoni dalam kehamilan dan ibu menyusui belum diketahui. Namun, seperti disebutkan di atas, telah digunakan tanpa efek samping yang jelas dalam satu penelitian terbuka yang diperlakukan pada wanita hamil dan
menurunkan hipertensi. Sampai studi keselamatan lebih lanjut dilakukan, perhatian harus diberikan selama kehamilan.
v Dosis
Peoni umumnya tersedia sebagai ramuan mentah kering atau ekstrak air kering, baik dalam bentuk kapsul atau sebagai bubuk. Dosis umumnya dari peoni putih dalah 1,5-4 gram untuk tiga kali sehari. Dosis umum peoni merah dan pohon peoni adalah 1-3 gram tiga kali sehari. Sedangkan dosis umum untuk formula
shakuyaku-kanzo-to dan toki-shakuyaku-san adalah 2,5 gram tiga kali sehari.
2.3.8.
Ganoderma Lucidum
Gambar 16. Jamur
dan spora Ganoderma Lucidum
v Taksonomi
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes
Order : Polyporales
Family : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Species : Ganoderma lucidum P. Karst
v Deskripsi
Ganoderma lucidum adalah anggota dari
keluarga jamur yang secara alami tumbuh di pohon-pohon tumbang. Tanaman
berbentuk seperti ginjal dengan pori-pori. Permukaan atas berwarna merah
mengkilap dan gelap. Ketika masih muda tanaman memiliki tepi kuning dan putih
dan permukaan atas relatif mulus.Begitu matang, permukaan atas seluruh cokelat
kemerahan dan lebih bergigi.
Ganoderma lucidum terdiri dari miselium
dan tubuh buah yang berfungsi untuk memasok nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
sedangkan tubuh buah berbentuk paying. Baik miselium maupun tubuh buah keduanya
dapat dimakan dan bermanfaat sebagai tanaman obat untuk mencegah dan
memperbaiki penyakit.
Jamur ini terdistribusi di seluruh zona
beriklim sedang belahan bumi utara. Dari pantai Pasifik Amerika Serikat dan
Kanada, melalui iklim Eropa ke pantai Pasifik Asia dan Jepang. Juga di
pegunungan Afrika Tengah 1500 m diatas permukaan laut.
v Kandungan Kimia
Mengandung
berbagai komponen bioaktif alami, polisakarida, ganoderic acid, ergosterol, protein, asam lemak tak jenuh, vitamin
dan mineral.
v Mekanisme Aksi
Kandungan
utama jamur ganoderma yang memiliki aktivitas sebagai anti hepatitis B adalah Ganoderic acid. Pengujian pada tikus
memberikan kesimpulan sebanyak 8 mcg/ml ganoderic
acid menghambat replikasi vitus hepatitis B dalam waktu delapan hari.
Mekanisme antivirus belum pasti diketahui, namun mungkin berkaitan dengan
penghambatan sekresi HBsAg dan HBeAg dari sel-sel HepG2215. HBsAg dan HBeAg
merupakan protein structural dari virion virus Hepatitis B (HBV Virion).
Mekanisme lain yang mungkin berkaitan adalah adanya kemampuan proteksi dari
kerusakan hati (hepatoprotektor).
v Efek Farmakologi
Ganoderma lucidum telah
dilaporkan memiliki beberapa efek farmakologi termasuk imunomodulator, anti
tumor, radio protetktif, analgesic, hepatoprotektif, anti diabetes,
antioksidan. Tabel 1 menjelaskan berbagai efek farmakologi dari tanaman Ganoderma lucidum.
v Uji Klinis dan Uji Preklinis
Uji
Preklinis
Suatu
uji preklinik untuk menguji efek anti hepatitis B serta hepatoprotektor ganodermic acid dilakukan terhadap 50
tikus. Hewan coba dibagi dalam lima kelompok dimana masing-masing berisi 10
ekor. Setiap hewan coba kecuali dari kelompok control diberikan 0.2ml BCG yg
mengandung 5.106 bakteri secara intravena pada hari pertama.
Kelompok control positif diberikan cyclosporine 20 mg/kg BB mencit selama
sembilan hari. Sedangkan kelompok lainnya diberikan 10 mg serta 30 mg/kg BB
mencit ganodermic acid. Pengamatan
dilakukan pada hari ke 10 untuk dihitung aktivitas ALT dan AST nya. Hasilnya
bisa dilihat pada table 3.
Uji Klinis
Fraksi polisakarida dan triterpen
diisolasi dari Ganoderma lucidum menunjukan
adanya efek pada hati dalam pengujian pada hewan coba. Studi yang dilakukan
secara double-blind, randomized dan
multi center bertujuan untuk mengevaluasi keamanan serta efikasi dari ekstrak G. lucidum pada pasien hepatitis B
kronis. Sebanyak sembilan puluh pasien dengan hepatitis B kronis, hepatitis B
viral DNA positif dan peningkatan level aminotransferasi dimasukan dalam studi
prospektif ini. Pasien secara random kepada 60 pasien diberikan Ganopoly (brand
untuk ekstrak G.lucidum) dan placebo
kepada 30 pasien lainnya selama 12 minggu. Efek terapi diinvestigasi dari kadar
serum AST dan HBeAg. Hasilnya pada kelompok yang menerima Ganopoly terdapat
penurunan antigen HB serta HBV BNA yang signifikan (P<0.05). Responden yang
memiliki level AST < 100 U/Lsebanyak 41%, sedangkan yang memiliki level ALT
> 100 U/L sebanyak 65%. Dari studi
ini dapat disimpulkan bahwa Ganopoly dapat ditoleransi dengan baik serta
memiliki aktifitas yang baik dalam melawan virus hepatitis.
2.3.9.
Salvia
Miltiorriza
Gambar 17.
Tanaman dan simplisia Salvia radix
v Taksonomi
Kingdom
: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Spesies
: Salvia Miltiorriza
v Deskripsi
Salvia
milthiorrhiza sudah dikenal baik dalam pengobatan tradisional Cina, berasal
dari keluarga Labiatae dan biasa digunakan diberbagai belahan dunia untuk
mengobati penyakit.
v Kandungan Kimia
Senyawa
yang banyak terkandung didalamnya yaitu tanshinone I, tanshinone II, miltirone
dan asam salvianolic serta beberapa kandungan lain. Ekstrak tanaman biasa
diambil dari bagian akar yang memiliki efek farmakologi.
v Efek Farmakologi
Tanshinone
I, tanshinone IIA dan cryptotanshinone merupakan senyawa bioaktif paling banyak
dan memiliki beberapa efek farmakologi diantaranya sebagai antibakteri,
antioksidan, antitumor aktifitas, angina pectoris dan infark miokardial.
Danshen juga digunakan untuk penanganan penyakit kardiovaskular dan
cerebrovaskular. Tanshinones yang berasal dari danshen dilaporkan juga
mempunyai efek antiplatelet, cardio protective, antiinflamasi, hepatoprotektor,
serta dapat mencegah proliferasi sel kanker.
v Mekanisme Aksi
Mekanisme aksi anti hepatitis tidak terlalu jelas,
tetapi sangat poten sebagai anti-HIV inhibitor. Farmakope Cina
menrekomendasikan dosis yang digunakan yaitu 9-15 gram sehari. Terkadang dosis
lebih besar diperlukan yaitu lebih dari 20 gram sehari dalam penanganan
penyakit inflamasi termasuk mengatasi viral hepatitis. Ekstrak S. miltiorrhiza
(ekstrak dalam etil asetat dan ekstrak dalam air) berpotensi memiliki aktifitas
sebagai antiviral yang dapat dikembangkan menjadi anti-enterovirus.
2.3.10.
Bangle
Gambar 18. Rimpang Bangle
v Taksonomi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan
biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu /
monokotil)
Sub
Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Genus : Zingiber
Spesies : Z. cassumunar
Sinonim : Zingiber
purpureum Roxb
v Deskripsi
Bangle tumbuh di daerah Asia tropika, dari India
sampai Indonesia. Di Jawa dibudidayakan atau di tanam di pekarangan pada
tempat-tempat yang cukup mendapat sinar matahari, mulai dari dataran rendah
sampai 1.300 m dpi. Pada tanah yang tergenang atau becek, pertumbuhannya akan
terganggu dan rimpang cepat membusuk.
Herba semusim, tumbuh tegak, tinggi 1-1,5 m,
membentuk rumpun yang agak padat, berbatang semu, terdiri dari pelepah daun
yang dipinggir ujungnya berambut sikat. Daun tunggal, letak berseling. Helaian
daun lonjong, tipis, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, berambut halus,
jarang, pertulangan menyirip, panjang 23-35 cm, lebar 20-40 mm, warnanya hijau.
Bunganya bunga majemuk, bentuk tandan, keluar di ujung batang, panjang gagang
sampai 20 cm. Bagian yang mengandung bunga bentuknya bulat telur atau seperti
gelendong, panjangnya 6-10 cm, lebar 4-5 cm. Daun kelopak tersusun seperti
sisik tebal, kelopak bentuk tabung, ujung bergerigi tiga, warna merah menyala.
Bibir bunga bentuknya bundar memanjang, warnanya putih atau pucat. Bangle
mempunyai rimpang yang menjalar dan berdaging, bentuknya hampir bundar sampai
jorong atau tidak beraturan, tebal 2-5 mm. Permukaan luar tidak rata, berkerut,
kadang-kadang dengan parut daun, warnanya coklat muda kekuningan, bila dibelah
berwarna kuning muda sampai kuning kecoklatan. Rasanya tidak enak, pedas dan
pahit. Bangle digolongkan sebagai rempah-rempah yang memiliki khasiat obat.
Panenan dilakukan setelah tanaman berumur satu tahun. Perbanyakan dengan stek
rimpang.
v Kandungan Kimia
Sebanyak
enam puluh komponen teridentifikasi dari minyak daun bangle sementara 32
diantaranya juga teridentifikasi di rimpang. Komponen utama dari minyak daun
adalah sabinene (14.99%), β-pinene (14.32%), caryophyllene oxide (13.85%) and
caryophyllene (9.47%). Sementara itu pada minyak dari rimpang terdapat
triquinacene 1,4-bis (methoxy) (26.47%), (Z)-ocimene (21.97%) and terpinen-4-ol
(18.45%).
Tabel 4. Menunjukan komposisi yang terdapat pada
bangle.
.
v Efek Farmakologi
Bangle
memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Beberapa studi juga
menunjukan adanya efek analgesik, efek antihistamin serya relaksan otot polos.
Minyak dari rhizome biasa dipakai sebagai repelant. Efek lainnya adalah sebagai
antihelmintik serta hepatoprotektor. (refer to chemical cons).
v Mekanisme Aksi
Belum diketahui adanya mekanisme spesifik sebagai
anti hepatitis B. Namun efek ini mungkin bisa didukung dengan adanya efek
hepatoprotektor. Bangle secara luas sudah diketahui memiliki efek
hepatoprotektor. Efek hepatoprotektor ini muncul karena adanya efek antioksidan
yang cukup tinggi dari bangle. Pemberian ekstrak bangle bisa menekan kerusakan
lesi hepatic yang ditunjukan dengan rendahnya level SGOT dan SGPT.
v Uji
Preklinis
Uji dilakukan pada lima kelompok tikus jantan untuk
mengevaluasi efikasi bangle sebagai hepatoprotektor. Kelompok pertama diberikan
fraksi etil asetat rhizome bangle (30 mg/kg BB). Kelompok kedua diberikan jus
kering bangle (30 mg/kg BB). Kelompok ketiga diberikan kurkuminoid (30 mg/kg
BB). Kelompok keempat sebagai control negatif diberikan 5% larutan tween 80 (10
ml/kgBB). Sebagai induktor kerusakan hati, diberikan larutan karbon tetraklorida (0,1 ml/kgBB)
setelah tujuh hari perlakuan. Kerusakan hati dianalisis dengan melihat kadar
enzim SGPT dan SGOT. Hasil yang diperoleh bahwa baik fraksi etil astetat maupun
jus kering bangle keduanya dapat menurunkan infiltrasi sel radang serta jumlah
sel yang mengalami nekrosis secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol
negative (P < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bangle memiliki efek
hepatoprotektif.
2.3.11.
Bupleurum
sp.
Gambar 19.
Tanaman dan simplisia dari Bupleurum fructus
v Taksonomi
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Bangsa :Apiales
Famili :Apiaceae
Marga :Bupleurum
Jenis :Bupleurum
rotundifolium
v Deskripsi
Bupleurum merupakan famili Apiaceae, yang terdiri dari tanaman
dill dan fennel. Oleh karena itu, tidak seperti
karakteristik daun lacey dari dill dan fennel, bupleurum mempunyai daun lanceolate (berbentuk tombak)
v Kandungan Kimia
Mengandung
triterpen saponin yaitu saikosaponin tidak kurang dari 1,5% berdasarkan data
bliteratur. Dua polisakarida biologi aktif, bupleuran 2IIb dan 2IIc juga
terdapat dalam akar.
v Efek Farmakologi
Daun
ini digunakan pada pengobatan tradisional China dan formulasi herbal sho-saiko-to
(yang mengandung bupleurum)
dapat mengobati hepatitis B kronik. Setelah 12 minggu pengobatan bupleurum, AST
dan ALT menurun secara signifikan pada pasien Hepatitis
B kronik. Bukti klinis menganjurkan bahwa sho-saiko-to dapat menjadi hepatoprotektif pada hepatoselular karsinoma.
v Mekanisme Aksi
Akarnya dipercaya
merupakan bagian yang paling aktif karena terdapat saponin
triterpene (saikosaponins
a, b,
d, e, f, dan h, berhubungan dengan senyawa , saikogenins
a-g), polisakarida, poliasetilen. Pada studi hewan, bupleurum menunjukkan efek
hepatoprotektif
pada degenerasi lemak hati dan nekrosis sel,
yang menunjukkan penurunan enzim transaminase dan perubahan patologis.
Efek lebih banyak terdapat
pada Bupleurum
falcatum dan Bupleurum
kaoi daripada Bupleurum chinense.
Bupleurum merupakan komposisi utama pada formula sho-saiko-to dengan konstituen aktif yaitu saikosaponins. Komposisi lain seperti jujube, jahe dan licorice. Sho-saiko-to sering digunakan di asia
untuk mengobati penyakit hati. Studi in vitro mengindikasi bahwa sho-saiko-to mengatur respon imun
selular dan humoral spesifik untuk antigen HBV. Ekstrak bupleurum telah
ditemukan dapat merangsang proliferasi limfosit B pada tikus.
v Uji
Preklinis
Saponin
dari bupleurum diberikan secara oral pada tikus dengan dosis 500mg/kg selama 3
hari dapat mencegah kerusakan hati akibat induksi CCl4. Mekanisme ini hamper
sama dengan mekanisme aksi hepatitis.
2.3.12.
Malphigiae
coecigarae
Gambar 20. Tanaman Malpighia coccigera
v Taksonomi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo :
Polygalales
Genus : Malpighia
Spesies : Malpighia coccigera L.
Nama
Simplisia : Malphigiae
coccigerae Folium (daun kelingkit taiwan) dan akar.
Nama
Lain : Nama Daerah: Daun selaput,
daun serut. Nama Asing Mirten.
v Deskripsi
Pertama kali ditemukan oleh Marcello Malpighi, seorang ahli ilmu pengetahuan berkebangsaan Itali (1628–1693). Tanaman yang berasal dari Hindia Barat ini tumbuh subur di segala jenis tanah, terutama di tanah Hat. Kelingkit Taiwan sering ditemukan sebagai tanaman pagar atau tanaman hias sampai ketinggian 800 m dpl. Perdu dengan tinggi 0,5–2,5 m ini mempunyai ranting lurus yang menjulur, penuh dengan daun sehingga tampak rimbun. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bentuknya oval dengan pangkal membulat, bagian tepi terdapat bagian-bagian yang bergigi menyerupai duri, panjang 1–2 cm, tebal seperti kulit, permukaan mengilap, warnanya hijau tua. Bunga di ketiak, warnanya putih atau ros pucat. Buah keras (1–2 buah), besarnya sekitar 1 cm, bertangkai, warnanya merah, dan berbiji. Perbanyakan dengan stek batang.
Pertama kali ditemukan oleh Marcello Malpighi, seorang ahli ilmu pengetahuan berkebangsaan Itali (1628–1693). Tanaman yang berasal dari Hindia Barat ini tumbuh subur di segala jenis tanah, terutama di tanah Hat. Kelingkit Taiwan sering ditemukan sebagai tanaman pagar atau tanaman hias sampai ketinggian 800 m dpl. Perdu dengan tinggi 0,5–2,5 m ini mempunyai ranting lurus yang menjulur, penuh dengan daun sehingga tampak rimbun. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bentuknya oval dengan pangkal membulat, bagian tepi terdapat bagian-bagian yang bergigi menyerupai duri, panjang 1–2 cm, tebal seperti kulit, permukaan mengilap, warnanya hijau tua. Bunga di ketiak, warnanya putih atau ros pucat. Buah keras (1–2 buah), besarnya sekitar 1 cm, bertangkai, warnanya merah, dan berbiji. Perbanyakan dengan stek batang.
v Efek Farmakologi
·
Menghilangkan panas, bengkak, dan dahak.
·
Menghentikan muntah akibat lambung panas,
·
Janin dalam kandungan bergerak terus karena ibu
terlalu panas,
·
Gelisah, sukar tidur (insomnia),
·
Lidah kaku dan sukar bicara,
·
Rematik
·
Hepatitis
v Penggunaan secara tradisional
Hepatitis
akut dan kronis: Cuci daun kelingkit taiwan yang masih segar (dua genggam),
lalu rebus dengan tiga gelas air bersih sampai tersisa separuhnya. Setelah
dingin, saring dan minum sehari tiga kali, masing-masing setengah gelas.
v Dosis
30-60 gram daun
serut/mirten segar + 60 gram pegagan + 30 gram meniran. Semua dicuci, direbus
dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc, disaring, airnya diminum untuk 2 kali
sehari.
2.3.13.
Dandelion
(Taraxacum officinale )
Gambar
21. Tanaman Dandelion (Taraxacum officinale )
v Taksonomi
Kerajaan : Tumbuhan
Divisi : Tumbuhan berbiji tertutup
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Taraxacum
Spesies : T. officinale
v Deskripsi
Taraxacum
officinale merupakan tanaman semak berumpun, berbatang semu
atau tidak berbatang, akar tunggang, kuning kecoklatan. Daunnya tunggal, duduk
daun membentuk roset akar, lonjong, tepi berlekuk, pangkal berpelepah, putih,
pertulangan menyirip, hijau. Bunga berbentuk majemuk, berumpun, bertangkai,
berbulu jarang, berlubang, beralur dan berpelindung, tersusun seperti sisik,
bentuk bongkol, mahkota bentuk cakram, pangkal rambut lebat, hijau muda. Buah
berbentuk tabung putih. Biji berupa padi, pipih memanjang, berusuk berambut
halus seperti beludru kuning (Syamsuhidayat and Johny, 1991).
v Kandungan
kimia
Taraxacum
officinale mengandung polisakarida dalam jumlah banyak utamanya
fruktosa dan inulin, dalam jumlah sedikit pektin, peptin, resin dan musilago,
dan berbagai flavonoid. Tiga jenis glikosida flovonoid yaitu luteolin
7-glukosida dan luteolin 7-diglukosida disolasi dari daun dan bunga daun
Jombang (Cordatos, 1992). Tanaman Taraxacum officinale juga mengandung
asam kafeat, asam kicorat, pollinastanol, taraksasterol, tarakserol, taraxacin
dan taraxacerin, flavosanthin, lutein
5,6-epoksida, isorhamnetin 3,7-diglukosida, ixerin D, deepoksineosanthin,
11-beta,13-dihidrolaktusin.
v Mekanisme aksi
Efektif pada pengobatan diuretik karena adanya garam natrium yang tinggi
sehingga dapat menggantikan natrium yang hilang selama terjadinya diuretik. Dan
juga karena adanya efek koleretik banyak direkomendasikan pada gangguan liver.
Meningkatkan induksi kolesterol metabolisme pada darah.
v Efek Farmakologi
Taraxacum officinale memiliki berbagai macam kegunaan antara
lain sebagai antitumor, antineoplastik (Koo et al., 2004 ; Sigstedt et
al., 2008), antiinflamasi (Jeon et. al., 2007), cholague (Vogel,
1977), imunostimulan (Luo, 1993), anti diabetes (Petlevski et al.,
2001), antidiuretik (Clare, 2009). Selain itu juga diperoleh aktivitas
prebiotik, antiinflamasi, angiogenesia, efek hipoglikemi, imunitas, pada penggunaaan
untuk diuretika, detoxifikasi, gangguan gastro intestinal, antibiotika, hepatitis
B
v Interaksi Obat
Dikarenakan
tingginya mineral yang berada dalam kandungan maka disarankan idak bersamaan
dengan ciprofloxacin harus di beri jeda waktu 2 jam
v Efek Samping
Karena
efek dari koleretik dan kolegogue makan ridak boleh diberikan dengan ganguan
lambung karena akan merangsang asam langbung yang berlebih. Dan juga efek
alergi karena getah yang dihasilkan pada bebrapa orang.
v Dosis
·
Gangguan liver 3-5 gram di buat dalam
larutan 5-10ml akar
·
Diuretik 4-10 gram dalam 250ml
2.3.14.
Enclipta alba
Gambar 22. Tanaman
Enclipta alba
v Taksonomi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan
biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /
dikotil)
Sub
Kelas : Asteridae
Ordo : Asterale
Genus : Eclipta
Spesies : Eclipta alba Hassk.
Nama
lain : Urang aring, goman, kremak
janten
v Deskripsi
·
Habitus :
Herba, tinggi 10-80 cm,
·
Batang : Tunggal, bulat telur, berseling
berhadapan, ujung
·
Daun Bulat : bercabang, berambut putih, ungu. runcing,
pangkal meruncing, tepi bergerigi, panjang 2-3,5 cm, lebar 5-10 mm, pertulangan
menyirip, permukaan berambut, hijau.
·
Bunga : Majemuk, bentuk bongkol, diameter
± 4 rnm.di ketiak daun dan di ujung batang, tangkai panjang ± 4 cm, silindris,
keiopak bentuk corong, ujung bertoreh enam, hijau, mahkota terdiri dari lima
daun mahkota, kepala benang sari kuning, putik putih, kuning.
·
Buah : Bulat telur, diameter ± 1 mm, hitam.
·
Biji : Bentuk jarum, panjang ± 2 mm, hitam.
·
Akar : Tunggang, putih.
v Kandungan Kimia
Tanaman
ini mengandung Ecliptine, Terthienylmethanol, 2–(Buta-1,3-diynyl)
-5-(but-3-en-1-ynyl) thiophene, 2-(Buta-1,3 diynyl)–5-(4–chloro–3–hydroxybut
-1-ynyl) thiophene, 5-(3-Buten-1-ynyl)-2,2’-bithienyl-5’-methyl acetate
wedelolakton dan dimetilwedelolakton.
Daun Eclipta alba mengandung alkaloida, saponin, flavonoida dan
tanin.
v Efek Farmakologi
Memiliki
aktivitas hepatoprotektif, antimikroba, antiinflamasi, analgesika, imunomodulator,
antivirus dan CNS aktifitas.
v Mekanisme Aksi
Kandungan
coumestan pada wedelolakton dan dimetilwedelolakton bertanggung jawab pada
hepatoprotektif pada kerusakan ginjal.
v Uji Preklinis
·
Berdasarkan penelitian, dengan judul: Evaluasi Efek Ekstrak Daun Eclipta
alba L. Hassk (Asteraceae) terhadap Hati Tikus Betina.
Abstrak.
Telah dievaluasi efek perlindungan hati ekstrak etanol daun urang-aring (Eclipta
alba L. Hassk, Compositae) pada tikus betina galur Wistar terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh karbon tetraklorida. Ekstrak dengan dosis 1 g/kg
bobot badan dapat mengurangi peningkatan aktivitas enzim transaminase secara
bermakna (P < 0,05) yang diamati 96 jam dan 144 jam setelah pemberian secara
oral karbon tetraklorida 2 ml/kg bobot badan.
Uji Farmakologi. Untuk
mengamati efek perlindungan hati ekstrak daun Eclipta alba, hewan
percobaan diberi ekstrak uji secara oral selama seminggu setelah itu diberi
karbon tetraklorida dengan dosis 2 ml/kg bb tikus secara oral. Efek
perlindungan hati diamati dengan pengukuran enzim transaminase dengan
menggunakan serum darah hewan percobaan pada 96 dan 144 jam setelah pemberian
karbon tetraklorida. Percobaan ini menggunakan ekstrak Eclipta alba
dosis 500 dan 1000 mg/kg bb tikus dan kelompok kontrol diberi air suling 1
ml/100 gram bb. Pada dosis 1000 mg/kg bb
ekstrak daun Eclipta alba mengurangi secara bermakna (P<0,05)
aktivitas enzim transaminase 96 dan 144 jam setelah pemberian karbon
tetraklorida secara oral.
·
Studi tentang
hepatoprotektif pada eclipta alba yang lainnya adalah
pada ekstrak etanol 50% dari eclipta
alba terhadap kerusakan
sel hati yang diinduksi parasetamol
pada tikus dengan dosis 100 mg dan 250 mg / 100g ekstrak
E.alba, bila diberikan pada dosis 100mg/100g dan
250 mg/100g, mengurangi tingkat
SGPT secara dosis tergantung.
Pada dosis 250
mg/100g, nilai-nilai SGPT turun ke normal. Dalam
penelitian histopatologi, E.alba
(100mg/100g) 75% kelompok perlakuan mengungkapkan dengan
sedikit peradangan. Pada 25% sisanya ditemukan menjadi normal. Pada dosis
250 mg/100g, anisonucleosis
diamati di hati
30% sedangkan sel berinti tersebar di seluruh bagian hati. Peradangan
Portal diamati di
hati 20% dan 50% hati normal.
v Dosis : Hepatoprotektif
25-250 mg
2.3.15.
Curcuma
Domesticae Rhizoma (Rimpang Kunyit)
Gambar 24. Tanaman
dan rimpang Curcuma Domestica
v Deskripsi
Tanaman berupa semak tinggi ± 70 cm, batang semu, tegak, bulat,
membentuk rimpang, berwarna hijau kekuningan. Daun tunggal berbentuk lanset
memanjang, warna hijau pucat, helai daun berjumlah 3-8, ujung dan pangkal
runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm, pertulangan menyirip.
Bunga majemuk berambut, bersisik, memiliki tangkai 16-40 cm, panjang mahkota 3
cm, lebar 1 cm, berwarna kuning, kelopak silindris, bercangap 3, tipis dan
berwarna ungu. Akar serabut berwarna coklat
v Taksonomi
Kingdom
:
Plantae
Divisio
:
Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub
Divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Class : Monocotyledonae (biji berkeping
satu)
Ordo
: Zingiberales
Family : Zingiberaceaae
Genus
: Curcuma
Spesies
:
Curcuma domestica Val
v Kandungan kimia
Kandungan utama dalam rimpang
kunyit adalah kurkuminoida : berupa campuran kurkumin, desmetoksikurkumin dan
bidesmetoksikurkumin. Selain itu simplisia rimpang kunyit juga mengandung
minyak atsiri (sekitar 3-5%): berupa seskuiterpen keton (sekitar 60%) seperti
arturmeron, zingiberen, β-atlanton, felandren, eugenol, borneol. Kandungan
lainnya adalah polisakarida seperti glikan, ukanon A-D
v Mekanisme
Kurkuminoid yang terkandung di
dalam kunyit mempunyai sifat anti hepatotoksik yang sinergik dan terbukti
sangat bermanfaat untuk penyakit hati. Hal ini disebabkan karena kedua senyawa
tersebut mempunyai sifat menghambat peroksidase lipit di sel membran,
melindungi sel Kuffer, dan merangsang RNA untuk meningkatkan kapasitas sintesis
dari sel hati
v Efek Farmakologi
Efek Hepatoprotektor rimpang kunyit
telah terbukti secara in vitro dan in vivo pada hewan coba yang diinduksi
dengan berbagai senyawa, seperti karbontetraklorida (CCl4),
aflatoksin B-1, parasetamol, besi dan siklofosfamid.
v Uji Praklinis
Berdasarkan
penlitian dengan judul : Pengaruh Air Perasan Kunyit terhadap Kadar Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
(SGPT), dan Bilirubin Studi
Eksperimental pada Tikus yang Diinduksi Parasetamol. (Edijanti Goenarwo
et al)
Pendahuluan:
Konsumsi parasetamol dosis tinggi dapat menyebabkan
kerusakan hati yang ditandai dengan peningkatan kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin
total serum. Kunyit (Curcuma domestica Val.) telah digunakan untuk
mengatasi kerusakan hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian air perasan kunyit terhadap kadar SGOT, SGPT, dan bilirubin total
serum pada tikus putih galur wistar yang diinduksi parasetamol.
Metode
Penelitian: Desain penelitian
ini adalah pre - posttest randomized control group design menggunakan
hewan uji tikus sebanyak 24 ekor yang dibagi dalam 4 kelompok: Kelompok I
(kelompok kontrol yang diberi aquades kemudian diberi parasetamol); Kelompok
II, III, dan IV (kelompok perlakuan yang diberi air perasan kunyit dengan
konsentrasi berturut-turut 50%, 75%, dan 100% selama 7 hari kemudian diberi
parasetamol). Data kadar SGOT, SGPT, dan total bilirubin serum yang diperoleh
diolah secara statistik menggunakan uji One Way Anova, kemudian dilakukan uji
Tukey untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.
Hasil
Penelitian: Selisih rata-rata
kadar SGOT pre dan post test pada 4 kelompok berturut-turut
adalah 38,66 (U/l); -12,33 (U/l); -15,5 (U/l); dan -39,83 (U/l). Selisih
rata-rata kadar SGPT berturut-turut adalah 78,83 (U/l); -12,84 (U/l); -20,5
(U/l); dan -72,17 (U/l). Selisih rata-rata kadar bilirubin total serum
berturut-turut adalah 1,00 (mg/dl); -0,25 (mg/dl); -0,46 (mg/dl); dan -0,90
(mg/dl). Perlakuan pemberian perasan kunyit menyebabkan kadar SGOT, SGPT dan
bilirubin total serum pada tiap kelompok berbeda secara signifikan (p=0,000).
Pemberian perasan kunyit dengan konsentrasi yang berbeda-beda menunjukkan
perbedaan yang bermakna antara tiap kelompok, kecuali pada kelompok II dan III
tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Kesimpulan:
Air perasan kunyit dapat mencegah kenaikan kadar SGOT,
kadar SGPT, dan kadar Bilirubin Total Serum tikus putih yang diinduksi
parasetamol dosis tinggi, (Sains Medika, 1 (1) :
16-23).
v Dosis
Dalam bentuk serbuk dosis 1,5 – 3,0
g sehari tiga kali atau sedian lain yang setara. Kurkumin, kandungan utama
rimpang kunyit pada dosis 30 mg/kg per hari selama 10 hari memberikan efek
hepatoprotektor. Kurkumin pada konsentrasi rendah (5x10-5–10-3M)
melindungi kerusakan hepatosit tikus yang diinduksi parasetamol dengan
menghambat peroksida lipid, tetapi tidak terhadap dehidrogenase laktat dan
glutation.
v Keamanan
Penggunaan rimpang kunyit ini
memiliki kontraindikasi yakni kerusakan saluran empedu. Pada kasus batu empedu,
harus digunakan setelah berkonsultasi dengan dokter. Hipersensitifitas terhadap
obat, penggunaan pada masa hamil, menyusui, dan anak-anak belum diketahui
secara pasti. Tidak diketahui toksisitas oral kurkumin. Pada tikus menyebabkan
perubahan pada hati dan berat paru-paru, dan menurunkan jumlah sel darah merah
dan sel darah putih.
2.3.16.
Chicory
( Cichorium intybus)
Gambar 25. Tanaman
dan semen Chicory
v Taksonomi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super
Divisi :
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida
(berkeping dua / dikotil)
Sub
Kelas : Asteridae
Ordo :
Asterales
Genus : Cichorium
Spesies : Cichorium intybus
L.
v Mekanisme aksi
Mekanisme
hepatoprotektif yang tepat dari chicory tidak sepenuhnya dipahami.Senyawa aktif
dalam chicory adalah inulin, lakton sisquiterpene, vitamin, mineral, lemak,
maninitol, dan lateks. Akar ekstrak kalus dan biji chicory, khususnya senyawa AB-IV,
memiliki efek pelindung hati, yaitu menurunkan AST, ALT, ALP, dan protein
total. Pada hewan, konsumsi biji chicory mengarah ke
normalisasi jaringan hati, memiliki
efek
sebanding dengan Silybum marianum.
v
Bukti ilmiah efektivitas
Biji tanaman chicory adalah salah satu bahan
utama Jigrine, sebuah produk
komersial dari India yang digunakan untuk mengobati penyakit hati. Penelitian awal menunjukkan
chicory dapat memberikan manfaat beberapa pasien yang
menderita
hepatitis kronis, bagaimanapun, kekuatan bukti ini belum jelas.
v
Dosis :
Dosis
hepatoprotektif : 10-50 mg
v Efek samping
Chicory tampaknya
secara umum ditoleransi dengan baik, tapi penggunaan chicory dapat menyebabkan
ruam kulit dan dermatitis kontak . Kehilangan berat badan, kehilangan nafsu
makan, dan encephalomyelitis myalgic (kronis, penyakit peradangan multisystemic
yang terutama mempengaruhi sistem saraf) juga telah dikaitkan dengan penggunaan
chicory.
2.3.17.
Viscus
album (Mistletoe)
Gambar 26. Tanaman
Mistletoe
v Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa :
Santalales
Suku :
Viscaceae
Marga :
Viscum
Spesies :
Viscum album
v Kandungan kimia
·
Glikoprotein : Mistletoe lektin I (galaktosida-spesifik lesitin),II dan III
·
Protein :
viscotoksin
·
Polisakarida : galakturonat, arabinogalaktan,
·
Alkaloid
v Mekanisme Aksi
Mistletoe
lesitin merupakan sitotoksik glikoprotein yang memiliki BM sekitar 10.000.
Mistletoe lesitin menyebabkan sell mengalami aglutinasi dan menghambat sintesis
protein pada level ribosom. Lektin juga dikenal sebagai viscumin atau aglutin
adalah molekul rantai ganda. Rantai A menghambat sintesis protein sedangkan
rantai B mengaktivasi makrofag dan melepaskan limpokin dari limposit. Kedua
rantai tersebut juga menghambat allergen – meningkatkan pengeluaran histamine
dari leukosit dan collagen – meningkatkan pengeluaran serotonin dari platelets.
Viscotoksin
adalah 46-asam amino peptide yang merusak sel membran. Viscotoksin hanya
terdapat pada Vicus album. Sedangkan polisakarida memiliki efek
antineoplastik dan alkaloid merupakan senyawa nitrogen yang berperan sebagai
sitotoksik
v Efek Farmakologi
·
Stimulasi antibodi (immunostimulant)
·
In vitro : agglutinin V.album,
galaktosida – spesifik lectin, meningkatkan apoptosis pada manusia dan limposit
dan monosit (Hostanska K, Hajto T, Weber K, et al)
dan menstimulasi proliferasi sel hepatopoetik progenitor dari sukarelawan sehat
(Vehmeyer K, Hajto T, Hostanska K, et al).
Ekstrak Mistletoe meningkatkan proliferasi cel darah pada peripheral.
Proliferasi yang kuat terlihat pada mistletoe pohon apel (Fischer S,et al). CD4 sel T yang terpapar ekstrak
mistletoe memperlihatkan peningkatan yang signifikan pada kecepatan, waktu
pergerakan, dan jarak migrasi. (Nikolai G,et al dan
Schiltze J, et al)
v Keamanan
·
Reaksi alergi dapat terjadi pada orang
yang memiliki sensitifitas terhadap pengobatan herbal. Dilaporkan reaksi alergi
karena mistletoe. Kasus alergi rhinitis dilaporkan pada seorang yang
mengkonsumsi teh mistletoe.
·
Potensial senyawa toksik : Lectin,
viscotoxin, semua bagian tumbuhan mengandung senyawa yang toksik.
·
Akut toksik : Komisi E German melaporkan
efek samping panas dingin, demam, sakit kepala, angina dan hipotensi.(Blumenthal M,1998)
·
Tidak diizinkan penggunaan
mistletoe pada anak-anak, wanita hamil dan menyusui. Pada ibu hamil dipercaya
akan terjadi akan merangsang kontraksi uterus (Brinker FJ,1997)
2.3.18.
Carthamus tinctorius
Gambar 27. Tanaman dan simplisia Carthamus
tinctorius
v Taksonomi
Genus
: Carthamus
Spesies
: Carthamus tinctorius
Nama
Indonesia : Kembang Pulu (safflower)
Simplisia
: Dua bagian dari safflower
yang terutama digunakan,
yakni bunga itu sendiri dan biji safflower.
v Kandungan Kimia :
Ada dua jenis minyak safflower
yang sesuai dengan jenis varietas safflower: varietas
safflower yang tinggi dalam asam lemak
tak jenuh tunggal (oleat) dan yang
tinggi dalam asam lemak
tak jenuh ganda (linoleat). Saat
ini, varietas benih yang menghasilkan minyak yang tinggi dalam asam oleat dan
sangat rendah asam lemak jenuh
mendominasi di pasar Amerika Serikat. Oleat minyak
safflower tinggi lebih rendah
dalam jenuh dan
lebih tinggi dalam monounsaturates dari minyak zaitun.
Beberapa studi klinis telah
menunjukkan bahwa suplementasi minyak safflower dapat membantu pada pasien dengan fibrosis kistik, ataksia Friedreich, dan neurotoksisitas lithium. Namun, studi lebih lanjut diperlukan sebelum kesimpulan bisa ditarik.
Zat aktif yang terkandung adalah Carthamin,carthamone,
neo-carthamin, nona cosine, zat warna saflawer,safflomin A, dipalmitin,
adenoside, beta-sitosterol, dan polisakarida.
v Efek Farmakologis
Meningkatkan
sirkulasi darah, menghilangkan bekuan darah, peluruh haid, pencahar, dan
stimulan. Wanita hamil tidak dibolehkan mengkonsumsi ramuan ini.
v Dosis
Minyak safflower telah digunakan dalam berbagai dosis dalam uji klinis, dan tidak ada dosis efektif terbukti. Namun, Liposyn
® adalah mungkin aman
bila digunakan hingga 10 hari untuk mencegah kekurangan
asam lemak esensial. Ketika
diberikan kepada pasien yang menjalani operasi, emulsi minyak safflower 10-20% sebagai 30-50%
dari total asupan kalori yang ditemukan aman sebagai komponen utama nutrisi parenteral dewasa untuk sampai 42 hari, termasuk pasien bypass cardiopulmonary, dan pada anak-anak sampai dua minggu.
Untuk tekanan darah tinggi, 1-6
gram minyak safflower setiap hari selama delapan minggu telah digunakan, karena memiliki 23 gram setiap hari asam linoleat
atau asam oleat (konstituen
dari minyak biji safflower)
selama empat minggu. Sebagai anti-koagulan
(pengencer darah), 60 mililiter harian minyak
safflower selama dua minggu telah
digunakan. Untuk aterosklerosis (peroksidasi
lipid), 15 gram minyak
safflower harian telah digunakan
pada wanita menopause. Dosis yang lebih
tinggi dari minyak safflower
(102-132 miligram per kilogram) sehari-hari telah dipelajari selama enam minggu untuk cystic fibrosis.
Etil ester dari minyak
safflower dan asam linoleat
juga telah diminum. Aplikasi topikal Lanjutan dari minyak safflower (asam
linoleat 60-70%) selama
minimal 21 hari telah digunakan
untuk kekurangan asam lemak.
DAFTAR PUSTAKA
Van Rossum
T. G. J., Vulto, R. A. De Man, Brouwer,
Schalm. 2001. Glycyrrhizin as a
potential treatment for chronic hepatitis C.
Woo Kim Young, Hee Eun Kang. 2008. Liquiritigenin, a flavonoid aglycone from licorice, has a choleretic effect and the ability to induce hepatic transporters and phase-II enzymes. College of Pharmacy and Research Institute of Pharmaceutical Sciences, Seoul National University, Seoul, Korea; College of Medicine, Hanyang University, Seoul, Korea.
Arase Yasuji, Kenji
Ikeda. 1991. The Long Term Efficacy of Glycyrrhizin in Chronic Hepatitis C
Patients. Willey Online library, Volume 79.
Pundir Rakesh,
Gyanendra Singh, Anubhav Anand Pandey, Shubhini A. Saraf. 2009. Demand of Herbal Hepatoprotective
Formulations in lucknow-a survey. The Pharma ResearchVol: 01 23.
Yuan Sheng Wang dan Ming Shi Shiao. 2000. Pharmacological Functions of Chinese Medicinal Fungus Cordyceps sinensis and Related
Species.
Journal of Food and Drug Analysis, Vol. 8, No. 4, 2000, Pages 248-257.
Sharma Subrat. Trade of Cordyceps sinensis from high
altitudes of the Indian Himalaya: Conservation and biotechnological priorities.
G.B.
Pant Institute of Himalayan Environment and Development,Kosi-Katarmal, India
Anonim. 2010. Trubus Info Kit Herbal Indonesia Berkhasiat Vol. 08. Depok: Trubus.
Thyagarajan, S.P., S.
Subramanian, T. Thirunalasundari, P.S. Venkateswaran and B.S. Blumberg, 1988. Effect of Phyllanthus amarus on
chrinic carriers of hepatitis
B virus. The Lancet. p.
764-766.
Tjandrawinata, R.R., S.
Maat dan D. Noviarny, 2005. Effect of
stan-dardized Phyllanthus niruri
extract on changes in immunologic parameters: correlation between pre-clinical
and clinical studies. Medika XXXI (6). p.
367-371.
Sumardi, Majiid dan Noor W. Efek
Meniran (Phyllanthus niruri Linn) Terhadap Kadar AST dan ALT Mencit
Balb/C yang Diinduksi Asetaminofen. Semarang: FK-Undip.
Wijayakusuma, Hembing. 2008. Tumpas
Hepatitis dengan Ramuan Herbal. Jakarta: Pustaka Bunda.
Mun’im Abdul, Hanani
Endang. 2011. Fitoterapi Dasar.
Depok: Dian Rakyat.
http://www.anaturalhealingcenter.com/documents/Thorne/monos/Peony%20mono.pdf.
Diakses pada tanggal 28 April 2012.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=152.
Diakses pada tanggal 28 April 2012.
http://ideresepmasakan.com/resep-ramuan-herbal-temulawak-untuk-hepatitis.html.
Diakses pada tanggal 28 April 2012.
Zhou,X.,
Juan, L., Yizhou, Y., Jingya, Z., Xiaofen, S. dan Kexuan, T. 2007. Ganodermataceae:
Natural products and their related pharmacological functions. The American
Journal of Chinese Medicine, vol 35, No. 4: 559—574)
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=68.
Diakses pada tanggal29 April 2012.
Chun Hu and
David D. Kitts, 2003, Antioxidant,
Prooxidant, and Cytotoxic Activities of Solvent-Fractionated Dandelion (Taraxacum
officinale) Flower Extracts in Vitro. J. Agric. Food Chem., 51
(1), pp 301–310
Clare
B.A., Conroy R.S., Spelman K. 2009. The diuretic effect in human subjects of an
extract of Taraxacum officinale Folium over a single day. J Altern
Complement Med. Aug;15(8):929-34.
Cordatos
E. 1992,Taraxacum officinale. In: Murray M, Pizzorno J, eds. A
Textbook of Natural Medicine. Seattle: Bastyr University Press
Hudec J.,
Burdová M., Kobida L., Komora L., Macho V., Kogan G., Turianica I., Kochanová
R., Lozek O., Habán M., Chlebo P.,2007, Antioxidant capacity changes and
phenolic profile of Echinacea purpurea, nettle (Urtica dioica
L.), and dandelion (Taraxacum officinale) after application of
polyamine and phenolic biosynthesis regulators. J Agric Food Chem. Jul
11;55(14):5689-96.
Jeon H.J.,
Kang H.J., Jung H.J., Kang Y.S., Lim C.J., Kim Y.M., Park E.H., 2008.
Anti-inflammatory activity of Taraxacum officinale. J Ethnopharmacol.
Jan 4;115(1):82-8. Epub Sep 15.
Kim H.M.,
Shin H.Y., Lim K.H., Ryu S.T., Shin T.Y., Chae H.J., Kim H.R., Lyu Y.S., An
N.H., Lim K.S., 2000. Taraxacum officinale inhibits tumor necrosis
factor-alpha production from rat astrocytes. Immunopharmacol Immunotoxicol.
Aug;22(3):519-30
Luo
Z.H.1993.The use of Chinese traditional medicines to improve impaired immune
functions in scald mice.Zhonghua Zheng Xing Shao Shang Wai Ke Za Zhi
Jan;9(1):56-8, 80.
Sigstedt
S.C., Hooten C.J., Callewaert M.C., Jenkins A.R., Romero A.E., Pullin M.J.,
Kornienko A., Lowrey T.K., Slambrouck S.V., Steelant W.F., 2008. Evaluation of
aqueous extracts of Taraxacum officinale on growth and invasion of
breast and prostate cancer cells. Int J Oncol. May;32(5):1085-90.
Taylor and
Francis, 1999, Harborne,Phytochemical Dictionary Second Edition,
Chapter42
Vogel G.
1977.Natural substances with effects on the liver. In: Wagner H, Wolff P,
eds. New Natural Products and Plant Drugs with Pharmacological, Biological or
Therapeutic Activity. Heidelberg: Springer-Verlag
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/kunyit.pdf.
Diakses pada 29 April 2012.
Wahyuni,
A. Hardjono, dan Paskalina Hariyantiwasi Yamrewav Wahyuni, Jurusan Teknik
Kimia, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta, Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. 2004, ISSN : 1411 - 4216
http://www.bi.itb.ac.id/herbarium/index.php?c=herbs&view=detail&spid=225240.
Diakses pada tanggal 29 April 2012.
Sekilas Tentang Tanaman Urang-aring, http://ditjenbun.deptan.go.id/. Gupta,SK. Pharmacology and Therapeutics in the new millennium. 2001. India
W.Hembing.
Ramuan Herbal Penurun Kolesterol,
Pustaka Bunda. 2008. Jakarta. hal 61
Margaret E., Loeper, MS. Mistletoe (Viscum album L.). The Longwood Herbal Task Force and The
Center for Holistic Pediatric Education and Research,1999.
Coba brobat dengan Dr M yusuf semoga beliau mau bantu... Paman saya dahulu juga menderita hepatitis B dan sudah berobat kemana mana bahkan sampai ke Singapore tapi tak kunjung sembuh. Akhir saya di sarankan untuk mencoba menghubungi dokter yusuf yang konon kata teman saya dahulu istri nya juga terkena hepatitis B dan sembuh semenjak brobat dengan Dr yusuf, dengan cara minum obat racikan khusus beliau selama 3 bulan rutin dan alhamdulillah istri nya sudah sembuh. Saya pun tr tarik untuk menghubungi beliau Ingin memesan obat racikan dari dokter yusuf dengan harapan Paman saya bisa sembuh juga.
BalasHapusSingkat cerita setelah 4 bulan rutin minum obat racikan beliau Paman saya di nyatakan sembuh oleh dokter yg selama ini menangani di rumah sakit. Jadi buat saudara jangan dulu ber putus asa coba minum obat racikan beliau insyah Allah bisa sembuh seperti istri teman saya dan Paman saya amin...
Ini nomor beliau bila saudara Ingin brobat.
0-8-5-3-6-1-6-7-5-2-3-2 dokter yusuf.