BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sediaan steril memiliki beberapa kriteria, seperti bebas dari
mikroorganisme, bebas dari pirogen, bebas dari partikulat dan standar yang
sangat tinggi dalam hal kemurnian dan kualitas; bagaimanapun, tujuan utama
pembuatan sediaan steril adalah mutlak tidak adanya kontaminasi mikroba. Tidak
seperti syarat banyak sediaan yang lain, syarat sterilitas adalah nilai yang
mutlak. Sebuah sediaan baik steril maupun non steril.
Secara
historis, pertimbangan sterilitas bersandar pada uji sterilitas lengkap yang
resmi, namun sediaan akhir pengujian sterilitas mengalami banyak batasan.
Batasan yang paling nyata adalah sifat dasar dari uji sterilitas. Ini adalah
uji yang dekstruktif; sehingga, hal ini tergantung pemilihan statistik sampel
acak dari keseluruhan.
Jika perkembangan mikroba terdeteksi
dalam uji sterilitas, maka hal ini dapat mencerminkan pembacaan positif yang
salah (false-positive reading) karena masalah kontaminasi aksidental dari media
kultur pada saat uji sterilitas berlangsung. Masalah kontaminasi aksidental
adalah hal serius, merupakan batasan yang masih tidak dapat dihindari dari uji
sterilitas.
Food and Drug Administration (FDA) menerbitkan pedoman
mengenai prinsip umum dari proses validasi. Konsep umum dan elemen kunci dari
proses validasi yang betul-betul dapat diterima oleh FDA telah diuraikan. Titik
utama yang ditekankan pada pedoman adalah ketidakcukupan kepercayaan dari uji
sterilitas sediaan akhir dalam memastikan sterilitas dari kumpulan sediaan
parenteral steril. Arti yang lebih besar harus ditempatkan pada validasi proses
semua sistem yang terlibat dalam produksi hasil akhir.
Salah satu tujuan validasi pada pembuatan sediaan steril
adalah untuk meminimalkan ketidakpercayaan terhadap pengujian produk akhir. Tiga
prinsip yang terlibat dalam proses validasi sediaan steril adalah :
1. Untuk membuat sterilitas kedalam
sediaan
2. Untuk menunjukkan tingkat
kemungkinan maksimum yang pasti dimana proses dan metode sterilisasi memiliki
sterilisasi yang terpercaya terhadap semua unit dari batch sediaan.
3. Untuk memberikan jaminan yang lebih
luas dan mendukung hasil dari uji sterilitas sediaan akhir.
I.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi
Sediaan Steril. Selain itu juga untuk menjelaskan secara terperinci mengenai kriteria dan berbagai macam uji sterilitas yang digunakan
untuk sediaan farmasi.
I.3
Metode Penulisan
Metode penulisan yang
digunakan adalah metode pustaka. Data yang diperoleh berasal dari berbagai
sumber, diantaranya berupa buku dan situs internet yang berkaitan dengan uji sterilitas
sebagai tema makalah ini.
I.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun atas:
BAB
I PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
I.2 Tujuan
I. 3Metodologi Penulisan
I.4 Sistematika
Penulisan
BAB
II PEMBAHASAN
II.1 Evaluasi
Sediaan Steril
II.2 Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan uji
sterilitas
II.2.1 Cara Membuka Wadah
II.2.2 Pemilihan Spesimen Uji
dan Masa Inkubasi
II.2.2.1 Macam-macam Media
II.3 Uji Fertilitas
II.4 Uji
Sterilitas
II.4.1 Uji Sterilitas dengan Penyaringan
II.4.1.1 Macam-Macam Cairan
Pengencer dan Pembilas
II.4.1.2 Prosedur Uji
Sterilitas dengan Penyaringan
II.4.2 Uji Sterilitas dengan Inokulasi
II.4.2.1 Bakteriostatik dan Fungistatik
II.4.2.2 Prosedur Uji Sterilitas dengan Inokulasi
Langsung
II.5 Penafsiran
Uji Sterilitas
BAB
III PENUTUP
III.1
Kesimpulan
BAB II
ISI
II.1 Evaluasi Sediaan Steril
Evaluasi In Process Control
·
Uji Kejernihan Larutan
FI IV 1998
Pengamatan dilakukan di bawah cahaya
yang terdifusi, tegak lurus ke arah bawah tabung. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak
berwarna, transparan,
dan terbuat dari kaca netral. Masukkan ke dalam dua tabung reaksi masing-masing
larutan zat uji dan Suspensi padanan yang sesuai secukupnya, dibuat segar
sehingga volume larutan dalam tabung reaksi terisi setinggiu tepat 40 mm.
Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan Suspensi padanan dengan
latar belakang yang hitam.
Pembuatan Baku opalesen:
Larutkan 1,0 g hidrazina sulfat P dalam air
secukupnya hingga 100,0, biarkan selama 4 jam hingga 6 jam. Pada 25,0 ml
larutan ini tambahkan larutan 2,5 g heksammina P dalam 25 ml air, campur dan
biarkan selama 24 jam. Suspensi harus dicampur baik sebelum digunakan.
Pembuatan Suspensi padanan :
Buatlah Suspensi padanan I sampai
Suspensi padanan IV dengan cara seperti yang tertera pada tabel. Masing-masing
suspensi harus tercampur baik dan dikocok sebelum digunakan.
|
Suspensi Padanan
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
Baku opalesen (ml)
|
5,0
|
10,0
|
30,0
|
50,0
|
Air (ml)
|
95,0
|
90,0
|
70,0
|
50,0
|
Tabel 1. Pembuatan Suspensi Padanan
Pernyataan kejernihan :
Suatu cairan dinyatakan jernih bila kejernihannya sama
dengan air atau pelarut yang digunakan bila diamati di bawah kondisi seperti
tersebut diatas.
·
Penetapan pH
pH adalah suatu bilangan yang
menyatakan keasaman atau kebasaan suatu zat yang larut dalam air. Semua larutan
untuk penetapan pH menggunakan air bebas karbondioksida P. Elektroda, larutan
baku larutan uji, dan air pencuci harus disimpan pada suhu pengukuran selama
tidak kurang dari 2 jam sebelum pengukuran. Setelah alat ditera, cuci elektroda
dan wadah. Isi wadah dengan sejumlah larutan uji, tetapkan harga pendahuluan. Umumnya harga ini tidak tepat dan dianggap
sebagai harga pendekatan. Lakukan penetapan beberapa kali hingga diperoleh pH
yang tetap.
Evaluasi Post Process Control
·
Uji
Sterilitas
Suatu bahan dinyatakan steril apabila bebas dari
mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk
vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif.
Prosedur
Uji:
Inokulasi langsung ke dalam media
perbenihan lalu diinkubasi pada suhu
2 sampai 25°C. Volume tertentu
spesimen ditambahkan volume tertentu media uji, diinkubasi selama tidak kurang
dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan secara visual sesering mungkin
sekurang-kurangnya pada hari ke-3atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau hari
ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.
Pada interval waktu tertentu dan
pada akhir periode inkubasi, semua isi wadah akan diamat untuk menunjukkan ada atau
tidaknya
pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan atau pertumbuhan pada permukaan. Jika
tidak terjadi pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi syarat.
Penjelasan mengenai uji sterilitas akan dibahas lebih dalam pada makalah ini.
·
Uji
Pirogenitas
Uji pirogen dimaksudkan
untuk membatasi risiko reaksi demam pada
tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan
uji secara intravena dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan
uji kelinci pada dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 ml per kg bobot badan
dalam waktu tidak lebih dari 10 menit.
Prosedur
Pengujian dilakukan dalam
ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan dengan kondisi yang sama
dengan ruang pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkan kegelisahan.
Suhu awal setiap kelinci tidak boleh lebih dari 39,8 °C.
Suntikkan 10 ml per kg bobot
badan melalui vena tepi telinga 3 ekor kelinci dan penyuntikan dilakukan dalam
waktu 10 menit. Semua larutan harutan harus bebas dari kontaminasi. Hangatkan
larutan pada suhu 37° ± 2 °C sebelum penyuntikkan. Rekam suhu berturut-turut
antara jam pertama dan jam ketiga setelah penyuntikkan dengan selang waktu 30
menit.
Penafsiran
hasil
Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor kelincipun
menunjukkan kenaikan suhu 0,5° C atau lebih.
Jika
ada kelinci dengan kenaikan suhu 0,5 atau lebih, lanjutkan dengan pengujian menggunakan 5 ekor kelinci.
Memenuhi syarat:
Tidak lebih dari tiga ekor kelinci dari
delapan kelinci masing-masing
menunjukkan kenaikan suhu 0,5°C atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimal
delapan ekor kelinci lebih dari 3,3°C
II.2. Hal-hal
yang diperhatikan sebelum melakukan uji sterilitas:
II.2.1 Cara Membuka Wadah
a.
Bersihkan permukaan
luar ampul, tutup vial, tutup botol menggunakan bahan dekontaminasi yang
sesuai, dan ambil isi secara aseptik.
b.
Jika isi vial dikemas
dalam hampa udara, masukkan udara steril dengan alat steril yang sesuai,
seperti alat suntik dengan jarum yang dilengkapi bahan penyaring untuk
sterilisasi.
c.
Untuk kapas murni,
perban, pembalut, benang bedah dan bahan farmakope sejenis, buka kemasan atau
wadah secara aseptik.
II.2.2 Pemilihan Spesimen Uji dan Masa Inkubasi
a.
Untuk bahan cair,
gunakan volume bahan dan media untuk setiap unit dan jumlah wadah per media
tidak kurang dari seperti yang tertera pada Tabel
Jumlah untuk bahan cair dalam bab ini.
b.
Jika kuantitas isi cukup, bahan dapat dibagi
dan ditambahkan pada kedua media.
c.
Jika volume setiap
wadah tidak cukup untuk kedua media, gunakan wadah sejumlah dua kali.
d.
Untuk bahan selain cairan, uji 20 unit bahan
dengan masing-masing media.
e.
Untuk bahan yang hanya lumennya harus steril,
bilas lumen dengan sejumlah media yang sesuai hingga diperoleh kembali tidak
kurang dari 15 ml media.
Catatan
: Jika tidak dinyatakan lain di dalam monografi atau
bab ini, inkubasi campuran uji dengan Media
Tioglikolat Cair (atau Media
Tioglikolat Alternatif, jika dinyatakan) selama 14 hari pada suhu 300
hingga 350,dan dengan Soybean-Casein
Digest Medium pada suhu 200 hingga 250.
II.2.2.1 Macam-macam Media
Berdasarkan Farmakope
Indonesia IV :
Media untuk pengujian dapat dibuat
seperti yang tertera di bawah ini, atau dapat digunakan campuran kering yang
menghasilkan formulasi sama, asalkan jika direkonstitusi sesuai petunjuk pabrik atau
distributor, mempunyai sifat merangsang pertumbuhan yang sama atau lebih baik
dari formula dari formula yang diberikan di bawah ini:
1.
Media Tioglikolat Cair
L-Sistin P 0,5
g
Natrium klorida P 2,5
g
Glukosa P
(C6H12OH2O) 5,5
g
Agar P,
granul (kadar air tidak lebih dari 15%) 0,75
g
Ekstrak ragi P
(larut dalam air) 5,0
g
Digesti pankreas kasein
P 15,0
g
Natrium tioglikolat P
atau 0,5
g
Asam tioglikolat P 0,3
ml
Larutan natrium
resazurin P (1 dalam 1000) dibuat segar 1,0 ml
Air 1000
ml
pH setelah disterilisasi 7,1 ± 0,2
Campur
dan panaskan hingga larut. Atur pH larutan hingga setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2
menggunakan natrium hidroksida 1 N. Jika perlu saring selagi panas menggunakan
kertas saring. Tempatkan media dalam tabung yang sesuai, yang memberikan
perbandingan permukaan dengan kedalaman media sedemikian rupa sehingga tidak
lebih dari setengah bagian atas media yang mengalami perubahan warna sebagai
indikasi masuknya oksigen pada akhir masa inkubasi. Sterilisasi dalam autoklaf.
Jika lebih dari sepertiga bagian bagian atas terjadi warna merah muda, media diperbaiki
satu kali dengan pemanasan di atas tangas air atau dalam uap yang mengalir
bebas hingga warna merah muda hilang. Media siap digunakan jika tidak lebih
dari sepersepuluh bagian atas media berwarna merah muda. Gunakan media
tioglikolat cair untuk inkubasi dalam kondisi aerob.
2. Media
Tioglikolat Alternatif (untuk alat yang mempunyai lumen kecil)
L-Sistin P 0,5
g
Natrium klorida P 2,5
g
Glukosa P
(C6H12OH2O) 5,5
g
Ekstrak ragi P
(larut dalam air) 5,0
g
Digesti pankreas kasein
P 15,0 g
Natrium tioglikolat P
atau 0,5
ml
Asam tioglikolat P 0,5
ml
Air 1000
ml
pH setelah disterilisasi 7,1 ± 0,2
Panaskan
dalam wadah yang sesuai hingga larut. Campur dan jika perlu, atur pH larutan
hingga setelah disterilisasi 7,1 ± 0,2 menggunakan natrium hidroksida 1 N.
Saring jika perlu, tempatkan dalam tabung yang sesuai dan sterilisasi dengan
uap air. Media dibuat segar atau dipanaskan di tangas uap dan didinginkan saat
digunakan. Tidak boleh dipanaskan kembali. Gunakan media tioglikolat alternatif
dengan cara yang menjamin kondisi anaerob selama masa inkubasi.
3. Soybean
– Casein Digest Medium
Digesti pankreas kasein
P 17,0
g
Digesti peptik tepung
kasein 3,0
g
Natrium klorida P 5,0
g
Kalium fosfat dibasa P 2,5
g
Glukosa P
(C6H12OH2O) 2,5
g
Air 1000
ml
pH setelah disterilisasi 7,3 ± 0,2
Larutkan
semua bahan padat dalam air, hangatkan hingga larut. Dinginkan larutan hingga
suhu kamar, dan jika perlu atur pH larutan hingga setelah sterilisasi 7,3 ± 0,2
Menggunakan
natrium hidroksida 1 N. Saring jika perlu, dan bagikan dalam tabung yang
sesuai. Sterilisasi dengan uap air.
Gunakan
Soybean – Casein Digest Medium untuk inkubasi dalam kondisi aerob.
Catatan
: Jika digunakan Media Tioglikolat Cair dan Soybean – Casein Digest Medium
dalam prosedur uji inokulasi langsung ke dalam media uji untuk menetapkan
spesimen yang mengandung antibiotik golongan penisilin atau sefalosporin,
secara aseptik tambahkan sejumlah penisilinase yang diperlukan dengan
menggunakan sediaan penisilinase yang sebelumnya telah diuji daya pernginaktif
penisilin atau sefalosporin. Atau tetapkan jumlah penisilinase yang diperlukan
dengan menambahkannya ke dalam tabung media Media Tioglikolat Cair dan sejumlah
antibiotik penisilin atau sefalosporin sejumlah antibiotik dalam spesimen uji
inokulasi media dengan 1 ml pengenceran (1 dalam 1000) biakan 18 jam sampai 24
jam pada suhu 300 sampai 380, pada saat ini harus teramati pertumbuhan antimikroba
yang spesifik. Lakukan uji konfirmasi di daerah yang benar-benar terpisah dari
tempat uji sterilisasi.
II.3 Uji
Fertilitas
Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa media yang digunakan dapat menumbuhkan mikroba uji sampai
waktu 7. Uji fertilitas dilakukan sebelum melakukan uji sterilitas terhadap
sampel. Pada saat melakukan uji sterilitas harus teramati pertumbuhan mikroba
yang spesifik. Lakukan uji konfirmasi di daerah yang benar – benar terpisah
dari tembat uji sterilitas.
Prosedur :
1. Inokulasi
duplo wadah tiap media secara terpisah dengan 10 hingga 100 mikroba viable dari
tiap galur pada table
2. Media
uji memenuhi sayrat jika terjadi pertumbuhan yang nyata dalam semua wadah media
yang diinokulasikan dalam kurun waktu 7 hari
II.4.1 Uji dengan Penyaringan
II.4.1.1.
Macam-Macam Cairan Pengencer dan Pembilas
a. Cairan
A
Larutkan 1 g digesti
peptik jaringan hewan P seperti yang tertera pada Spesifikasi Pereaksi dalam
Pereaksi, Indikator dan Larutkan dalam air hingga 1 liter, saring atau
sentrifus hingga jernih, atur pH hingga pH 7,1 ± 0,2 bagikan ke dalam sejumlah
wadah 100 ml dan sterilisasi dengan uap air.
Catatan : Jika Cairan A
digunakan untuk uji sterilitas pada spesimen yang mengandung antibiotik
golongan penisilin dan sefalosporin, secara aseptik tambahkan penisilinase
steril ke dalam cairan A yang digunakan membilas membran untuk menginaktifkan
residu antibiotika pada membran setelah larutan spesimen uji disaring.
b. Cairan
D
Jika spesimen uji
mengandung lesitin atau minyak, atau untuk uji alat kesehatan steril dengan
lumen kecil menggunakan penyaring membran, gunakan Cairan A yang ditambah 1 ml
polisorbat 80 per L, atur pH hingga 7,1 ± 0,2, bagikan dalam labu dan
sterilisasi dengan uap air.
c. Cairan
K
Digesti peptik jaringan
hewan P
Ekstraks daging P
Polisorbat 80 P
Air
pH setelah sterilisasi 6,9 ± 0,2
Sterilisasi dengan uap
air.
(Catatan : Cairan
steril tidak boleh bersifat antibakteri atau antijamur, jika digunakan sebagai
pelarut, pengencer, ataupun pembilas pada uji sterilitas).
II.4.2.2 Prosedur Uji Sterilitas dengan Penyaringan
Teknik penyaringan membran
digunakan untuk bahan cair yang dapat diuji dengan cara inokulasi langsung ke
dalam media uji. Jumlah uji tidak kurang dari volume dan jumlah seperti yang
tertera pada Pemilihan spesimen uji dan
masa inkubasi.
Peralatan
unit penyaring membran yang sesuai terdiri dari:
· satu
perangkat yang dapat memudahkan penanganan bahan uji secara aseptik
· membran
yang telah diproses yang dapat dipindahkan secara aseptik untuk inokulasi ke
dalam media yang sesuai atau, satu perangkat yang dapat ditambahkan media steril
ke dalam penyaringnya dan membran inkubasi in situ.
Membran yang sesuai umumnya
mempunyai porositas 0.45 µm, dengan diameter lebih kurang 47 mm, dan kecepatan
penyaringan air 55 ml sampai 75 ml per menit pada tekanan 70 cmHg. Unit
keseluruhan dapat dirakit dan disterilkan bersama dengan membran sebelum
digunakan, atau membran dapat disterilkan terpisah dengan cara apa saja yang
dapat mempertahankan karakteristik penyaring dan menjamin sterilitas penyaring
dan perangkatnya.
Jika bahan uji berupa minyak, membran
dapat disterilkan terpisah, dan setelah melalui pengeringan, unit dirakit
secara aseptik. Adapun jenis-jenis bahan cair yang dapat diuji dengan penyaring
membran adalah sebagai berikut :
1. Cairan
yang Dapat Bercampur dengan Pembawa Air
Cairan secara aseptik dipindahkan
dengan jumlah volume tertentu yang dibutuhkan untuk kedua media seperti yang
tertera pada Tabel Jumlah untuk bahan
cair dan Pemilihan spesimen uji dan
masa inkubasi. Kemudian langsung dimasukkan ke dalam satu atau dua
corong penyaring membran terpisah, atau ke dalam tabung penampung steril
terpisah sebelum dipindahkan.
Ketentuan :
a.
Jika
volume cairan dalam wadah kurang dari 50 ml, atau 50 ml sampai kurang dari 100
ml, dan tidak dimaksudkan untuk pemberian intravena, maka diperlukan volume
kurang dari 20 wadah diwakili satu membran, atau setengah bagian membran yang
dipindahkan ke dalam tiap media.
b.
Jika
volume cairan 50 ml sampai kurang dari 100 ml per wadah dan dimaksudkan untuk
pemberian intravena, atau 100 ml sampai 500 ml, secara aseptik pindahkan
seluruh isi tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring dari dua rakitan
penyaring, atau tidak kurang dari 20 wadah jika hanya digunakan satu rakitan
penyaring.
c.
Jika
volume cairan lebih dari 500 ml, secara aseptik pindahkan tidak kurang dari 500
ml dari tiap isi wadah dan tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring
dari dua rakitan penyaring atau isi tidak kurang dari 20 wadah jika hanya satu
rakitan penyaring. Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring dengan
bantuan pompa vakum atau tekanan.
d.
Jika
cairan sangat kental dan tidak mudah disaring melalui 1 membran atau 2 membran
maka diperlukan lebih dari dua rakitan penyaring. Setengah jumlah membran yang
digunakan diinkubasi dalam masing-masing media, asalkan volume dan jumlah wadah
per media yang disyaratkan dipenuhi.
e.
Jika
produk bersifat bakteriostatik atau fungistatik, maka :
-
Bilas
membran 3 kali, tiap kali dengan 100 ml Cairan
A.
-
Secara
aseptik pindahkan membran dari alat pemegang.
-
potong
membran menjadi setengah bagian (jika hanya digunakan satu).
-
Celupkan
membran atau setengah bagian membran, ke dalam 100 ml Soybean-Casein Digest Medium dan inkubasi pada 20o
hingga 25o selama tidak kurang dari 7 hari.
-
Dengan
cara yang sama, celupkan membran atau setengah bagian membran lainnya ke dalam
100 ml Media Tioglikolat Cair dan
inkubasi pada 30o hingga 35o selama tidak kurang dari 7
hari.
[Catatan : Jika contoh yang diuji bersifat
bakteriostatik, gunakan cakram membran penyaring hidrofobik atau setelah
spesimen disaring, potong cakram lebih kurang setengah daerah penyaringan dari
pusat membran menggunakan alat pemotong steril, secara aseptik pindahkan
potongan setengah cakram membran ke dalam Media Tioglikolat Cair dan sisa
potongan cakram ke dalam Soybean-Casein Digest Medium]
2. Cairan
yang Tidak Dapat Bercampur dengan Pembawa Air (Kurang dari 100 ml per Wadah)
Menggunakan
isi tidak kurang dari 20 wadah (40 wadah jika masing-masing mengandung volume
tidak mencukupi untuk kedua media)
- Pindahkan
volume yang diinginkan untuk ke dua media, seperti yang tertera pada Tabel Jumlah untuk bahan cair dan Pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi,
langsung ke dalam satu atau dua corong penyaring membran terpisah atau ke dalam
tabung penampung steril terpisah sebelum dipindahkan.
- Diperlukan
volume tidak kurang dari 20 wadah untuk satu membran atau setengah bagian
membran yang dipindahkan ke dalam tiap media.
- Lewatkan
segera tiap spesimen melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.
Ketentuan
:
(1). Jika
bahan uji berupa cairan kental atau suspensi dan tidak sesuai untuk penyaringan
cepat : secara aseptik tambahkan cairan pengencer secukupnya ke dalam kumpulan
spesimen yang akan disaring untuk menambah kecepatan aliran.
(2). Jika
produk uji bersifat bakteriostatik atau fungistatik atau mengandung pengawet :
bilas membran satu sampai tiga kali, tiap kali dengan 100 ml Cairan A.
(3). Jika
bahan uji mengandung lesitin atau minyak:
1. Gunakan
Cairan D sebagai pengganti Cairan A.
2. Setelah
penyaringan dan pencucian, pindahkan membran secara aseptik dari alat pemegang
3. Potong
membran menjadi setengah bagian (jika hanya digunakan satu),
4. Celupkan
membran atau setengah bagian membran, ke dalam 100 ml Soybean-Casein Digest Medium dan inkubasi pada 20o
hingga 25o selama tidak kurang dari 7 hari.
5. Dengan
cara yang sama, celupkan membran atau setengah bagian membran lainnya ke dalam
100 ml Media Tioglikolat Cair dan
inkubasi pada 30o hingga 35o selama tidak kurang dari 7
hari.
3. Zat
Padat yang Dapat Disaring
- Ambil
lebih kurang 6 g produk dalam bentuk padat kering (atau sejumlah larutan atau
suspensi produk, yang dibuat dengan menambahkan pengencer steril ke dalam
wadah, sebanding dengan 6 g bahan padat), atau
- tidak
kurang dari 300 mg tiap wadah yang diuji, atau seluruh isi wadah jika isi tiap
wadah kurang dari 300 mg bahan padat. Ketentuan :
(1).
Kecuali
dinyatakan lain dalam monografi, jumlah wadah sama seperti yang tertera pada Cairan yang dapat bercampur dengan pembawa
air.
·
Secara
aseptik masukkan spesimen ke dalam tabung berisi 200 ml Cairan A, dan aduk hingga larut. Jika spesimen tidak larut
sempurna, gunakan 400 ml Cairan A, atau
secara aseptik bagi spesimen dalam dua bagian dan uji tiap bagian dengan 200 ml
Cairan A.
·
Pindahkan
larutan ke dalam satu atau dua corong penyaring membrane.
·
Segera
saring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.
(2). Jika
contoh uji bersifat bakteriostatik atau fungistatik
·
Bilas
membran tiga kali, tiap kali dengan 100 ml Cairan
A.
·
Setelah
selesai penyaringan dan pembilasan, pindahkan membran secara aseptik dari alat
pemegang,
·
potong
membran menjadi setengah bagian (jika hanya digunakan satu)
·
Celupkan
membran atau setengah bagian membran, ke dalam 100 ml Soybean-Casein Digest Medium dan inubasi pada 20o hingga
25o selama tidak kurang dari 7 hari.
·
Dengan
cara yang sama, celupkan membran atau setengah bagian membran lainnya ke dalam
100 ml Media Tioglikolat Cair dan
inkubasi pada 30o hingga 35o selama tidak kurang dari 7
hari
4. Salep
dan Minyak yang Larut Dalam Isopropil Miristat
(1).
Larutkan
tidak kurang dari 100 mg dari tiap isi wadah, tidak kurang dari 20 wadah (40
wadah jika masing-masing mengandung volume tidak mencukupi untuk kedua media)
dalam tidak kurang dari 100 ml isopropil miristat dengan pH ekstrak air tidak
kurang dari 6,5 seperti yang tertera pada Spesifikasi pereaksi dalam Pereaksi,
Indikator, dan Larutan yang lebih dulu telah disterilkan dengan penyaringan
melalui penyaring membran 0,22 um.
(Catatan Hangatkan pelarut steril, dan jika perlu
bahan uji tidak lebih dari 44 sesaat sebelu digunakan).
(2).
Goyang
labu untuk melarutkan salep atau minyak, hati-hati untuk mendapatkan permukaan
bahan yang lebar terhadap pelarut.
(3).
Saring
segera salep yang telah dilarutkan.
(4).
Secara
aseptis, pindahkan campuran ke dalam 1 corong atau 2 corong penyaring membran.
(5).
Lewatkan
segera tiap spesimen melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.
Jaga seluruh penyaring membran ditutupi cairan untuk mendapatkan efisiensi
maksimum penyaring.
(6).
Setelah
penyaringan spesimen, bilas membran dua kali, tiap kali dengan 200 ml cairan D,
kemudian cuci dengan 100 ml Cairan A.
(7).
Lakukan
proses inkubasi pada membran uji, kecuali unutk media uji sterilitas yang
digunakan mengandung 1 g polisorbat 80
per liter.
(8).
Jika
zat yang diuji mengandung petrolatum, gunakan cairan K. Basahi membran dengan
lebih kurang 200 ul media pembilas sebelum penyaringan dimulai dan jaga seluruh
membran ditutupi cairan untuk mendapatkan effisiensi maksimum penyaring.
(9).
Setelah
penyaringan spesimen, bilas membran tiga kali, tiap kali dengan 100 ml media
pembilas. Perlakukan membran uji seperti yang tertera diatas.
[catatan.
Untuk salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropil miristat, lakukan
penetapan seperti yang tertera pada salep dan minyak yang tidak larut dalam
isopropil miristat dalam prosedur uji inokulasi langsung ke dalam media uji]
5. Zat
padat yang Tidak Dapat Disaring
Uji sterilitas untuk bahan ini
dengan cara penyaringan membran tidak dianjurkan, kecuali jika dapat
ditunjukkkan bahwa tidak terjadi penyumbatan pada filter. Lakukan seperti yang
tertera pada zat padat pada Prosedur Uji Inokulasi Langsung ke dalam Media Uji.
6. Alat
Kesehatan
Alat yang mempunyai saluran kecil
steril dapat diuji sterilitas dengan teknik penyaringan membran sebgai berikut.
(1).
Secara
aseptik, alirkan sejumlah volume tertentu cairan D melalui tiap lumen tidak
kurang dari 20 alat hingga diperoleh tidak kurang dari 100 ml dari tiap alat.
(2).
Kumpulan
cairan dalam wadah aseptik dan saring seluruh volume melalui penyaring membran,
kemudian lakukan proses inkubasi.
Jika
ukuran alat besar, dan ukuran lot kecil, lakukan uji sejumlah unit yang sesuai
seperti yang tertera pada kasus serupa dalam Alat kesehatan, pada Prosedur Uji
Inokulasi Langsung ke dalam Media Uji.
7. Alat
Suntik Kosong
Ringkasan
prosedur:
(1).
untuk
alat suntik kosong tanpa dipasang jarum steril, keluarkan isi dari tiap alat suntik
ke dalam satu atau dua corong membran filter terpisah atau ke dalam bejana
terpisah sebelum dipindahkan.
(2).
Jika
jarum steril yang terpisah dipasang, secara langsung keluarkan isi suntikan dan
proses diarahkan untuk cairan yang dapat dicampur dengan pembawa air. Teknik
dilakukan secara aseptis.
8. Padatan
untuk Injeksi Selain antibiotik
Ringkasan
prosedur :
-
Pengujian
diarahkan seperti pada pengujian sterilitas cairan yang dapat maupun tidak
dapat bercampur dengan air yang telah diaplikasikan.
-
Penambahan
diluen berlebih untuk membantu kelarutan padatan tersebut dalam pengujian
sterilitas.
-
Beberapa
padatan untuk injeksi dapat tidak larut dalam pelarut yang sesuai untuk tes
sterilitas. Oleh sebab itu, dilakukan uji inokulasi langsung.
9. Padatan
Antibiotik untuk Injeksi
Ringkasan
prosedur:
(1).
Untuk
kemasan kurang dari 5 g,
a. Dari
tiap 20 wadah, dipindahkan secara aseptik sekitar 300 mg padatan ke dalam botol
kerucut steril volume 500 ml,
b. Larutkan
dengan 200 ml cairan A, kemudian
campurkan;
atau,
a. Tiap
20 wadah dipindahkan sebagai larutan atau suspensi yang setara dengan 300 mg
padatan, ke dalam botol kerucut steril volume 500 ml
b. Larutkan
dengan 200 ml cairan A, kemudian
campurkan.
Proses
selanjutnya seperti pada pengujian sterilitas cairan yang dapat maupun tidak
dapat bercampur dengan air yang telah diaplikasikan.
(2).
Untuk
kemasan 5g atau lebih besar,
a. dari
tiap 6 wadah, dipindahkan secara aseptik sekitar 1 g padatan ke dalam botol
kerucut steril volume 500 ml.
b. larutkan
dengan 200 ml cairan A, kemudian
campurkan;
atau
a. Tiap
6 wadah dipindahkan sebagai larutan atau suspensi yang setara dengan 1 g
padatan, ke dalam botol kerucut steril volume 500 ml.
b. Larutkan
dengan 200 ml cairan A, kemudian
campurkan. Proses seperti pada pengujian sterilitas cairan yang dapat maupun tidak
dapat bercampur dengan air yang telah diaplikasikan.
Perlu diperhatikan bahwa agen antimikroba dari
antibiotik hilang atau terinaktivasi saat dilakukan uji sterilitas.
10.
Padatan,
Bulk, dan Campuran Antibiotik
Ringkasan
Prosedur: Secara aseptik, hilangkan secukupnya
sejumlah padatan dari jumlah wadah yang sesuai, aduklah agar diperoleh campuran
yang sama sekitar 6 gram padatan, dan pindahkan ke dalam sebuah labu krucut
steril 500 ml; larutkan dalam 200 ml cairan A dan aduk. Proses secara langsung
untuk larutan yang larut dalam Pembawa air.
Ulasan :
Sekali lagi, penting bahwa semua sifat antimikroba pada antibiotik dihilangkan
atau diinaktivasi ketika melakukan uji sterilisasi. Keberhasilan Validasi
bakteriosatatik/Fungistatik harus ditunjukkan terlebih dahulu pada uji
sterilitas.
11.
Produk
aerosol steril
Ringkasan
Prosedur: Untuk produk cair dalam bentuk aerosol
yang diatur tekanannya, dinginkan wadah
dengan alkohol- campurkan dry ice setidaknya pada suhu -2000C selam
satu jam. Jika dapat dilakukan, biarkan propellant lepas atau lolos melalui
lubang wadah sebelum secara aseptik ditambahkan bahan ke dalam tempat steril
penyimpanan cairan. Tambahkan 100 ml cairan D ke dalam tempat steril
penyimpanan cairan dan kemudian aduk kuat. Proses langsung untuk larutan yang
larut dalam pembawa air atau larutan yang tidak larut dalam pembawa air.
Ulasan
: Korporasi Millipore menawarkan sebuah sistem uji sterilitas yang dapat
digunakan untuk produk aerosol. Metode ini menawarkan banyak keuntungan
daripada metode diatas, termasuk bahwa sistem uji sterilitas tidak hanya untuk
cairan atau produk obat aktif, tetapi juga propellant yang tidak perlu diloloskan dari wadah aerosol
yang menghasilkan kontaminasi tidak sengaja dan juga tidak perlu untuk
mendinginkan wadah.
12.
Alat-alat
dengan dilabeli steril
Ringkasan
Prosedur: Secara aseptik, melewati atau kurang
dari 10 jalan volume cairan F yang melewati masing-masing uji alat. Kumpulan
cairan pada sebuah tempat penampung cairan yang sesuai dan proses yang secara
langsung untuk larutan yang larut dalam pembawa air atau larutan yang tidak
larut dalam pembawa air.
Pada
kasus steril, syringe yang kosong,
menggambarkan bahwa pelarut steril masuk ke dalam wadah penyimpanan yang
melewati jarum steril, jika menempel atau melewati sebuah jarum steril yang
menempel untuk tujuan uji serta membuang bahan ke dalam sebuah tempat penampung
cairan, kemudian diproses secara langsung seperti tersebut diatas.
Ulasan
: Banyak pembuatan alat-alat bergantung pada parameter pelepasan oleh uji
sterilitas yang tidak ditunjukkan dalam penggantinya data indikator biologi.
Indikator biologi termasuk masing-masing beban sterilisasi alat untuk diproses
dan harus menjadi negatif untuk bertemu peralatan steril.
II.4.2 Uji sterilitas dengan Inokulasi Langsung
II.4.2.1 Bakteriostatik dan
Fungistatik
Sebelum melakukan uji sterilitas cara
inokulasi langsung terhadap suatu bahan, tetapkan tingkat aktivitas
bakteriostatik dan fungistatik dengan prosedur berikut:
1.
Buat
pengenceran biakan bakteri dan jamur tidak kurang dari galur mikroba seperti
yang tertera pada Uji Fertilitas.
2.
Inokulasi
media uji sterilitas dengan 10 mikroba hingga 100 mikroba viabel, gunakan
volume media seperti yang tertera dalam Tabel
Jumlah untuk bahan cair pada Pemilihan
spesimen uji dan masa inkubasi.
3.
Tambahkan
sejumlah tertentu bahan ke dalam setengah dari jumlah wadah yang mengandung
inokulum dan media.
4.
Inkubasi
wadah pada suhu dan kondisi seperti yang tertera pada tabel selama tidak kurang
dari 7 hari.
II.4.2.2 Prosedur Uji
Sterilitas dengan Inokulasi Langsung
Prosedur ini dapat
dilakukan untuk :
·
Cairan
·
Salep dan minyak yang
tidak larut dalam isopropyl miristat
·
Zat padat
·
Kapas murni, perban,
pembalut, benang bedah, dan bahan sejenisnya.
·
Alat kesehatan steril
·
Untuk alat yang
mempunyai pipa/saluran berlubang seperti alat transfuse atau infuse atau yang
ukurannya menyebabkan pencelupan tdak dapat dilakukan dan hanya saluran
cairannya yang harus steril
· Alat suntik kosong atau
terisi
Prinsip pengujian :
·
Siapkan bahan uji, lalu
tambahkan media
·
Kemudian lakukan
inkubasi selama minimal 14 hari dengan pengamatan pada hari ke 3, 4, atau 5,
hari ke7 atau 8, dan pada hari terakhir pengujian.
Catatan:
·
Perlakuan awal berbeda
untuk masing-masing produk farmasi dan kesehatan.
·
Bahan uji merupakan
larutan yang ada pada produk farmasi dan kesehatan kecuali yang berbentuk
cairan digunakan untuk membilas atau mendispersi produk tersebut.
Prosedur
Uji sterilitas secara Inokulasi Langsung
- Cairan:
·
Pindahkan cairan dari
wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik steril.
·
Secara aseptic
inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap wadah uji ke dalam tabung media
·
Campur cairan dengan
media tanpa aerasi berlebihan
- Salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropyl miristat:
Pilih 20 wadah yang mewakili, dibagi
atas 2 kelompok terdiri dari 10 wadah, dan diperlakukan riap kelompok sebagai
berikut:
·
Secara aseptik pindahkan 100mg dari
tiap wadah dari 10 wadah ke dalam labu berisi 100 mL pembawa air steril yang
dapat mendispersi homogen bahan uji dalam seluruh campuran cairan
·
Campur 10 ml alikuot
dari campuran cairan yang diperoleh dengan 80 ml tiap media.
3.
Zat
padat:
·
Ambil sejumlah tertentu
produk dalam bentuk kering (atau yang sudah dibuat larutan atau suspensi dalam
cairan pengencer steril) tidak kurang dari 300mg tiap wadah atau seluruh isi
wadah jika tiap isi kurang dari 300 mg
·
Inokulasikan kedalam
masing-masing tidak kurang dari 40 ml FTM dan SCDM
- Kapas murni, perban, pembalut, benang bedah, dan bahan sejenisnya:
1. Dari
setiap kemasan, ambil secara aseptic 2 bagian atau lebih masing-masing
100-500mg dari bagia paling dalam.
2. Secara
aseptic pindahkan bagian bahan uji ini kedalam sejumlah tertentu wadah media
yang sesuai dan lakukan inkubasi.
- Alat kesehatan steril:
Untuk alat yang bentuk
dan ukurannya memungkinkan dicelupkan keseluruhan ke dalam tidak lebih dari
100ml media, uji alat utuh menggunakan media yang sesuai.
- Untuk alat yang mempunyai pipa/saluran berlubang seperti alat transfuse atau infuse atau yang ukurannya menyebabkan pencelupan tdak dapat dilakukan dan hanya saluran cairannya yang harus steril:
·
Bilas lumen
masing-masing dengan sejumlah FTM dan SCDM
hingga diperoleh kembali tidak kurang dari 15 ml setiap media
·
Inkubasi dengan tidak
kurang dari 100 ml masing-masing media.
- Untuk alat dengan lumen yang sangat kecil sehingga FTM tidak mengalir, gunakan ATM, tetapi inkubasi dilakukan secara anaerob. Jika karena ukuran dan bentuk alat tidak dapat diuji dengan cara pencelupan keseluruhannya ke dalam tidak lebih dari 1000 ml media :
·
Uji bagian alat yang
paling sulit disterilisasi dan jika mungkin lepaskan 2 atau lebih bagian yang
paling dalam dari alat.
·
Secara aseptik,
pindahkan bagian tersebut ke dalam sejumlah tertentu tabung berisi tidak kurang
dari 1000 ml media yang sesuai, inkubasikan.
·
Amati pertumbuhan pada
media secara visual sesering mungkin sekurangnya hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5,
pada hari ke-7 atau ke-8 dan pada hari terakhri dari massa uji.
Catatan
: jika spesimen uji dalam media mempengaruhi uji karena kerja bakteriostatik
atau fungistatik, bilas seksama alat dengan cairan pembilas sesedikit mungkin
seperti yang tertera pada cairan pengencer dan pembilas. Peroleh kembali cairan
bilasan dan uji menggunakan teknik penyaringan membran
- Prosedur untuk alat suntik kosong atau terisi
Uji sterilitas alat
suntik terisi dilakukan seperti uji untuk produk steril dalam ampul atau vial.
Cara inokulasi langsung dapa dilakukan jika uji fungistatik dan bakteriostatik
telah menunjukan aktifitas yang tidak merugikandalam kondisi pengujian. Untuk
alat suntik terisi yang dilengkapi dengan jarum seril keluarkan isi melalui
lumen . untuk alat suntik dengan jarum terpisah, secara aseptik pasang jarum ,
dan pindahkan produk ke media yang sesuai. Beri perhatian khusus yang
menunjukkan bahwa bagian luar jarum yang di sertakan ( bagian yang akan masuk
bagian tubuh) adalah steril. Untuk alat suntik kosong steril, masukkan media
atau pengencer steril dalam alat suntik melalui jarum yang di sertakan , atau
jika tidak disertakan melalui jarum steril yang di pasangkan untuk tujuan
pengujian dan pindahkan isi dengan cepat ke dalam media yang sesuai.
Tabel 2. Uji
Mikroorganisme yang disyaratkan oleh USP untuk Penggunaan dalam meningkatkan
Pertumbuhan
dan Uji Bakteriostatik / Fungistatik yang digunakan
untuk Uji Sterilisasi
Media
|
Mikroba
Uji
|
Inkubasi
|
||
Suhu
(0)
|
Kondisi
|
|||
Tioglikolat
Cair
|
(1)
Bacillus subtilis (ATCC No.6633)*
|
30-35
|
Aerobik
|
|
(2)
Candida albicans (ATCC No.10231)
|
30-35
|
|||
(3)
Bacteriodes vulgatus (ATCC No.8482)**
|
30-35
|
|||
(4)
Staphylococcus aureus (ATCC 6538)
|
30-35
|
|||
(5)
Pseudomonas aeruginosa (ATCC 9027)*
|
30-35
|
|||
(6)
Clostridium sporogenes (ATCC 11437)
|
30-35
|
|||
Tioglikolat
alternatif
|
(1) Bacteriodes
vulgatus (ATCC No.8482)**
(2) Clostridium
sporogenes (ATCC 11437)**
|
30-35
|
Anaerobik
|
|
Soybean-Casein
Digest
|
(1)
Bacillus subtilis (ATCC No.6633)*
|
20-25
|
Aerobik
|
|
(2)
Candida albicans (ATCC No.10231)
|
20-25
|
|||
(3) Aspergillus niger (ATCC
16404)
|
20-25
|
Semua
organisme yang diperlukan untuk menunjukkan pertumbuhan terlihat dalam waktu
tidak lebih dari 7 hari dari uji asli.
Catatan: teknik pemeliharaan
biakan lot benih mikroba hidup yang digunakan untuk inokulasi harus digunakan
tidak lebih dari 5 bagian dari biakan ATCC.
*) Jika tidak
diinginkan mikroba pembentuk spora, gunakan Micrococcus luteus (ATCC No.9341)
dengan suhu inkubasi seperti yang tertera dalam Tabel 1.
**) Jika
diinginkan mikroba pembentuk spora, gunakan Clostridium sporogenes (ATCC
No.11437) dengan suhu inkubasi seperti yang tertera dalam Tabel 1.
Tidak
ada media alternatif thioglycollate cairan seperti pada USP XXV. Semua bakteri yang diminta untuk menunjukkan
kekeruhan terlihat alam kurun waktu 3
hari inkubasi, sedangkan semua jamur
diperlukan untuk menunjukkan kekeruhan terlihat dalam waktu 5 hari inkubasi.
1.
Jika
pertumbuhan mikroba uji dalam campuran
media bahan secara visual sebanding dengan pertumbuhan dalam tabung kontrol,
gunakan jumlah bahan dan media seperti yang tertera pada Tabel Jumlah untuk bahan cair dalam Pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi
2.
Jika
bahan yang diuji dengan cara seperti di
atas adalah bakteriostatik dan atau fungistatik, gunakan sejumlah zat
penetral steril yang sesuai, jika tersedia. Kesesuaian zat penetral ditetapkan
seperti yang tertera pada uji di bawah ini.
3.
Jika
zat penetral tidak tersedia,
tetapkan jumlah bahan dan media yang sesuai digunakan seperti yang tertera di
bawah.
4.
Ulangi
pengujian di atas, gunakan sejumlah tertentu bahan dan volume media yang lebih
besar untuk menetapkan perbandingan bahan dan media yang tidak merugikan
pertumbuhan mikroba uji.
·
Ketentuan Penambahan
atau pengurangan dalam menentukan perbandingan bahan dan media :
1. Jika
sejumlah tertentu bahan dalam 250 ml
media masih mempunyai daya bakteriostatik atau fungistatik, kurangi jumlah
bahan hingga diperoleh jumlah maksimum yang tidak menghambat pertumbuhan
mikroba uji dalam 250 ml media.
2. Untuk
cairan dan suspensi yang jumlahnya
kurang dari 1 ml, perbesar jumlah media hingga cukup untuk mengencerkan dan
mencegah hambatan pertumbuhan.
3. Untuk bahan
padat yang tidak segera larut atau dapat terdispersi, jika jumlahnya kurang
dari 50 mg, perbesar jumlah media hingga cukup untuk mengencerkan dan mencegah
hambatan pertumbuhan. Dalam setiap kasus, gunakan perbandingan jumlah bahan dan
media yang telah diketahui untuk uji sterilitas.
4. Jika
digunakan penyaringan membran, buat
perbandingan yang sama menggunakan sejumlah tertentu bahan uji dan cairan
pengencer dan pembilas yang sesuai, bilas membran 3 kali, tiap kali dengan 100
ml cairan pengencer dan pembilas. Inokulasikan sejumlah tertentu mikroba viabel
pada cairan pengencer dan pembilas terakhir yang digunakan untuk menyaring
bahan uji dan pada cairan pengencer dan pembilas saja. Pertumbuhan mikroba uji
dari membran yang digunakan untuk menyaring bahan diikuti cairan pengencer dan
pembilas yang telah diinokulasi secara visual sebanding dengan pertumbuhan dari membran yang hanya digunakan
untuk menyaring cairan pengencer dan pembilas yang telah diinokulasi.
Karena sifat bahan yang
akan diuji bervariasi dan faktor lain yang mempengaruhi pada waktu melakukan
uji sterilitas maka
II.5 Penafsiran
Uji Sterilitas
Jika
tidak ada bukti nyata pertumbuhan mikroba dalam suatu media kultur uji tabung,
setelah memperlakukan sampel dan media dengan prosedur yang benar dan kondisi
uji sterilitas yang sesuai ketentuan dari USP dan EP, bisa diartikan bahwa
terdapat sampel yang banyak mewakili kontaminasi intrinsik. Interpretasi harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pelatihan formal dalam mikrobiologi dan memiliki pengetahuan dasar yang terlibat dalam pengujian kontrol kualitas :
1.
metode
sterilisasi Industri dan keterbatasan mereka
2.
Pemrosesan
aseptik
3.
Konsep statistik
yang melibatkan banyak sampling untuk perwakilan artikel
4. Prosedur
pengendalian Lingkungan yang digunakan dalam fasilitas uji
Jika
pertumbuhan mikroba ditemukan atau jika uji sterilitas dinilai tidak valid karena kondisi lingkungan
yang tidak memadai, uji
sterilitas dapat diulang.
Berdasarkan FI 4, penafsiran uji sterilitas terdiri
dari dua tahap:
1.
Tahap
pertama
a.
Pada
interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, amati isi semua wadah
akan adanya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan /atau pertumbuhan pada
permukaan. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi syarat.
b.
Jika
ditemukan pertumbuhan mikroba, tetapi peninjauan dalam pemantauan fasilitas
pengujian steriitas, bahan yang digunakan, prosedur pengujian dan kontrol
negatif menunjukkan tidak memadai atau teknik aseptik yang salah digunakan
dalam pengujian, tahap pertama dinyatakan tidak absah dan dapat diulang.
c.
Jika
pertumbuhan mikroba teramati tetapi tidak terbukti, uji tahap pertama tidak
absah, lakukan tahap kedua.
2.
Tahap
Kedua
Jumlah
spesimen uji yang diseleksi minimum dua kali jumlah dari jumlah tahap pertama.
Volume minimum tiap spesimen yang diuji dan media dan periode inkubasi sama seperti
yang tertera apada tahap pertama.
a.
Jika
tidak ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji memenuhi syarat.
b.
Jika
ditemukan pertumbuhan, hasil yang diperoleh membuktikan bahwa bahan uji tidak
memenuhi syarat.
c.
Jika
dapat dibuktikan bahwa uji pada tahap kedua tidak absah karena kesalahan atau
teknik aseptik tidak memadai, maka tahap kedua dapat diulang.
[Catatan.
Jika uji sterilitas digunakan sebagai bagian penilaian terhadap produksi lot
atau bets atau serentak sebagai satu kriteria pengawasan mutu untuk melepas lot
atau bets, seperti yang tertera pada Sterilitas dan Jaminan sterilitas Bahan
Kompendia
·
Ringkasan
Uji Sterilitas
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Terdapat beberapa macam evaluasi untuk sediaan steril
seperti uji kejernihan larutan, penetapan pH, uji pirogenitas, dan uji
sterilitas. Suatu bahan dinyatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme
hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam
bentuk tidak vegetatif.
Sebelum melakukan uji sterilitas, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah cara membuka wadah,
pemilihan spesimen
uji serta masa inkubasi. Media yang dapat digunakan untuk pertumbuhan bakteri
ialah Media Tioglikolat Cair, Media Tioglikolat Alternatif (untuk alat
yang mempunyai lumen kecil), dan Soybean – Casein Digest
Medium.
Setelah menetapkan pemilihan media, uji fertilitas
sebaiknya dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memastikan
bahwa media yang digunakan dapat menumbuhkan mikroba uji sampai waktu tertentu. Pada saat melakukan
uji sterilitas, pertumbuhan
mikroba yang spesifik harus
diamati. Uji fertilitas dilakukan di di
daerah yang benar – benar terpisah dari tempat
uji sterilitas.
Terdapat dua cara melakukan uji sterilitas, yakni
dengan penyaringan dan inokulasi langsung. Pada uji sterilitas, cairan yang
akan digunakan sebagai pelarut, pengencer ataupun pembilas, tidak boleh
bersifat antibakteri ataupun antijamur.
Teknik
penyaringan membran digunakan untuk bahan cair yang dapat diuji dengan cara
inokulasi langsung ke dalam media uji. Jika bahan uji berupa minyak, membran
dapat disterilkan terpisah, dan setelah melalui pengeringan, unit dirakit
secara aseptik.
Sebelum melakukan uji sterilitas cara
inokulasi langsung terhadap suatu bahan, tetapkan tingkat aktivitas
bakteriostatik dan fungistatik dengan membuat
pengenceran biakan bakteri dan jamur tidak kurang dari galur mikroba seperti
yang tertera pada Uji Fertilitas. Kemudian melakukan inkubasi
wadah pada suhu dan kondisi seperti yang tertera
pada tabel selama tidak kurang dari 7 hari.
Prosedur uji
sterilitas dengan inokulasi langsung dapat dilakukan untuk cairan, salep dan minyak yang
tidak larut dalam isopropyl miristat,
zat padat,
kapas murni, perban, pembalut, benang bedah, dan
bahan sejenisnya, alat
kesehatan steril, dan alat
yang mempunyai pipa atau saluran
berlubang seperti alat transfus atau infus atau yang ukurannya menyebabkan
pencelupan tdak dapat dilakukan dan hanya saluran cairannya yang harus steril.
Setelah
melakukan uji sterilitas, dilakukan penafsiran untuk melihat adanya pertumbuhan
mikroba atau tidak. Jika
tidak ada bukti nyata pertumbuhan mikroba dalam suatu media kultur uji tabung,
setelah memperlakukan sampel dan media dengan prosedur yang benar dan kondisi
uji sterilitas yang sesuai ketentuan dari USP dan EP, bisa diartikan bahwa
terdapat sampel yang banyak mewakili kontaminasi intrinsik. Interpretasi harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pelatihan formal dalam mikrobiologi dan memiliki pengetahuan dasar yang terlibat dalam pengujian kontrol kualitas. Jika pertumbuhan mikroba ditemukan atau jika uji sterilitas
dinilai tidak
valid karena kondisi lingkungan yang tidak memadai, uji sterilitas dapat diulang.
makasih buat materinya,... sy mw brtax, knpa utk uji penyaringan salah satux itu salep ato minyak yg larut dalam isoprpil myristat?? knapa harus isopropil myristat?? apa bisa dganti dgn yg lain??? lalu, knpa utk uji streilitas bahan antibiotik, sblumx harus diinaktifkan dulu?? makasih,...
BalasHapus