Rabu, 16 Mei 2012

Uji Sterilisitas


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Sediaan steril memiliki beberapa kriteria, seperti bebas dari mikroorganisme, bebas dari pirogen, bebas dari partikulat dan standar yang sangat tinggi dalam hal kemurnian dan kualitas; bagaimanapun, tujuan utama pembuatan sediaan steril adalah mutlak tidak adanya kontaminasi mikroba. Tidak seperti syarat banyak sediaan yang lain, syarat sterilitas adalah nilai yang mutlak. Sebuah sediaan baik steril maupun non steril.
Secara historis, pertimbangan sterilitas bersandar pada uji sterilitas lengkap yang resmi, namun sediaan akhir pengujian sterilitas mengalami banyak batasan. Batasan yang paling nyata adalah sifat dasar dari uji sterilitas. Ini adalah uji yang dekstruktif; sehingga, hal ini tergantung pemilihan statistik sampel acak dari keseluruhan.
Jika perkembangan mikroba terdeteksi dalam uji sterilitas, maka hal ini dapat mencerminkan pembacaan positif yang salah (false-positive reading) karena masalah kontaminasi aksidental dari media kultur pada saat uji sterilitas berlangsung. Masalah kontaminasi aksidental adalah hal serius, merupakan batasan yang masih tidak dapat dihindari dari uji sterilitas.
Food and Drug Administration (FDA) menerbitkan pedoman mengenai prinsip umum dari proses validasi. Konsep umum dan elemen kunci dari proses validasi yang betul-betul dapat diterima oleh FDA telah diuraikan. Titik utama yang ditekankan pada pedoman adalah ketidakcukupan kepercayaan dari uji sterilitas sediaan akhir dalam memastikan sterilitas dari kumpulan sediaan parenteral steril. Arti yang lebih besar harus ditempatkan pada validasi proses semua sistem yang terlibat dalam produksi hasil akhir.
Salah satu tujuan validasi pada pembuatan sediaan steril adalah untuk meminimalkan ketidakpercayaan terhadap pengujian produk akhir. Tiga prinsip yang terlibat dalam proses validasi sediaan steril adalah :
1. Untuk membuat sterilitas kedalam sediaan
2. Untuk menunjukkan tingkat kemungkinan maksimum yang pasti dimana proses dan metode sterilisasi memiliki sterilisasi yang terpercaya terhadap semua unit dari batch sediaan.
3.  Untuk memberikan jaminan yang lebih luas dan mendukung hasil dari uji sterilitas sediaan akhir.

I.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Sediaan Steril. Selain itu juga untuk menjelaskan secara terperinci mengenai kriteria dan berbagai macam uji sterilitas yang digunakan untuk sediaan farmasi.

I.3 Metode Penulisan           
 Metode penulisan yang digunakan adalah metode pustaka. Data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber, diantaranya berupa buku dan situs internet yang berkaitan dengan uji sterilitas sebagai tema makalah ini.









I.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun atas:
BAB I      PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Tujuan
I. 3Metodologi Penulisan
I.4 Sistematika Penulisan

BAB II     PEMBAHASAN
II.1 Evaluasi Sediaan Steril
                        II.2 Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan uji sterilitas
II.2.1 Cara Membuka Wadah
II.2.2 Pemilihan Spesimen Uji dan Masa Inkubasi
II.2.2.1 Macam-macam Media
II.3 Uji Fertilitas
II.4 Uji Sterilitas
II.4.1 Uji Sterilitas dengan Penyaringan
II.4.1.1 Macam-Macam Cairan Pengencer dan Pembilas
II.4.1.2 Prosedur Uji Sterilitas dengan Penyaringan
II.4.2 Uji Sterilitas dengan Inokulasi
II.4.2.1  Bakteriostatik dan Fungistatik
II.4.2.2 Prosedur Uji Sterilitas dengan Inokulasi Langsung
II.5 Penafsiran Uji Sterilitas

BAB III   PENUTUP
                 III.1 Kesimpulan




BAB II
ISI

II.1 Evaluasi Sediaan Steril

Evaluasi In Process Control
·           Uji Kejernihan Larutan  FI IV 1998
Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus ke arah bawah tabung. Penetapan dilakukan dengan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral. Masukkan ke dalam dua tabung reaksi masing-masing larutan zat uji dan Suspensi padanan yang sesuai secukupnya, dibuat segar sehingga volume larutan dalam tabung reaksi terisi setinggiu tepat 40 mm. Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan Suspensi padanan dengan latar belakang yang hitam.
Pembuatan Baku opalesen:
 Larutkan 1,0 g hidrazina sulfat P dalam air secukupnya hingga 100,0, biarkan selama 4 jam hingga 6 jam. Pada 25,0 ml larutan ini tambahkan larutan 2,5 g heksammina P dalam 25 ml air, campur dan biarkan selama 24 jam. Suspensi harus dicampur baik sebelum digunakan. 
Pembuatan Suspensi padanan :
Buatlah Suspensi padanan I sampai Suspensi padanan IV dengan cara seperti yang tertera pada tabel. Masing-masing suspensi harus tercampur baik dan dikocok sebelum digunakan.


Suspensi Padanan
I
II
III
IV
Baku opalesen (ml)
5,0
10,0
30,0
50,0
Air (ml)
95,0
90,0
70,0
50,0
Tabel 1. Pembuatan Suspensi Padanan
Pernyataan kejernihan :
Suatu cairan dinyatakan jernih bila kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan bila diamati di bawah kondisi seperti tersebut diatas.
·           Penetapan pH
pH adalah suatu bilangan yang menyatakan keasaman atau kebasaan suatu zat yang larut dalam air. Semua larutan untuk penetapan pH menggunakan air bebas karbondioksida P. Elektroda, larutan baku larutan uji, dan air pencuci harus disimpan pada suhu pengukuran selama tidak kurang dari 2 jam sebelum pengukuran. Setelah alat ditera, cuci elektroda dan wadah. Isi wadah dengan sejumlah larutan uji, tetapkan harga pendahuluan.  Umumnya harga ini tidak tepat dan dianggap sebagai harga pendekatan. Lakukan penetapan beberapa kali hingga diperoleh pH yang tetap.
 Evaluasi  Post Process Control

·         Uji Sterilitas
Suatu bahan dinyatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif.

Prosedur Uji:
Inokulasi langsung ke dalam media perbenihan lalu diinkubasi pada suhu 2 sampai 25°C. Volume tertentu spesimen ditambahkan volume tertentu media uji, diinkubasi selama tidak kurang dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan secara visual sesering mungkin sekurang-kurangnya pada hari ke-3atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau hari ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.

Pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, semua isi  wadah akan diamat untuk menunjukkan ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan atau pertumbuhan pada permukaan. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi syarat. Penjelasan mengenai uji sterilitas akan dibahas lebih dalam pada makalah ini.

·         Uji Pirogenitas
Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi  risiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara intravena dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci pada dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 ml per kg bobot badan dalam waktu tidak lebih dari 10 menit.

Prosedur
Pengujian dilakukan dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan dengan kondisi yang sama dengan ruang pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkan kegelisahan. Suhu awal setiap kelinci tidak boleh lebih dari 39,8 °C.
Suntikkan 10 ml per kg bobot badan melalui vena tepi telinga 3 ekor kelinci dan penyuntikan dilakukan dalam waktu 10 menit. Semua larutan harutan harus bebas dari kontaminasi. Hangatkan larutan pada suhu  37° ± 2 °C sebelum penyuntikkan. Rekam suhu berturut-turut antara jam pertama dan jam ketiga setelah penyuntikkan dengan selang waktu 30 menit.

Penafsiran hasil
Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor kelincipun menunjukkan kenaikan suhu 0,5° C atau lebih. Jika ada kelinci dengan kenaikan suhu 0,5 atau lebih, lanjutkan dengan pengujian menggunakan 5 ekor kelinci.

Memenuhi syarat:
Tidak lebih dari tiga ekor kelinci dari delapan kelinci masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5°C atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimal delapan ekor kelinci lebih dari 3,3°C


II.2. Hal-hal yang diperhatikan sebelum melakukan uji sterilitas:
II.2.1   Cara Membuka Wadah
a.          Bersihkan permukaan luar ampul, tutup vial, tutup botol menggunakan bahan dekontaminasi yang sesuai, dan ambil isi secara aseptik.
b.         Jika isi vial dikemas dalam hampa udara, masukkan udara steril dengan alat steril yang sesuai, seperti alat suntik dengan jarum yang dilengkapi bahan penyaring untuk sterilisasi.
c.          Untuk kapas murni, perban, pembalut, benang bedah dan bahan farmakope sejenis, buka kemasan atau wadah secara aseptik.
II.2.2   Pemilihan Spesimen Uji dan Masa Inkubasi
a.          Untuk bahan cair, gunakan volume bahan dan media untuk setiap unit dan jumlah wadah per media tidak kurang dari seperti yang tertera pada Tabel Jumlah untuk bahan cair dalam bab ini.
b.          Jika kuantitas isi cukup, bahan dapat dibagi dan ditambahkan pada kedua media.
c.          Jika volume setiap wadah tidak cukup untuk kedua media, gunakan wadah sejumlah dua kali.
d.          Untuk bahan selain cairan, uji 20 unit bahan dengan masing-masing media.
e.           Untuk bahan yang hanya lumennya harus steril, bilas lumen dengan sejumlah media yang sesuai hingga diperoleh kembali tidak kurang dari 15 ml media.
Catatan : Jika tidak dinyatakan lain di dalam monografi atau bab ini, inkubasi campuran uji dengan Media Tioglikolat Cair (atau Media Tioglikolat Alternatif, jika dinyatakan) selama 14 hari pada suhu 300 hingga 350,dan dengan Soybean-Casein Digest Medium pada suhu 200 hingga 250.

II.2.2.1 Macam-macam Media
Berdasarkan Farmakope Indonesia IV :
Media untuk pengujian dapat dibuat seperti yang tertera di bawah ini, atau dapat digunakan campuran kering yang menghasilkan formulasi sama, asalkan jika direkonstitusi sesuai petunjuk pabrik atau distributor, mempunyai sifat merangsang pertumbuhan yang sama atau lebih baik dari formula dari formula yang diberikan di bawah ini:









1.      Media Tioglikolat Cair

L-Sistin P                                                                                 0,5 g
Natrium klorida P                                                                   2,5 g
Glukosa P (C6H12OH2O)                                                        5,5 g
Agar P, granul (kadar air tidak lebih dari 15%)                      0,75 g
Ekstrak ragi P (larut dalam air)                                               5,0 g
Digesti pankreas kasein P                                                       15,0 g
Natrium tioglikolat P atau                                                       0,5 g
Asam tioglikolat P                                                                   0,3 ml
Larutan natrium resazurin P (1 dalam 1000) dibuat segar     1,0 ml
Air                                                                                           1000 ml
            pH setelah disterilisasi 7,1 ± 0,2

Campur dan panaskan hingga larut. Atur pH larutan hingga setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2 menggunakan natrium hidroksida 1 N. Jika perlu saring selagi panas menggunakan kertas saring. Tempatkan media dalam tabung yang sesuai, yang memberikan perbandingan permukaan dengan kedalaman media sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari setengah bagian atas media yang mengalami perubahan warna sebagai indikasi masuknya oksigen pada akhir masa inkubasi. Sterilisasi dalam autoklaf. Jika lebih dari sepertiga bagian bagian atas terjadi warna merah muda, media diperbaiki satu kali dengan pemanasan di atas tangas air atau dalam uap yang mengalir bebas hingga warna merah muda hilang. Media siap digunakan jika tidak lebih dari sepersepuluh bagian atas media berwarna merah muda. Gunakan media tioglikolat cair untuk inkubasi dalam kondisi aerob.




2.      Media Tioglikolat Alternatif (untuk alat yang mempunyai lumen kecil)

L-Sistin P                                                                                 0,5 g
Natrium klorida P                                                                   2,5 g
Glukosa P (C6H12OH2O)                                                        5,5 g
Ekstrak ragi P (larut dalam air)                                               5,0 g
Digesti pankreas kasein P                                                       15,0 g
Natrium tioglikolat P atau                                                       0,5 ml
Asam tioglikolat P                                                                   0,5 ml
Air                                                                                           1000 ml
            pH setelah disterilisasi 7,1 ± 0,2

Panaskan dalam wadah yang sesuai hingga larut. Campur dan jika perlu, atur pH larutan hingga setelah disterilisasi 7,1 ± 0,2 menggunakan natrium hidroksida 1 N. Saring jika perlu, tempatkan dalam tabung yang sesuai dan sterilisasi dengan uap air. Media dibuat segar atau dipanaskan di tangas uap dan didinginkan saat digunakan. Tidak boleh dipanaskan kembali. Gunakan media tioglikolat alternatif dengan cara yang menjamin kondisi anaerob selama masa inkubasi.

3.      Soybean – Casein Digest Medium

Digesti pankreas kasein P                                                       17,0 g
Digesti peptik tepung kasein                                                    3,0 g
Natrium klorida P                                                                   5,0 g
Kalium fosfat dibasa P                                                            2,5 g
Glukosa P (C6H12OH2O)                                                        2,5 g
Air                                                                                           1000 ml
            pH setelah disterilisasi 7,3 ± 0,2

           
Larutkan semua bahan padat dalam air, hangatkan hingga larut. Dinginkan larutan hingga suhu kamar, dan jika perlu atur pH larutan hingga setelah sterilisasi 7,3 ± 0,2
Menggunakan natrium hidroksida 1 N. Saring jika perlu, dan bagikan dalam tabung yang sesuai. Sterilisasi dengan uap air.
Gunakan Soybean – Casein Digest Medium untuk inkubasi dalam kondisi aerob.
Catatan : Jika digunakan Media Tioglikolat Cair dan Soybean – Casein Digest Medium dalam prosedur uji inokulasi langsung ke dalam media uji untuk menetapkan spesimen yang mengandung antibiotik golongan penisilin atau sefalosporin, secara aseptik tambahkan sejumlah penisilinase yang diperlukan dengan menggunakan sediaan penisilinase yang sebelumnya telah diuji daya pernginaktif penisilin atau sefalosporin. Atau tetapkan jumlah penisilinase yang diperlukan dengan menambahkannya ke dalam tabung media Media Tioglikolat Cair dan sejumlah antibiotik penisilin atau sefalosporin sejumlah antibiotik dalam spesimen uji inokulasi media dengan 1 ml pengenceran (1 dalam 1000) biakan 18 jam sampai 24 jam pada suhu 300 sampai 380, pada saat ini harus teramati pertumbuhan antimikroba yang spesifik. Lakukan uji konfirmasi di daerah yang benar-benar terpisah dari tempat uji sterilisasi.

II.3 Uji Fertilitas
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa media yang digunakan dapat menumbuhkan mikroba uji sampai waktu 7. Uji fertilitas dilakukan sebelum melakukan uji sterilitas terhadap sampel. Pada saat melakukan uji sterilitas harus teramati pertumbuhan mikroba yang spesifik. Lakukan uji konfirmasi di daerah yang benar – benar terpisah dari tembat uji sterilitas.

Prosedur :
1.      Inokulasi duplo wadah tiap media secara terpisah dengan 10 hingga 100 mikroba viable dari tiap galur pada table
2.      Media uji memenuhi sayrat jika terjadi pertumbuhan yang nyata dalam semua wadah media yang diinokulasikan dalam kurun waktu 7 hari

II.4.1 Uji dengan Penyaringan
II.4.1.1. Macam-Macam Cairan Pengencer dan Pembilas
a.       Cairan A
Larutkan 1 g digesti peptik jaringan hewan P seperti yang tertera pada Spesifikasi Pereaksi dalam Pereaksi, Indikator dan Larutkan dalam air hingga 1 liter, saring atau sentrifus hingga jernih, atur pH hingga pH 7,1 ± 0,2 bagikan ke dalam sejumlah wadah 100 ml dan sterilisasi dengan uap air.
Catatan : Jika Cairan A digunakan untuk uji sterilitas pada spesimen yang mengandung antibiotik golongan penisilin dan sefalosporin, secara aseptik tambahkan penisilinase steril ke dalam cairan A yang digunakan membilas membran untuk menginaktifkan residu antibiotika pada membran setelah larutan spesimen uji disaring.

b.      Cairan D
Jika spesimen uji mengandung lesitin atau minyak, atau untuk uji alat kesehatan steril dengan lumen kecil menggunakan penyaring membran, gunakan Cairan A yang ditambah 1 ml polisorbat 80 per L, atur pH hingga 7,1 ± 0,2, bagikan dalam labu dan sterilisasi dengan uap air.

c.       Cairan K
Digesti peptik jaringan hewan P
Ekstraks daging P
Polisorbat 80 P
Air
        pH setelah sterilisasi 6,9 ± 0,2
Sterilisasi dengan uap air.
(Catatan : Cairan steril tidak boleh bersifat antibakteri atau antijamur, jika digunakan sebagai pelarut, pengencer, ataupun pembilas pada uji sterilitas).

II.4.2.2 Prosedur Uji Sterilitas dengan Penyaringan

Teknik penyaringan membran digunakan untuk bahan cair yang dapat diuji dengan cara inokulasi langsung ke dalam media uji. Jumlah uji tidak kurang dari volume dan jumlah seperti yang tertera pada Pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi.
Peralatan unit penyaring membran yang sesuai terdiri dari:
·      satu perangkat yang dapat memudahkan penanganan bahan uji secara aseptik
·      membran yang telah diproses yang dapat dipindahkan secara aseptik untuk inokulasi ke dalam media yang sesuai atau, satu perangkat yang dapat ditambahkan media steril ke dalam penyaringnya dan membran inkubasi in situ.
Membran yang sesuai umumnya mempunyai porositas 0.45 µm, dengan diameter lebih kurang 47 mm, dan kecepatan penyaringan air 55 ml sampai 75 ml per menit pada tekanan 70 cmHg. Unit keseluruhan dapat dirakit dan disterilkan bersama dengan membran sebelum digunakan, atau membran dapat disterilkan terpisah dengan cara apa saja yang dapat mempertahankan karakteristik penyaring dan menjamin sterilitas penyaring dan perangkatnya.
Jika bahan uji berupa minyak, membran dapat disterilkan terpisah, dan setelah melalui pengeringan, unit dirakit secara aseptik. Adapun jenis-jenis bahan cair yang dapat diuji dengan penyaring membran adalah sebagai berikut :
1.    Cairan yang Dapat Bercampur dengan Pembawa Air
Cairan secara aseptik dipindahkan dengan jumlah volume tertentu yang dibutuhkan untuk kedua media seperti yang tertera pada Tabel Jumlah untuk bahan cair dan Pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi. Kemudian  langsung dimasukkan ke dalam satu atau dua corong penyaring membran terpisah, atau ke dalam tabung penampung steril terpisah sebelum dipindahkan.
  Ketentuan :
a.         Jika volume cairan dalam wadah kurang dari 50 ml, atau 50 ml sampai kurang dari 100 ml, dan tidak dimaksudkan untuk pemberian intravena, maka diperlukan volume kurang dari 20 wadah diwakili satu membran, atau setengah bagian membran yang dipindahkan ke dalam tiap media.
b.         Jika volume cairan 50 ml sampai kurang dari 100 ml per wadah dan dimaksudkan untuk pemberian intravena, atau 100 ml sampai 500 ml, secara aseptik pindahkan seluruh isi tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring dari dua rakitan penyaring, atau tidak kurang dari 20 wadah jika hanya digunakan satu rakitan penyaring.
c.         Jika volume cairan lebih dari 500 ml, secara aseptik pindahkan tidak kurang dari 500 ml dari tiap isi wadah dan tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring dari dua rakitan penyaring atau isi tidak kurang dari 20 wadah jika hanya satu rakitan penyaring. Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.
d.         Jika cairan sangat kental dan tidak mudah disaring melalui 1 membran atau 2 membran maka diperlukan lebih dari dua rakitan penyaring. Setengah jumlah membran yang digunakan diinkubasi dalam masing-masing media, asalkan volume dan jumlah wadah per media yang disyaratkan dipenuhi.
e.         Jika produk bersifat bakteriostatik atau fungistatik, maka :
-        Bilas membran 3 kali, tiap kali dengan 100 ml Cairan A.
-        Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang.
-        potong membran menjadi setengah bagian (jika hanya digunakan satu).
-        Celupkan membran atau setengah bagian membran, ke dalam 100 ml Soybean-Casein Digest Medium dan inkubasi pada 20o hingga 25o selama tidak kurang dari 7 hari.
-        Dengan cara yang sama, celupkan membran atau setengah bagian membran lainnya ke dalam 100 ml Media Tioglikolat Cair dan inkubasi pada 30o hingga 35o selama tidak kurang dari 7 hari.
[Catatan : Jika contoh yang diuji bersifat bakteriostatik, gunakan cakram membran penyaring hidrofobik atau setelah spesimen disaring, potong cakram lebih kurang setengah daerah penyaringan dari pusat membran menggunakan alat pemotong steril, secara aseptik pindahkan potongan setengah cakram membran ke dalam Media Tioglikolat Cair dan sisa potongan cakram ke dalam Soybean-Casein Digest Medium]





2.    Cairan yang Tidak Dapat Bercampur dengan Pembawa Air (Kurang dari 100 ml per Wadah)
Menggunakan isi tidak kurang dari 20 wadah (40 wadah jika masing-masing mengandung volume tidak mencukupi untuk kedua media)
-     Pindahkan volume yang diinginkan untuk ke dua media, seperti yang tertera pada Tabel Jumlah untuk bahan cair dan Pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi, langsung ke dalam satu atau dua corong penyaring membran terpisah atau ke dalam tabung penampung steril terpisah sebelum dipindahkan.
-     Diperlukan volume tidak kurang dari 20 wadah untuk satu membran atau setengah bagian membran yang dipindahkan ke dalam tiap media.
-     Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.

Ketentuan :
(1).   Jika bahan uji berupa cairan kental atau suspensi dan tidak sesuai untuk penyaringan cepat : secara aseptik tambahkan cairan pengencer secukupnya ke dalam kumpulan spesimen yang akan disaring untuk menambah kecepatan aliran.
(2).   Jika produk uji bersifat bakteriostatik atau fungistatik atau mengandung pengawet : bilas membran satu sampai tiga kali, tiap kali dengan 100 ml Cairan A.
(3).   Jika bahan uji mengandung lesitin atau minyak:
1.    Gunakan Cairan D sebagai pengganti Cairan A.
2.    Setelah penyaringan dan pencucian, pindahkan membran secara aseptik dari alat pemegang
3.    Potong membran menjadi setengah bagian (jika hanya digunakan satu),
4.    Celupkan membran atau setengah bagian membran, ke dalam 100 ml Soybean-Casein Digest Medium dan inkubasi pada 20o hingga 25o selama tidak kurang dari 7 hari.
5.    Dengan cara yang sama, celupkan membran atau setengah bagian membran lainnya ke dalam 100 ml Media Tioglikolat Cair dan inkubasi pada 30o hingga 35o selama tidak kurang dari 7 hari.

3.    Zat Padat yang Dapat Disaring
-     Ambil lebih kurang 6 g produk dalam bentuk padat kering (atau sejumlah larutan atau suspensi produk, yang dibuat dengan menambahkan pengencer steril ke dalam wadah, sebanding dengan 6 g bahan padat), atau
-     tidak kurang dari 300 mg tiap wadah yang diuji, atau seluruh isi wadah jika isi tiap wadah kurang dari 300 mg bahan padat. Ketentuan :
(1).    Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, jumlah wadah sama seperti yang tertera pada Cairan yang dapat bercampur dengan pembawa air.
·         Secara aseptik masukkan spesimen ke dalam tabung berisi 200 ml Cairan A, dan aduk hingga larut. Jika spesimen tidak larut sempurna, gunakan 400 ml Cairan A, atau secara aseptik bagi spesimen dalam dua bagian dan uji tiap bagian dengan 200 ml Cairan A.
·         Pindahkan larutan ke dalam satu atau dua corong penyaring membrane.
·         Segera saring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.
(2).    Jika contoh uji bersifat bakteriostatik atau fungistatik
·         Bilas membran tiga kali, tiap kali dengan 100 ml Cairan A.
·         Setelah selesai penyaringan dan pembilasan, pindahkan membran secara aseptik dari alat pemegang,
·         potong membran menjadi setengah bagian (jika hanya digunakan satu)
·         Celupkan membran atau setengah bagian membran, ke dalam 100 ml Soybean-Casein Digest Medium dan inubasi pada 20o hingga 25o selama tidak kurang dari 7 hari.
·         Dengan cara yang sama, celupkan membran atau setengah bagian membran lainnya ke dalam 100 ml Media Tioglikolat Cair dan inkubasi pada 30o hingga 35o selama tidak kurang dari 7 hari

4.    Salep dan Minyak yang Larut Dalam Isopropil Miristat
(1).   Larutkan tidak kurang dari 100 mg dari tiap isi wadah, tidak kurang dari 20 wadah (40 wadah jika masing-masing mengandung volume tidak mencukupi untuk kedua media) dalam tidak kurang dari 100 ml isopropil miristat dengan pH ekstrak air tidak kurang dari 6,5 seperti yang tertera pada Spesifikasi pereaksi dalam Pereaksi, Indikator, dan Larutan yang lebih dulu telah disterilkan dengan penyaringan melalui penyaring membran 0,22 um.
(Catatan Hangatkan pelarut steril, dan jika perlu bahan uji tidak lebih dari 44 sesaat sebelu digunakan).
(2).   Goyang labu untuk melarutkan salep atau minyak, hati-hati untuk mendapatkan permukaan bahan yang lebar terhadap pelarut.
(3).   Saring segera salep yang telah dilarutkan.
(4).   Secara aseptis, pindahkan campuran ke dalam 1 corong atau 2 corong penyaring membran.
(5).   Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan. Jaga seluruh penyaring membran ditutupi cairan untuk mendapatkan efisiensi maksimum penyaring.
(6).   Setelah penyaringan spesimen, bilas membran dua kali, tiap kali dengan 200 ml cairan D, kemudian cuci dengan 100 ml Cairan A.
(7).   Lakukan proses inkubasi pada membran uji, kecuali unutk media uji sterilitas yang digunakan mengandung  1 g polisorbat 80 per liter.
(8).   Jika zat yang diuji mengandung petrolatum, gunakan cairan K. Basahi membran dengan lebih kurang 200 ul media pembilas sebelum penyaringan dimulai dan jaga seluruh membran ditutupi cairan untuk mendapatkan effisiensi maksimum penyaring.
(9).   Setelah penyaringan spesimen, bilas membran tiga kali, tiap kali dengan 100 ml media pembilas. Perlakukan membran uji seperti yang tertera diatas.
[catatan. Untuk salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropil miristat, lakukan penetapan seperti yang tertera pada salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropil miristat dalam prosedur uji inokulasi langsung ke dalam media uji]
5.    Zat padat yang Tidak Dapat Disaring
Uji sterilitas untuk bahan ini dengan cara penyaringan membran tidak dianjurkan, kecuali jika dapat ditunjukkkan bahwa tidak terjadi penyumbatan pada filter. Lakukan seperti yang tertera pada zat padat pada Prosedur Uji Inokulasi Langsung ke dalam Media Uji.
6.    Alat Kesehatan
Alat yang mempunyai saluran kecil steril dapat diuji sterilitas dengan teknik penyaringan membran sebgai berikut.
(1).   Secara aseptik, alirkan sejumlah volume tertentu cairan D melalui tiap lumen tidak kurang dari 20 alat hingga diperoleh tidak kurang dari 100 ml dari tiap alat.
(2).   Kumpulan cairan dalam wadah aseptik dan saring seluruh volume melalui penyaring membran, kemudian lakukan proses inkubasi.
Jika ukuran alat besar, dan ukuran lot kecil, lakukan uji sejumlah unit yang sesuai seperti yang tertera pada kasus serupa dalam Alat kesehatan, pada Prosedur Uji Inokulasi Langsung ke dalam Media Uji.
7.    Alat Suntik Kosong
Ringkasan prosedur:
(1).    untuk alat suntik kosong tanpa dipasang jarum steril, keluarkan isi dari tiap alat suntik ke dalam satu atau dua corong membran filter terpisah atau ke dalam bejana terpisah sebelum dipindahkan.
(2).    Jika jarum steril yang terpisah dipasang, secara langsung keluarkan isi suntikan dan proses diarahkan untuk cairan yang dapat dicampur dengan pembawa air. Teknik dilakukan secara aseptis.

8.    Padatan untuk Injeksi Selain antibiotik
Ringkasan prosedur :
-        Pengujian diarahkan seperti pada pengujian sterilitas cairan yang dapat maupun tidak dapat bercampur dengan air yang telah diaplikasikan.
-        Penambahan diluen berlebih untuk membantu kelarutan padatan tersebut dalam pengujian sterilitas.
-        Beberapa padatan untuk injeksi dapat tidak larut dalam pelarut yang sesuai untuk tes sterilitas. Oleh sebab itu, dilakukan uji inokulasi langsung.

9.    Padatan Antibiotik untuk Injeksi
Ringkasan prosedur:
(1).    Untuk kemasan kurang dari 5 g,
a.       Dari tiap 20 wadah, dipindahkan secara aseptik sekitar 300 mg padatan ke dalam botol kerucut steril volume 500 ml,
b.      Larutkan dengan 200 ml cairan A, kemudian campurkan;
atau,
a.       Tiap 20 wadah dipindahkan sebagai larutan atau suspensi yang setara dengan 300 mg padatan, ke dalam botol kerucut steril volume 500 ml
b.      Larutkan dengan 200 ml cairan A, kemudian campurkan.
Proses selanjutnya seperti pada pengujian sterilitas cairan yang dapat maupun tidak dapat bercampur dengan air yang telah diaplikasikan.
(2).    Untuk kemasan 5g atau lebih besar,
a.       dari tiap 6 wadah, dipindahkan secara aseptik sekitar 1 g padatan ke dalam botol kerucut steril volume 500 ml.
b.      larutkan dengan 200 ml cairan A, kemudian campurkan;
  atau
a.  Tiap 6 wadah dipindahkan sebagai larutan atau suspensi yang setara dengan 1 g padatan, ke dalam botol kerucut steril volume 500 ml.
b. Larutkan dengan 200 ml cairan A, kemudian campurkan. Proses seperti pada pengujian sterilitas cairan yang dapat maupun tidak dapat bercampur dengan air yang telah diaplikasikan.
  Perlu diperhatikan bahwa agen antimikroba dari antibiotik hilang atau terinaktivasi saat dilakukan uji sterilitas.
10.           Padatan, Bulk, dan Campuran Antibiotik
Ringkasan Prosedur: Secara aseptik, hilangkan secukupnya sejumlah padatan dari jumlah wadah yang sesuai, aduklah agar diperoleh campuran yang sama sekitar 6 gram padatan, dan pindahkan ke dalam sebuah labu krucut steril 500 ml; larutkan dalam 200 ml cairan A dan aduk. Proses secara langsung untuk larutan yang larut dalam Pembawa air.
Ulasan : Sekali lagi, penting bahwa semua sifat antimikroba pada antibiotik dihilangkan atau diinaktivasi ketika melakukan uji sterilisasi. Keberhasilan Validasi bakteriosatatik/Fungistatik harus ditunjukkan terlebih dahulu pada uji sterilitas.           
11.           Produk aerosol steril
Ringkasan Prosedur: Untuk produk cair dalam bentuk aerosol yang  diatur tekanannya, dinginkan wadah dengan alkohol- campurkan dry ice setidaknya pada suhu -2000C selam satu jam. Jika dapat dilakukan, biarkan propellant lepas atau lolos melalui lubang wadah sebelum secara aseptik ditambahkan bahan ke dalam tempat steril penyimpanan cairan. Tambahkan 100 ml cairan D ke dalam tempat steril penyimpanan cairan dan kemudian aduk kuat. Proses langsung untuk larutan yang larut dalam pembawa air atau larutan yang tidak larut dalam pembawa air.
Ulasan : Korporasi Millipore menawarkan sebuah sistem uji sterilitas yang dapat digunakan untuk produk aerosol. Metode ini menawarkan banyak keuntungan daripada metode diatas, termasuk bahwa sistem uji sterilitas tidak hanya untuk cairan atau produk obat aktif, tetapi juga propellant yang  tidak perlu diloloskan dari wadah aerosol yang menghasilkan kontaminasi tidak sengaja dan juga tidak perlu untuk mendinginkan wadah.
12.           Alat-alat dengan dilabeli steril
Ringkasan Prosedur: Secara aseptik, melewati atau kurang dari 10 jalan volume cairan F yang melewati masing-masing uji alat. Kumpulan cairan pada sebuah tempat penampung cairan yang sesuai dan proses yang secara langsung untuk larutan yang larut dalam pembawa air atau larutan yang tidak larut dalam pembawa air.
Pada kasus  steril, syringe yang kosong, menggambarkan bahwa pelarut steril masuk ke dalam wadah penyimpanan yang melewati jarum steril, jika menempel atau melewati sebuah jarum steril yang menempel untuk tujuan uji serta membuang bahan ke dalam sebuah tempat penampung cairan, kemudian diproses secara langsung seperti tersebut diatas.
Ulasan : Banyak pembuatan alat-alat bergantung pada parameter pelepasan oleh uji sterilitas yang tidak ditunjukkan dalam penggantinya data indikator biologi. Indikator biologi termasuk masing-masing beban sterilisasi alat untuk diproses dan harus menjadi negatif untuk bertemu peralatan steril.



II.4.2 Uji sterilitas dengan Inokulasi Langsung
II.4.2.1 Bakteriostatik dan Fungistatik
Sebelum melakukan uji sterilitas cara inokulasi langsung terhadap suatu bahan, tetapkan tingkat aktivitas bakteriostatik dan fungistatik dengan prosedur berikut:  
1.      Buat pengenceran biakan bakteri dan jamur tidak kurang dari galur mikroba seperti yang tertera pada Uji Fertilitas.
2.      Inokulasi media uji sterilitas dengan 10 mikroba hingga 100 mikroba viabel, gunakan volume media seperti yang tertera dalam Tabel Jumlah untuk bahan cair pada Pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi.
3.      Tambahkan sejumlah tertentu bahan ke dalam setengah dari jumlah wadah yang mengandung inokulum dan media.
4.      Inkubasi wadah pada suhu dan kondisi seperti yang tertera pada tabel selama tidak kurang dari 7 hari.

II.4.2.2 Prosedur Uji Sterilitas dengan Inokulasi Langsung
Prosedur ini dapat dilakukan untuk :
·         Cairan
·         Salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropyl miristat
·         Zat padat
·         Kapas murni, perban, pembalut, benang bedah, dan bahan sejenisnya.
·         Alat kesehatan steril
·      Untuk alat yang mempunyai pipa/saluran berlubang seperti alat transfuse atau infuse atau yang ukurannya menyebabkan pencelupan tdak dapat dilakukan dan hanya saluran cairannya yang harus steril
·      Alat suntik kosong atau terisi
Prinsip pengujian :
·         Siapkan bahan uji, lalu tambahkan media
·         Kemudian lakukan inkubasi selama minimal 14 hari dengan pengamatan pada hari ke 3, 4, atau 5, hari ke7 atau 8, dan pada hari terakhir pengujian.
Catatan:
·         Perlakuan awal berbeda untuk masing-masing produk farmasi dan kesehatan.
·         Bahan uji merupakan larutan yang ada pada produk farmasi dan kesehatan kecuali yang berbentuk cairan digunakan untuk membilas atau mendispersi produk tersebut.
Prosedur Uji sterilitas secara Inokulasi Langsung
  1. Cairan:
·         Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik steril.
·         Secara aseptic inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap wadah uji ke dalam tabung media
·         Campur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan
  1. Salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropyl miristat:
Pilih 20 wadah yang mewakili, dibagi atas 2 kelompok terdiri dari 10 wadah, dan diperlakukan riap kelompok sebagai berikut:
·         Secara aseptik pindahkan 100mg dari tiap wadah dari 10 wadah ke dalam labu berisi 100 mL pembawa air steril yang dapat mendispersi homogen bahan uji dalam seluruh campuran cairan
·         Campur 10 ml alikuot dari campuran cairan yang diperoleh dengan 80 ml tiap media.


3.      Zat padat:
·         Ambil sejumlah tertentu produk dalam bentuk kering (atau yang sudah dibuat larutan atau suspensi dalam cairan pengencer steril) tidak kurang dari 300mg tiap wadah atau seluruh isi wadah jika tiap isi kurang dari 300 mg
·         Inokulasikan kedalam masing-masing tidak kurang dari 40 ml FTM dan SCDM
  1. Kapas murni, perban, pembalut, benang bedah, dan bahan sejenisnya:
1.      Dari setiap kemasan, ambil secara aseptic 2 bagian atau lebih masing-masing 100-500mg dari bagia paling dalam.
2.      Secara aseptic pindahkan bagian bahan uji ini kedalam sejumlah tertentu wadah media yang sesuai dan lakukan inkubasi.
  1. Alat kesehatan steril:
Untuk alat yang bentuk dan ukurannya memungkinkan dicelupkan keseluruhan ke dalam tidak lebih dari 100ml media, uji alat utuh menggunakan media yang sesuai.
  1. Untuk alat yang mempunyai pipa/saluran berlubang seperti alat transfuse atau infuse atau yang ukurannya menyebabkan pencelupan tdak dapat dilakukan dan hanya saluran cairannya yang harus steril:
·         Bilas lumen masing-masing dengan sejumlah FTM dan SCDM  hingga diperoleh kembali tidak kurang dari 15 ml setiap media
·         Inkubasi dengan tidak kurang dari 100 ml masing-masing media.
  1. Untuk alat dengan lumen yang sangat kecil sehingga FTM tidak mengalir, gunakan ATM, tetapi inkubasi dilakukan secara anaerob. Jika karena ukuran dan bentuk alat tidak dapat diuji dengan cara pencelupan keseluruhannya ke dalam tidak lebih dari 1000 ml media :
·         Uji bagian alat yang paling sulit disterilisasi dan jika mungkin lepaskan 2 atau lebih bagian yang paling dalam dari alat.
·         Secara aseptik, pindahkan bagian tersebut ke dalam sejumlah tertentu tabung berisi tidak kurang dari 1000 ml media yang sesuai, inkubasikan.
·         Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin sekurangnya hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke-8 dan pada hari terakhri dari massa uji.

Catatan : jika spesimen uji dalam media mempengaruhi uji karena kerja bakteriostatik atau fungistatik, bilas seksama alat dengan cairan pembilas sesedikit mungkin seperti yang tertera pada cairan pengencer dan pembilas. Peroleh kembali cairan bilasan dan uji menggunakan teknik penyaringan membran
  1. Prosedur untuk alat suntik kosong atau terisi
Uji sterilitas alat suntik terisi dilakukan seperti uji untuk produk steril dalam ampul atau vial. Cara inokulasi langsung dapa dilakukan jika uji fungistatik dan bakteriostatik telah menunjukan aktifitas yang tidak merugikandalam kondisi pengujian. Untuk alat suntik terisi yang dilengkapi dengan jarum seril keluarkan isi melalui lumen . untuk alat suntik dengan jarum terpisah, secara aseptik pasang jarum , dan pindahkan produk ke media yang sesuai. Beri perhatian khusus yang menunjukkan bahwa bagian luar jarum yang di sertakan ( bagian yang akan masuk bagian tubuh) adalah steril. Untuk alat suntik kosong steril, masukkan media atau pengencer steril dalam alat suntik melalui jarum yang di sertakan , atau jika tidak disertakan melalui jarum steril yang di pasangkan untuk tujuan pengujian dan pindahkan isi dengan cepat ke dalam media yang sesuai. 


















Tabel 2. Uji Mikroorganisme yang disyaratkan oleh USP untuk Penggunaan dalam meningkatkan Pertumbuhan dan Uji Bakteriostatik / Fungistatik yang digunakan untuk Uji Sterilisasi
Media
Mikroba Uji
Inkubasi

Suhu (0)
Kondisi

Tioglikolat Cair
(1) Bacillus subtilis (ATCC No.6633)*
30-35
Aerobik

(2) Candida albicans (ATCC No.10231)
30-35

(3) Bacteriodes vulgatus (ATCC No.8482)**
30-35

(4) Staphylococcus aureus (ATCC 6538)
30-35

(5) Pseudomonas aeruginosa (ATCC 9027)*
30-35

(6) Clostridium sporogenes (ATCC 11437)
30-35

Tioglikolat alternatif
(1)  Bacteriodes vulgatus (ATCC No.8482)**
(2)  Clostridium sporogenes (ATCC 11437)**
30-35
Anaerobik


Soybean-Casein Digest
(1) Bacillus subtilis (ATCC No.6633)*
20-25
Aerobik

(2) Candida albicans (ATCC No.10231)
20-25

(3) Aspergillus niger (ATCC 16404)
20-25

           


Semua organisme yang diperlukan untuk menunjukkan pertumbuhan terlihat dalam waktu tidak lebih dari 7 hari dari uji asli.
Catatan: teknik pemeliharaan biakan lot benih mikroba hidup yang digunakan untuk inokulasi harus digunakan tidak lebih dari 5 bagian dari biakan ATCC.
*) Jika tidak diinginkan mikroba pembentuk spora, gunakan Micrococcus luteus (ATCC No.9341) dengan suhu inkubasi seperti yang tertera dalam Tabel 1.
**) Jika diinginkan mikroba pembentuk spora, gunakan Clostridium sporogenes (ATCC No.11437) dengan suhu inkubasi seperti yang tertera dalam Tabel 1.

Tidak ada media alternatif thioglycollate cairan seperti pada USP XXV. Semua bakteri yang diminta untuk menunjukkan kekeruhan terlihat alam kurun waktu 3 hari inkubasi, sedangkan semua jamur diperlukan untuk menunjukkan kekeruhan terlihat dalam waktu 5 hari inkubasi.
1.      Jika pertumbuhan mikroba uji dalam campuran media bahan secara visual sebanding dengan pertumbuhan dalam tabung kontrol, gunakan jumlah bahan dan media seperti yang tertera pada Tabel Jumlah untuk bahan cair dalam Pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi
2.      Jika bahan yang diuji dengan cara seperti di atas adalah bakteriostatik dan atau fungistatik, gunakan sejumlah zat penetral steril yang sesuai, jika tersedia. Kesesuaian zat penetral ditetapkan seperti yang tertera pada uji di bawah ini.
3.      Jika zat penetral tidak tersedia, tetapkan jumlah bahan dan media yang sesuai digunakan seperti yang tertera di bawah.
4.      Ulangi pengujian di atas, gunakan sejumlah tertentu bahan dan volume media yang lebih besar untuk menetapkan perbandingan bahan dan media yang tidak merugikan pertumbuhan mikroba uji.

·         Ketentuan Penambahan atau pengurangan dalam menentukan perbandingan bahan dan media :
1.      Jika sejumlah tertentu bahan dalam 250 ml media masih mempunyai daya bakteriostatik atau fungistatik, kurangi jumlah bahan hingga diperoleh jumlah maksimum yang tidak menghambat pertumbuhan mikroba uji dalam 250 ml media.
2.      Untuk cairan dan suspensi yang jumlahnya kurang dari 1 ml, perbesar jumlah media hingga cukup untuk mengencerkan dan mencegah hambatan pertumbuhan.
3.       Untuk bahan padat yang tidak segera larut atau dapat terdispersi, jika jumlahnya kurang dari 50 mg, perbesar jumlah media hingga cukup untuk mengencerkan dan mencegah hambatan pertumbuhan. Dalam setiap kasus, gunakan perbandingan jumlah bahan dan media yang telah diketahui untuk uji sterilitas.
4.      Jika digunakan penyaringan membran, buat perbandingan yang sama menggunakan sejumlah tertentu bahan uji dan cairan pengencer dan pembilas yang sesuai, bilas membran 3 kali, tiap kali dengan 100 ml cairan pengencer dan pembilas. Inokulasikan sejumlah tertentu mikroba viabel pada cairan pengencer dan pembilas terakhir yang digunakan untuk menyaring bahan uji dan pada cairan pengencer dan pembilas saja. Pertumbuhan mikroba uji dari membran yang digunakan untuk menyaring bahan diikuti cairan pengencer dan pembilas yang telah diinokulasi secara visual sebanding dengan pertumbuhan dari membran yang hanya digunakan untuk menyaring cairan pengencer dan pembilas yang telah diinokulasi.
Karena sifat bahan yang akan diuji bervariasi dan faktor lain yang mempengaruhi pada waktu melakukan uji sterilitas maka

II.5 Penafsiran Uji Sterilitas
Jika tidak ada bukti nyata pertumbuhan mikroba dalam suatu media kultur uji tabung, setelah memperlakukan  sampel dan  media dengan prosedur yang benar dan kondisi uji sterilitas yang sesuai ketentuan dari USP dan EP, bisa diartikan bahwa terdapat sampel yang banyak mewakili kontaminasi intrinsik. Interpretasi  harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pelatihan formal dalam  mikrobiologi dan memiliki pengetahuan dasar yang terlibat dalam pengujian kontrol kualitas :
1.      metode sterilisasi Industri dan keterbatasan mereka
2.      Pemrosesan aseptik
3.      Konsep statistik yang melibatkan banyak sampling untuk perwakilan artikel
4.      Prosedur pengendalian Lingkungan yang digunakan dalam fasilitas uji
Jika pertumbuhan mikroba ditemukan atau jika uji sterilitas dinilai tidak valid karena kondisi lingkungan yang tidak memadai, uji sterilitas dapat diulang.
Berdasarkan FI 4, penafsiran uji sterilitas terdiri dari dua tahap:
1.    Tahap pertama
a.       Pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, amati isi semua wadah akan adanya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan /atau pertumbuhan pada permukaan. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi syarat.
b.      Jika ditemukan pertumbuhan mikroba, tetapi peninjauan dalam pemantauan fasilitas pengujian steriitas, bahan yang digunakan, prosedur pengujian dan kontrol negatif menunjukkan tidak memadai atau teknik aseptik yang salah digunakan dalam pengujian, tahap pertama dinyatakan tidak absah dan dapat diulang.
c.       Jika pertumbuhan mikroba teramati tetapi tidak terbukti, uji tahap pertama tidak absah, lakukan tahap kedua.

2.    Tahap Kedua
Jumlah spesimen uji yang diseleksi minimum dua kali jumlah dari jumlah tahap pertama. Volume minimum tiap spesimen yang diuji dan media dan periode inkubasi sama seperti yang tertera apada tahap pertama.
a.       Jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji memenuhi syarat.
b.      Jika ditemukan pertumbuhan, hasil yang diperoleh membuktikan bahwa bahan uji tidak memenuhi syarat.
c.       Jika dapat dibuktikan bahwa uji pada tahap kedua tidak absah karena kesalahan atau teknik aseptik tidak memadai, maka tahap kedua dapat diulang.
[Catatan. Jika uji sterilitas digunakan sebagai bagian penilaian terhadap produksi lot atau bets atau serentak sebagai satu kriteria pengawasan mutu untuk melepas lot atau bets, seperti yang tertera pada Sterilitas dan Jaminan sterilitas Bahan Kompendia
·         Ringkasan Uji Sterilitas














BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Terdapat beberapa macam evaluasi untuk sediaan steril seperti uji kejernihan larutan, penetapan pH, uji pirogenitas, dan uji sterilitas. Suatu bahan dinyatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif.
Sebelum melakukan uji sterilitas, hal-hal yang harus diperhatikan adalah cara membuka wadah, pemilihan spesimen uji serta masa inkubasi. Media yang dapat digunakan untuk pertumbuhan bakteri ialah Media Tioglikolat Cair, Media Tioglikolat Alternatif (untuk alat yang mempunyai lumen kecil), dan Soybean – Casein Digest Medium.
Setelah menetapkan pemilihan media, uji fertilitas sebaiknya dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa media yang digunakan dapat menumbuhkan mikroba uji sampai waktu tertentu. Pada saat melakukan uji sterilitas, pertumbuhan mikroba yang spesifik harus diamati. Uji fertilitas dilakukan di di daerah yang benar – benar terpisah dari tempat uji sterilitas.
Terdapat dua cara melakukan uji sterilitas, yakni dengan penyaringan dan inokulasi langsung. Pada uji sterilitas, cairan yang akan digunakan sebagai pelarut, pengencer ataupun pembilas, tidak boleh bersifat antibakteri ataupun antijamur.
Teknik penyaringan membran digunakan untuk bahan cair yang dapat diuji dengan cara inokulasi langsung ke dalam media uji. Jika bahan uji berupa minyak, membran dapat disterilkan terpisah, dan setelah melalui pengeringan, unit dirakit secara aseptik.
Sebelum melakukan uji sterilitas cara inokulasi langsung terhadap suatu bahan, tetapkan tingkat aktivitas bakteriostatik dan fungistatik dengan membuat pengenceran biakan bakteri dan jamur tidak kurang dari galur mikroba seperti yang tertera pada Uji Fertilitas. Kemudian melakukan inkubasi wadah  pada suhu dan kondisi seperti yang tertera pada tabel selama tidak kurang dari 7 hari. Prosedur uji sterilitas dengan inokulasi langsung dapat dilakukan untuk cairan, salep dan minyak yang tidak larut dalam isopropyl miristat, zat padat, kapas murni, perban, pembalut, benang bedah, dan bahan sejenisnya, alat kesehatan steril, dan alat yang mempunyai pipa atau saluran berlubang seperti alat transfus atau infus atau yang ukurannya menyebabkan pencelupan tdak dapat dilakukan dan hanya saluran cairannya yang harus steril.
Setelah melakukan uji sterilitas, dilakukan penafsiran untuk melihat adanya pertumbuhan mikroba atau tidak. Jika tidak ada bukti nyata pertumbuhan mikroba dalam suatu media kultur uji tabung, setelah memperlakukan  sampel dan  media dengan prosedur yang benar dan kondisi uji sterilitas yang sesuai ketentuan dari USP dan EP, bisa diartikan bahwa terdapat sampel yang banyak mewakili kontaminasi intrinsik. Interpretasi  harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pelatihan formal dalam  mikrobiologi dan memiliki pengetahuan dasar yang terlibat dalam pengujian kontrol kualitas. Jika pertumbuhan mikroba ditemukan atau jika uji sterilitas dinilai tidak valid karena kondisi lingkungan yang tidak memadai, uji sterilitas dapat diulang.




1 komentar:

  1. makasih buat materinya,... sy mw brtax, knpa utk uji penyaringan salah satux itu salep ato minyak yg larut dalam isoprpil myristat?? knapa harus isopropil myristat?? apa bisa dganti dgn yg lain??? lalu, knpa utk uji streilitas bahan antibiotik, sblumx harus diinaktifkan dulu?? makasih,...

    BalasHapus