BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Wadah
untuk sediaan steril sebisa mungkin dibuat dari bahan yang cukup transparan
untuk memudahkan pemeriksaan visual. Sediaan steril biasanya dimasukkan ke dalam wadah gelas atau dalam wadah
lain, misalnya wadah plastik.
Gelas merupakan bahan yang lebih
sering digunakan sebagai wadah untuk sediaan farmasi karena sifatnya yang
inert. Bahan gelas juga memberikan perlindungan lebih terhadap uap dan gas dan
tahan terhadap suhu tinggi.
Akan tetapi, bahan gelas memiliki beberapa kelemahan, antara lain berat dan
mudah pecah. Oleh karena beberapa kelemahan tersebut, bahan plastik telah
banyak digunakan sebagai wadah untuk sediaan farmasi. Saat ini, bahan plastik
juga telah digunakan untuk berbagai wadah sediaan farmasi seperti botol, vial,
dan ampul yang beberapa tahun lalu hanya menggunakan bahan gelas. Walaupun wadah plastik dapat mengatasi kelemahan
dari wadah gelas, bahan plastik tetap memiliki berbagai kelemahan lain yang
harus dimengerti dan diperhatikan.
I.2 Tujuan
Makalah
ini dibuat untuk memberikan informasi tentang wadah plastik yang dapat
digunakan untuk sediaan parenteral.
I.3 Metode Penulisan
Makalah
ini disusun dengan cara melakukan studi literatur dari beberapa buku dan situs internet yang
berhubungan dengan isi makalah ini.
I.4 Sistematika Penulisan Makalah
BAB
I: PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Tujuan Penulisan
I.3 Metode
Penulisan
I.4. Sistematika
Penulisan
BAB II: ISI
II.1 Bahan tambahan dalam wadah plastik
II.2 Plastik yang digunakan untuk wadah sediaan parenteral volume besar (LVP)
II.3 Evaluasi dan Uji Plastik untuk LVP
II.4 Quality Control
BAB III : KESIMPULAN
BAB II
ISI
Bahan
plastik telah banyak digunakan sebagai wadah untuk berbagai produk. Saat ini,
plastik juga telah dikembangkan untuk pengemasan produk-produk parenteral
termasuk cairan infus dan injeksi volume kecil. Plastik yang digunakan sebagai
wadah untuk berbagai produk, baik sediaan
farmasi maupun produk lainnya, harus memiliki kriteria berikut:
1.
Komponen produk yang bersentuhan langsung dengan bahan plastik
tidak diadsorpsi secara signifikan pada permukaan plastik tersebut dan tidak
bermigrasi ke atau melalui plastik
2.
Bahan plastik tidak melepaskan senyawa-senyawa dalam
jumlah yang dapat mempengaruhi stabilitas produk atau dapat menimbulkan risiko
toksisitas
Terdapat
dua jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan sediaan parenteral, yaitu :
1.
Termoset, yaitu jenis plastik yang stabil pada
pemanasan dan tidak dapat dilelehkan sehingga tidak dapat dibentuk ulang. Plastik
termoset digunakan untuk membuat penutup
wadah gelas atau logam.
2.
Termoplastik, yaitu jenis plastik yang menjadi lunak
jika dipanaskan dan akan mengeras jika didinginkan. Dengan kata lain,
termoplastik adalah jenis plastik yang dapat dibentuk ulang dengan proses
pemanasan. Polimer termoplastik digunakan dalam pembuatan berbagai jenis wadah sediaan farmasi.
Tabel 1: Contoh plastik
yang digunakan untuk wadah sediaan parenteral
Sterile plastic device
|
Plastic material
|
Container for
blood products
|
Polyvinyl
chloride
|
Disposable
syringe
|
Polycarbonate,
polyethylene, polypropylene
|
Irrigating
solution container
|
Polyethylene,
polyolefins, polypropylene
|
IV infusion
fluid container
|
Polyvinyl
chloride, polyester, polyolefins
|
Administration
set
|
Acrylonitrile
butadiene styrene
Nylone (spike)
Polyvinyl
chloride (tube)
Polymethylmetachrylate
(needle adapter)
Polypropylene
(clamp)
|
Catheter
|
Teflon,
polypropylene
|
Beberapa
keuntungan penggunaan plastik
untuk kemasan adalah sebagai berikut :
1.
Fleksibel dan tidak mudah rusak/pecah
2.
Lebih ringan
3.
Dapat disegel dengan pemanasan
4.
Mudah dicetak
menjadi berbagai bentuk
5.
Murah
Di samping
keuntungan-keuntungan di atas, penggunaan plastik untuk kemasan juga memiliki
berbagai kerugian, antara
lain sebagai berikut :
1.
Kurang inert dibandingkan gelas tipe I
2.
Beberapa plastik mengalami keretakan dan distorsi jika kontak
dengan beberapa senyawa kimia
3.
Beberapa plastik sangat sensitif terhadap panas
4.
Kurang impermeabel terhadap gas dan uap seperti
gelas
5.
Dapat memiliki muatan listrik yang akan menarik
partikel
6.
Zat tambahan pada plastik mudah dilepaskan ke produk yang dikemas
7.
Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari
produk yang dikemas dapat tertarik
Wadah
plastik untuk sediaan farmasi
dibuat dari satu atau lebih polimer
dengan berbagai bahan tambahan. Dengan penambahan bahan tambahan, karakteristik
penampilan dari polimer dapat diperbaiki. Bahan tambahan tersebut dapat berupa
cairan, padatan atau serbuk halus. Bahan tambahan yang digunakan tergantung
dari jenis polimer dan metode produksi yang digunakan. Bahan tambahan yang umumnya
digunakan dalam wadah plastik adalah antioksidan, stabilizer, lubricant, plastikizer,
pengisi, dan pewarna.
II.1 Bahan tambahan
a.
Antioksidan
Polimer sering kali terurai dengan
adanya panas, cahaya, ozon dan tekanan mekanik yang menimbulkan udara yang
terperangkap selama proses pembuatan dan penggunaan akhir. Reaksi oksidasi
dapat menghasilkan bentuk radikal bebas yang dikontribusikan secara bergiliran
untuk degradasi polimer yang menyebabkan plastik kehilangan fisik penting dan
sifat mekanik. Dengan adanya antioksidan di dalam formulasi plastik akan
mengurangi tingkat degradasi secara significant dan memperpanjang umur
penggunaan wadah plastik tersebut.
Ada dua tipe antioksidan, yaitu:
·
Antioksidan
primer: merupakan ujung rantai radikal bebas. Pada dasarnya antioksidan primer
merupakan donor hydrogen yang dapat mengakhiri reaksi penggabungan radikal
bebas. Contoh: arilamin sekunder.
·
Antioksidan sekunder: dapat merusak peroksida
dan hal ini menyebabkan eliminasi pembentukan radikal bebas. Contoh: fosfat dan
tioester.
Sering kali lebih dari satu antioksidan digunakan dalam suatu polimer
untuk mendapatkan efek yang sinergis dari kombinasi beberapa antioksidan.
b. Stabilizer
Berguna untuk mencegah degragasi polimer oleh panas dan
cahaya. Selain itu juga dapa berguna untuk memperpanjang umur polimer. Contoh:
garam asam lemak, oksida anorganik, organometalik.
c.
Lubricant
Lubricant digunakan
untuk memodifikasi karakteristik permukaan dari polimer yang dicetak dan
membantu proses pencetakan. Penambahan lubricant
pada polimer secara umum mengurangi viskositas dari polimer tersebut, yakni
menyenyebabkan polimer lebih mudah mengalir selam rposes pencetakan. Lubricant juga memodifikasi permukaan
polimer yang dibuat agar polimer tersebut tidak melekat pada mesin pencetak. Lubricant yang paling banyak dipakai
adalalah asam lemak, logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty alcohol,
fatty esters, fatty amides.
d. Plasticizer
Plasticizer
digunkan untuk memperbaiki daya kerja dari polimer, fleksibilitas,
ekstensibilitas, daya banting, dan kelenturan. Disamping itu penamabahan plasticizer dapat
mengurangi daya rentang polimer. Plasticizer
yang sering dipakai adalah dialkil phtalat, polimer dengan BM kecil.
e.
Filler
(Bahan Pengisi)
Penambahan bahan pengisi pada polimer memperbaiki
fleksibilitas, ketahanan terhadap bantingan, stabilitas terhadap panas, dan
mengurangi biaya pembuatan. Penambahan bahan pengisi biasanya tidak mengurangi
transparansi dari wadah plastik.
f.
Colorant
(Bahan Pewarna)
Bahan
pewarna ditambahkan untuk memberikan warna pada plastik.
II.2 Plastik yang digunakan untuk wadah sediaan
parenteral volume besar (LVP)
A.
Polyolefins
1.
Polypropylene
Polypropylene adalah polyolefin yang paling banyak
digunakan. Polyethylene berbentuk linear. Struktur kimianya disusun secara
komplit oleh carbon dan hidrogen.
-(- CH2
– CH(CH3) – CH2 – CH(CH3) -)-n
Pengulangan dari struktur ini memberikan
struktur kristal yang tinggi. Dalam susunan kristal, gugus-CH3
menambah kekakuan dari polimer. Polypropylene memiliki daya rentang yang tinggi
yang mampu menahan tekanan. Daya rentang yang tinggi, dalam hubungannya dengan
titik leleh yang tinggi pula yaitu 165°C, sangat penting untuk manufaktur LVP karena
wadah yang dibuat dari polypropylene memiliki kemapuan untuk menahan temperatur
tinngi pada proses sterilisasi tanpa terurai.
Polypropylene
sangat resisten terhadap hampir semua pelarut organik pada temperatur kamar,
asam dan basa kuat. Polypropylene merupakan barier yang baik terhadap gas dan
uap air. Selain itu juga wadah yang
terbuat dari polypropylene memberikan kejernihan yang memuaskan. Kelemahan
yang dimiliki polypropylene adalah rapuh pada temperatur kamar.
2.
Polyethylene
Low density atau polyethylene yang bercabang adalah
polimer etilen bercabang yang dikomersialkan pertama kali. Polyethylene tipe
ini disebut juga LDPE (Low Density Polyethylene). Pada penggunaannya LDPE ini
digantikan oleh linear low density polyethylene (LLDPE) yang sedikit lebih
mahal dan memiliki properti yang lebih diinginkan.
3.
Copolymer
Kopolimer dari ethylene dan propylene telah banyak
digunakan sebagai wadah sediaan LVP. Dalam kenyataannya, polypropylene dan
kopolimer dari etilen-propilen merupakan polyolefins yang paling banyak
digunakan sebagai wadah LVP.
Dengan pepaduan sedikit fraksi etilen sebagai kompleks
polimer dengan propilen, sejumlah sifat yang diinginkan dapat diperoleh.
Penggabungan etilen mengurangi kekakuan atau kekerasan dari propilen,
memperbaiki pengolahan, dan sedikit mengurangi titik leleh dari propilen. Titik
lelehnya berkisar antara 145 dan 150°C. Hal ini membuat kopolimer ethyl propylene (EP) cocok untuk digunakan pada sterilisasi uap.
B. Poly (vinyl Chloride)
Poly(vinyl chloride) atau PVC memiliki monomer vinyl
dari monokloroetan. PVC dihasilkan dari polimerisasi gas vinyl klorida (CH2=CHCl)
dengan inisiator seperti peroksida organik atau persufat anorganik. Inisiator
bekerja untuk menghasilkan radikal bebas dan menggabungkan reaksi polimerisasi.
Hal ini dapat digambarkan sebagai:
R1OOR2 à R1O*
+ R2O*
Dimana R1OOR2
adalah peroksida organik. Setelah radikal bebas peroksida dibentuk,
reaksi dengan monomer vinyl terjadi dan kemudian digabungkan.
Semua produk yang
terbuat dari PVC, 45% brsifat fleksibel. Sifat-sifat dari PVC antara lain
adalah sebagai berikut:
·
Rusak
pada pemanasan yang berlebihan mulai 280°C
·
Barier
yang sangat baik terhadap minyak menguap, alkohol dan pelarut petrolatum.
·
Menahan odors dan flavors.
·
Barier yang baik terhadap oksigen, tidak
dipengaruhi oleh asam, basa kecuali beberapa asam oksidator.
·
Memiliki kerapatan yang lebih tinggi (1,16–1,35
g/cm3) dibandingkan dengan
polimer lain seperti polyethylene (0,92–0,96 g/cm3) dan polypropylene (0,90 g/cm3).
Tabel 2. Formulasi
komponen PVC
Component
|
Level
(phr)a
|
PVC resin
|
100
|
Plastikizer
|
30
– 40
|
Stabilizer
|
0,25
- 7
|
|
|
aphr = parts per hundred parts of resin by weight
Gambar 1. Contoh PVC
C. Polystyrene
·
Rigid, plastik kristal yang jernih, tidak
bermanfaat untuk produk cair.
·
Transmisi uap air tinggi dan permeabilitas terhadap oksigen tinggi.
·
Wadah mudah tergores dan mudah retak bila jatuh.
·
Titik lelh rendah (190°F) tidak dapat untuk bahan
panas.
·
Tahan terhaadp asam (kecuali asam oksidator
kuat) dan basa, dipengaruhi oleh bahan senyawa kimia dan menyebabkan mudah
retak.
a b
c
Gambar 2. Contoh Polystyrene: a. Serological Disposable,
b. Centrifuge Tubes, c. Specimen Container
D. Nylon
·
Dibuat dari asam dibasa dan diamin (Nylon 6/10 :
6 atom karbon dalam diamin dan 10 dalam asam).
·
Nylon dan poliamin tertentu dapat dibuat menjadi
wadah dinding tipis.
·
Dapat di sterilisasi dengan autoclave, sangat
kuat dan cukup sulit dirusak secara mekanik.
·
Tahan
terhadap berbagai bahan organik dan anorganik.
·
Impermiabilitasnya tinggi terhadap oksigen.
·
Bukan
barier yang baik terhadap uap air.
Gambar 3. Contoh GE Nylon
(RS) Sterile Syringe Filters
E. Polycarbonate
·
Rigid
seperti gelas dan dapat disterilkan berulang.
·
Cukup
tahan terhadap bahan kimia.
·
Barier
yang cukup terhadap kelembaban.
·
Tahan
terhadap asam encer, zat oksidator dan reduktor, garam, minyak, minyak pelumas,
dan hidrokarbon alifatik.
·
Dipengaruhi
oleh alkali, amin, keton, ester, hidrokarbon aromatik, dan beberapa alkohol.
·
Mahal
Gambar 4. Contoh Polycarbonate
F. Acrylic multi polymer (Nitrile Polymers)
·
Mewakili monomer acrylo nitrile atau methaacrylo
nitrile.
·
Barier yang baik terhadap gas, tahan terhadap
bahan kimia.
·
Kekuatan
sangat bagus dan aman dimusnahkan dengan incinerator
·
Standar
keamanan FDA: residu monomer acrylo nitrile kurang dari 11 ppm dengan migrasi
yang diizinkan kuang dari pada 0,3 ppm untuk semua produk makanan.
Gambar 5. Contoh Nitrile Polymers
G.
Polyethylene
Terephtalate (PET)
·
Polimer kondensai dibentuk oleh reaksi asam
terephtalat atau dimetil terephtalat dengan ethylene glycol dengan adanya
katalis.
·
Barier yang baik terhadap gas dan aroma.
·
Kekuatan sangat baik.
Gambar 6. Contoh Polyethylene
Terephtalate (PET)
II.3 Evaluasi dan Uji Plastik untuk LVP
FDA telah memberikan batasan petunjuk
masalah evaluasi dan uji bahan polimer. Dengan penggunaan plastik sebagai bahan
untuk wadah LVP, berikut ini dapat dipertimbangkan kerangka dasar untuk
melakukan pengujian:
1. Pemeriksaan, menurut prosedur USP XXI-NF
XVI untuk uji biologi dan fisikokimia, jumlah dan tipe senyawa yang potensial untuk leaching atau terlepas dari wadah plastik.
2. Pemeriksaan integritas atau stabilitas
dengan uji terhadap efek kondisi penyimpanan, misal: waktu, suhu, cahaya, kelembaban
dan efek siklus sterilisasi terhadap sifat fisik, kimia dan biologi dari wadah.
3. Melakukan uji lainnya dan menghasilkan
data perkiraan untuk menjamin keamanan dari wadah.
Berbeda dengan bahan plastik, penggunaan
gelas sebagai wadah LVP telah diterima sejak dulu kala karena kebijakan lebih
dahulu dan penggunaan dalam waktu yang lama. Hal ini bukan berarti bahwa gelas
dapat digunakan pada aplikasi LVP tanpa deretan uji yang umum. Walaupun
keuntungan bahan gelas melebihi bahan plastik, penggunaan bahan plastik
didukung oleh spesifikasi USP XXI-NF XVI. Secara umum berbagai wadah atau
komponen yang kontak langsung dengan cairan LVP harus diveluasi dengan
perhatian yang khusus.
II.4 Quality Control
Karena
LVP dapat dinjeksikan secara langsung
ke seluruh tubuh melalui rute IV, quality control dari wadah LVP menjadi sangat penting. Beberapa prosedur
pengujian harus dilakukan untuk menjamin keamanan dari bahan plastik yang
digunakan. Quality contol wadah akan dilakukan untuk memenuhi spesifikasi uji
biologi, kimia dan fisika.
1.
Uji Sterilitas dan Uji Pirogenitas
Untuk wadah plastik, sejumlah sterilizing agent telah
ditambahkan untuk menjaga
sterilitas tapi sterilisasi yang umunya digunakan adalah sterilisasi dengan menggunakan autoklaf dan pengaliran wadah kosong dengan
gas etilen oksida steril. Namun, autoklaf
(sterilisasi uap) hanya dapat digunakan pada sedikit polimer yang tahan terhadap pemanasan tanpa terjadi
penguraian.
Setelah sterilisasi dilakukan, maka perlu dilakukan uji
pirogenitas dan uji sterilitas sebagai bagian penting pada quality control. Uji
pirogenitas dilakukan untuk membatasi resiko dari reaksi alergi dari produk
yang diinjeksikan yang terjadi dalam tubuh pasien. Pada uji ini dilakukan
pengukuran kenaikan suhu kelinci di atas suhu normal pada pemberian injeksi IV
sebuah dosis berkekuatan tidak lebih dari 10 ml/kg setelah 10 menit. Uji
pirogenitas dimasukkan sebagai kriteria bebas untuk sebuah produk, tapi tidak
seperti sterilitas, uji pirogenitas jarang digunakan sebagai kriteria uji
setelah produk diterima.
Uji sterilitas untuk memeriksa adanya bakteri yang
hidup, jamur dan/atau kapang dalam system LVP (cairan steril dan wadah). Untuk
beberapa cairan LVP dalam
plastik, sterilitas dimasukkan sebagai stabilitas utama untuk melihat ketahanan
wadah dalam interval waktu tertentu. Uji ini akan menemukan daerah wadah yang
rentan, tempat-tempat yang bermasalah, seperti kehilangan tutup karet pada
obat, tempat rongga udara atau penyegelan tutup karet yang tidak tepat.
2.
Uji Fisika
Uji fisika dilakukan pada wadah plastik LVP untuk
memeriksa spesifikasi ukuran, ketahanan penutupan, dan design wadah yang
sesuai.
a.
Uji resin (Resin testing)
Berdasarkan penerimaan karet mentah, manufaktur
farmasi mencatat banyaknya jumlah dari karet mentah dan percaya tingkat
spesifikasi penerimaan ditetapkan oleh manufakture resin. Uji fisik yang
dilakukan meliputi ukuran titik leleh dan ukuran endapan spesifik.
b. Uji
wadah (Package testing)
Uji fisika
pada wadah yang berisi komplit merupakan cara yang paling banyak dilakukan.
Pengujian biasanya meliputi uji visual, seperti kejernihan, lapisan tambahan,
uji tetesan, dan uji kebocoran. Uji integritas fisik meliputi uji
kebocoran wadah, kebocoran tutup dan integritas, uji dimensional (ukuran), dan
kerusakan label.
c. Pemeriksaan visual pada kejernihan dan
lapisan tambahan
Standard
untuk kejernihan wadah telah ditetapkan oleh manufaktur farmasi. Kejernihan ini
mengungkinkan untuk pemeriksaan.
d. Keretakan wadah atau Paneling
Wadah
dapat menjadi rapuh karena sterilisasi atau proses
manufaktur yang tidak sesuai. Pemeriksaan visual dilakukan pada waktu yang sama dengan pemeriksaan kejernihan produk. Paneling adalah peristiwa dimana
wadah rata atau memipih pada salah satu sisi dari botol.
e.
Kebocoran wadah (Body leakage)
Uji integritas setelah produk diisikan ke dalam LVP,
dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan instrumentasi elektronik,
dilakukan untuk mengukur ketahanan yang berkurang ketika melewati jembatan
voltase. Cara ini medeteksi media cairan yang meninggalkan wadah. LVP ditolak
bila terjadi kebocoran pada wadah.
f.
Kebocoran tutup dan Integritas (Closure
leakage and integrity)
Sisi dari wadah biasanya disegel dengan menggunakan
tutup karet untuk menutup rongga udara. Tutup ini harus menjamin integritas
dari wadah. Berdasarkan validasi siklus sterilisasi untuk LVP khusus, bagian
ini harus diperhatikan karena bila terjadi kebocoran, maka akan berpengaruh
pada sterilitas.
g.
Pemeriksaan ukuran (Demensional testing)
Ukuran dan berat dari wadah harus diperiksa sebelum
wadah diterima. Volume juga harus diperiksa seperti pada integritas wadah.
h.
Pelabelan (labeling)
Label harus dilihat untuk memeriksa kelengkapan dari
label pada wadah, termasuk expiration date, penjelasan mengenai komposisi. Jika
label stampel panas dicetak pada wadah atau botol maka harus dilakukan uji
kebocoran dan integritas untuk menegaskan bahwa tidak ada kerusakn pada wadah
setelah pencetakan.
3.
Uji Kimia
Uji kimia dari wadah LVP dan bahan polimer mentah itu
sendiri dilakukan tergantung pada polimer yang digunakan dan sifat yang
dinginkan pada wadah. Umumnya, pemeriksan kimia dari polimer yang digunakan
pada wadah LVP dilakukan oleh supplier/pemasok polimer. Pemeriksaan tersebut meliputi analisis berat
molekul, sisa pijar, presentase logam berat dan pemeriksaan bahan tambahan
seperti sterarat atau antioksidan. Pemeriksaan QC meliputi:
a.
IR spectra.
Identifikasi polimer dengan menggunakan spektroskopi
IR sudah biasa dilakukan. Sampel disiapkan pada pellet KBr atau tekanan kuat
hingga menjadi lapisan yang tipis. Gugus seperti –OH, C=O, dan –CH dapat
identifikasi berdasarkan pita serapan yang khas.
b.
Uji logam berat
Kalsium (Ca) dan seng (Zn) merupakan logam yang
sering diuji, biasanya dilakukan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption
Spectrum). Logam berat ini ditambahkan
pada formula polimer LVP sebagai stabilizer (logam oksida), mold releasing
agent (zinc stearat), pewarna, seperti kalsium karbonat.
c.
Pengisi tambahan
Pengisi ini merupakan bahan khusus yang harganya
murah dan berguna untuk memperpanjang polimer dan mengurangi harga plastik.
Pengisi memiliki efek menguatkan dam mengurangi penyusutan pada cetakan serta
meningkatkan koefisien panas. Pengisi yang sering digunakan adalah kalsium
karbonat dan talc. AAS dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kalsium dari
kalsium karbonat dan analisis thermogravimetric dapat digunakan untuk
mengevaluasi jumlah talc yang diisikan pada polimer.
d.
Plasticizer
Plasticizer seperti senyawa phtalat (DEHP,
di-2-ethyl-hexylphtalate sering digunakan pada wadah PVC) harus diperiksa untuk
melihat apakah terjadi leaching dari wadah parenteral ke larutan dengan
akumulasi lebih lanjut di jaring tubuh dan organ pasien.
e.
Antioksidan
Produk polyolefin mengandung antioksidan tertentu,
seperti BHT (butylated
hydroxytoluene) dan DLPTDP (dilauril thiopropionate). Untuk mengekstraksi
antioksidan ini dapat digunkan kloroform sebagai pelarut. Saat ini, ketika
bahan plastik digunakn untuk wadah LVP, QC testing akan menghitung secara
kuantitatif antioksidan yang lepas atau migrasi dari wadah ke cairan LVP untuk
memeriksa bahwa senyawa yang lepas masih di bawah tingkat toksik.
4. Uji Biologi Plastik dan Polimer Lain
Uji ini terdiri dari dua tahap pengujian. Tahap
pertama lakukan uji biologis secara
in-vitro sesuai prosedur seperti yang ertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi in-vitro. Bahan yang memerlukan uji in vitro tidak memerlukan uji
lanjutan. Tidak ada kelas plastik dinyatakan termasuk golongan ini. Bahan yang
tidak memenuhi persyaratan uji in-vitro harus diuji tahap kedua yang dilakukan
denga uji in-vivo seperti Uji injeksi sistemik, Uji intra-kutan, dan Uji
implantasi sesuai dengan prosedur yang tertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi in-vivo.
a.
Uji Reaktivitas secara Biologi in-vitro
Uji berikut
dirancang untuk menentukan reaktivitas biologik biakan sel mamalia setelah
kontak dengan plastik elastomer dan bahan polimer lain yang kontak dengan penderita secara langsung,
atau dengan ekstrak khusus yang dibuat dari bahan uji.
Hal yang penting adalah menyediakan luas permukaan spesifik untuk ekstraksi.
Jika luas permukaan specimen tidak dapat ditentukan, gunakan 0,1 g elastomer
atau 0,2 g plastik atau bahan lain untuk setiap mL cairan ekstraksi. Juga
penting untuk berhati-hati dalam penyediaan bahan-bahan tersebut untuk
menghindari kontaminasi mikroba dan zat asing lain.
Prosedur
Penyiapan sampel untuk ekstrak. Lakukan prosedur seperti yang tertera pada
Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo.
Penyiapan ekstrak. Lakukan penyiapan ekstrak seperti yang tertera pada Uji Reaktivitas
secara Biologi in-vivo, menggunakan larutan ijeksi Natrium Klorid (natrium klorida
0,9%) atau media biakan sel mamalia bebas serum sebagai pelarut ekstraksi.
(Catatan bila ekstraksi dilakukan pada suhu 37°C selama 24 jam, dalam inkubator, gunakan mdia
biakan yang ditambah serum. Kondisi ekstraksi tidak boleh menyebabkan perubahan
fisik seperti fusi atau pelelehan potongan kecuali sedikit pelengketan.
b. Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo.
Uji berikut
dirancang untuk menentukan respon biologik hewan terhadap plastik elastomer dan
bahan polimer lain yang kontak dengan penderita secara langsung atau tidak langsung, atau dengan penyuntikan ekstrak khusus yang
dibuat dari bahan uji. Hal yang penting yaitu menyediakan daerah permukaan spesifik untuk ekstraksi. Jila daerah permukaan
specimen tidak dapat ditentukan, gunakan 100 mg elastomer atau 200 mg plastik
atau bahan lain untuk tiap mL cairan ekstraksi. Juga untuk berhati-hati dalam penyediaan bahan-bahan yang akan disuntikkan atau
diteteskan guna menghindari kontaminasi mikroba dan zat asing lain.
Klasifikasi Plastik. Plastik
diklasifikasikan menjadi enam kelas seperti yang terlihat pada Tabel 3.
klasifikasi berdasarkan respon terhadap serangkaian uji in vivo yang ditetapkan untuk berbagai ekstrak, bahan dan cara
pemberian. Uji ini berhubungan langsung dengan penggunaan akhir wadah plastik.
Cairan ekstrak yang dipilih mewakili pembawa dalam sediaan yang akan
kontak denga plastik tersebut. Klasifikasi pada Tabel 3 memberikan
informasi untuk pemasok, pemakai dan pabrik plastik berupa ringkasan uji yang
ditentukan oleh FI untuk wadah injeksi dan alat kesehatan.
Tabel 3. Klasifikasi plastik
Kelas Plastik
|
Uji yang akan dilakukan
|
||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
Bahan Uji
|
Hewan
|
Dosis
|
Prosedur
|
X
X
|
X
X
|
X
X
|
X
X
|
X
X
|
X
X
|
Ekstrak sampel
dalam Injeksi Natrium Klorida
|
Mencit
Kelinci
|
50 mL/kg
0,2 mL/ekor
pada tiap 10 tempat penyuntikan
|
A (iv)
B
|
|
X
X
|
X
X
|
X
X
|
X
X
|
X
X
|
Ekstrak sampel
dalam Larutan Alkohol dalam Larutan Injeksi Natrium Klorida 1 dalam 20
|
Mencit
Kelinci
|
50 mL/kg
0,2 mL/ekor
pada tiap 10 tempat penyuntikan
|
A (iv)
B
|
|
|
X
|
|
X
X
|
X
X
|
Ekstrak sampel
dalam Polietilen Glikol 400
|
Mencit
Kelinci
|
10 g/kg
0,2 mL/ekor
pada tiap 10 tempat penyuntikan
|
A (ip)
B
|
|
|
X
|
X
X
|
X
X
|
X
X
|
Sampel dalam
Minyak Nabati
|
Mencit
Kelinci
|
50 mL/kg
0,2 mL/ekor
pada tiap 10 tempat penyuntikan
|
A (ip)
B
|
|
|
|
X
|
|
X
|
Sampel strip
implan
|
Kelinci
|
4 strip/ekor
|
C
|
X = uji yang diperlukan untuk setiap
kelas
A (ip) = uji injeksi sistemik
(intraperitoneal)
A (iv) = uji injeksi sistemik
(intravena)
B = uji intrakutan
C = uji implantasi (implantasi
intramuskular)
Kecuali untuk uji implantasi,
prosedur berdasarkan penggunaan ekstrak yang tergantung pada daya tahan bahan
terhadap panas, dilakukan pada salah satu dari 3 suhu, yaitu 50°, 70°, dan 121°C. Oleh karena itu penandaan kelas plastik harus
disertai dengan suhu ekstraksinya, misal IV -121°, yang menunjukkan plastik
kelas IV yang diekstraksi paad suhu 121°, aatau I - 50°, yang menunjukkan plastik kelas I yang
diekstraksi pada suhu 50°. Uji yang
tertera pada UJi Reaktivitas secara Bilogi in-vitro dapat berguna sebagai
sarana penapisan utnuk mengeluarkan bahan yang tidak dapat diterima. Akan
tetapi plastik dapat diklasifikasikan sebagai plastik BPFI Kelas I sampai Kelas
VI apabila didasarkan pada kriteria respon yang ditetapkan pada Tabel
3.
Klasifikasi tidak berlaku
untuk plastik yang dimaksudkan untuk wadah sediaan oral atau topikal, atau yang
mungkin digunakan sebagai bagian dari formulasi obat.
Tabel 3 tidak berlaku utnuk elastomer alamiah yang harus diuji dalam Injeksi
Natrium Klorida dan Minyak Nabati saja.
Prosedur
Penyiapan sampel Uji Injeksi
sistemik dan Uji Intrakutan dapat dilakukan dengan menggunkan ekstrak yang
sama, atau dibuat ekstrak yang terpisah untuk masing-masing uji. Pilih dan bagi
menjadi bagian-bagian Sampel dengan ukuran yang tertera. Buang partikel seperti serat dan partikel bebas dengan memperlakukan setiap
bagian sampel atau kontrol negatif dengan cara sebagai berikut: Masukkan ke dalam
labu ukur 100 mL bertutup kaca yang terbuat dari kaca Tipe I,
dan tambahkan lebih kurang 70 mL air untuk injeksi P. Kocok selama lebih kurang
30 detik dan buang airnya, ulangi pencucian dan keringkan potongan sampel untuk
ekstraksi dengan minyak nabati dalam oven pada suhu tidak lebih dari 50°C. [Catatan Tidak boleh membersihkan sampel dengan kain kering atau basah
atau membilas atau mencuci dengan pelarut organik, surfaktan, dsb.]
Penyiapan ekstrak
Masukkan sampel uji yang telah disiapkan ke dalam wadah ekstraksi dan tambahkan
20 mL media ekstraksi yang sesuai. Ulangi cara ini untuk setiap media ekstraksi
yang diperlukan untuk uji. Juga siapkan 20 mL blanko setiap media untuk
penyuntikan pararel dan dengan cara yang sama sebagai pembanding. Ekstraksi
dengan memanaskan dalam otoklaf pada suhu 121°C selama 60 menit, dalam
oven pada suhu 70°C
selama 24 jam, atau pada suhu 50°C selam 72 jam. Biarkan cairan dalam
wadah beberapa lama untuk mencapai suhu ekstraksi.
[Catatan Kondisi ekstraksi tidak boleh
menyebabkan perubahan fisik seperti fusi atau lelhnya potongan sampel, yang menyebabkan
berkurangnya luas permukaaan yang tersedia. Sedikit pelengketan antara potongan
sampel dapat diterima. Masukkan potongan yang telah dibersihkan satu per satu
ke dalam media. Bila digunakan tabung biakan bertutup ulir untuk ekstraksi
dalam otoklaf dengan minyak nabati,
tuutp ulir harus rapat dengan pita tekanan.]
Dinginkan sampai kira-kira suhu kamar tapi tidak kurang dari 20°,
kocok kuat selama beberapa menit dan segera enaptuangkan setiap ekstrak secara
aseptik ke dalam wadah kering dan steril. Simpan ekstrak pada suhu antara 20° dan
30°,
dan jangan digunakan untuk uji setelah
lebih dari 24 jam. Hal yang penting adalah kontak antara media ekstrasi dengan
daerah permukaan plastik yang tersedia, waktu dan suhu selama ekstraksi,
pendiginan yang semestinya, pengocokan dan proses enap tuang, dan penanganan
aseptik serta penyimpanan ekstrak setelah ekstraksi.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Plastik yang dapat digunakan sebagai
wadah untuk sediaan farmasi, termasuk sediaan parenteral, harus memenuhi
kriteria-kriteria yang dimiliki plastik untuk wadah berbagai produk lainnya.
Wadah plastik untuk sediaan farmasi dibuat dari satu atau lebih polimer dengan berbagai bahan tambahan yang berguna
untuk memperbaiki karakteristik dan penampilan waadah tersebut. Seperti bahan
wadah lainnya, wadah dari plastik juga harus melewati berbagai prosedur
pengujian untuk menjamin keamanan bahan plastik yang digunakan.
sumber referensinya dari mana yah mba?..Terimakasih
BalasHapus